VANILLA SKY (CHAPTER5)

109 10 49
                                    

"Sky, tunggu!! "

Youngjo masih berusaha mengayunkan langkahnya dalam porsi berlari yang benar. Dia tersengal. Tulang belikat rasanya sakit dan perut juga mual.

"Sky, astaga... " engah Youngjo. Dia akhirnya memilih membiarkan laki-laki itu semakin jauh. Sementara dia langsung terduduk di bawah pohon rindang. Youngjo terbatuk berulang kali. Dengan punggung tangan dia menyeka peluh di kening.

Begitu menyadari tidak ada derap langkah yang mengikutinya di belakang, Soo Hyuk pun ikut berhenti. Sedikit megap-megap mencari udara, dia berbalik dan melihat pemuda itu sudah duduk berselonjor sambil menatap ke arah sungai. Sky pun putar balik. Dia tidak tahu kalau Youngjo akan benar-benar menyerah padahal baru setengah perjalanan jogging mereka pagi itu.

"Kau tidak apa-apa? " tanya Sky.

"Aku hampir mati, kau tahu?"

Soo Hyuk berkacak pinggang seraya menatap sekeliling.

"Yaahhh... kita bahkan belum melewati perbatasan lereng itu, " tunjuknya.

"Kalau kau bermaksud membunuhku, kenapa kau tidak ceburkan saja aku ke dalam sungai, hah? " sungut Youngjo sambil memukuli pahanya yang langsung terasa sakit.

Soo Hyuk tergelak. Dia kemudian duduk di samping Youngjo dan menyodorkan botol mineral. Dengan rakus Youngjo meminum setengah dari isi minuman itu.

"Kau benar-benar tidak pernah olahraga ya? " tanya Soo Hyuk sambil menyeka bibir Youngjo yang terdapat tetes air.

Youngjo lantas menggeleng. "Aku tidak ada waktu."

"Kau apa? " Soo Hyuk menatap sambil menahan tawa.

Youngjo mendelik. "Aku tidak ada waktu. Pagi-pagi sekali aku harus membuat sarapan, mencuci baju , menyetrika baju-baju yang kering, membereskan rumah. Belum lagi madu-madu yang harus dipanen dan dikemas. Kau jangan berani-berani meledekku, Sky, " repetnya kesal.

"Yaaaahh ... Itu memang benar sih. Kelihatannya setiap hari kau sibuk melakukan banyak hal. Tapi tidak salah juga kalau kau menyempatkan diri berolah raga. Aku yakin kau pasti belum pernah main sampai ke balik lereng itu selama hidupmu tinggal di tempat ini, kan?"

"Aku bukan orang yang melankolis dan penikmat pemandangan, " cibir Youngjo. "Lagipula bukankah ini terlalu pagi untuk kegiatan olah raga? Matahari saja belum terbit, " protesnya.

"Justru itu, tadinya aku ingin mengajakmu ke perbatasan lereng untuk melihat matahari terbit. Aku yakin semua lelahmu akan terbayar begitu menyaksikannya."

Youngjo mendesah malas.

"Oke, kita pergi ke sana tapi aku tidak mau berlari. Rasanya kepalaku seperti terkena serangan vertigo."

"Aigoo... Kau seperti lansia yang suka mengeluh sakit pinggang, " cebik Soo Hyuk.

Dia lalu mengulurkan tangan agar Youngjo kembali berdiri. Demi menuruti keinginan anak itu, mereka akhirnya memilih untuk berjalan santai sampai ke tepi lereng. Namun Youngjo masih saja minta berhenti di tengah-tengah jalan setapak yang menuju ke arah bukit.

"Haaahh... Haahhhh.... "

Dia sampai membuka mulutnya demi bisa menghirup udara dengan baik.

"Sebentar lagi, loh, " kata Soo Hyuk.

Dia menggenggam jemari Youngjo yang berkeringat lalu membawanya kembali berjalan perlahan sampai tiba di puncak tebing.

"Sini, duduk. Nanti kita bisa melihat matahari terbit dari balik bukit itu, " tunjuk Soo Hyuk.

Youngjo ikut menatap semburat cahaya keunguan. Menjadi pendar di antara batas tepi laut dan puncak lereng yang ada di bawah sana.

Sebenarnya sebelum matahari terbit pun, pemandangan sudah begitu indah. Youngjo sampai terpekur cukup lama, tidak menyangka bahwa di belakang area rumahnya hal semenakjubkan ini ternyata benar-benar ada. Seperti dalam lukisan atau film-film dokumenter, atau setting drama yang pernah ia lihat. Semua terlihat indah. Hatinya tiba-tiba saja damai tanpa sebab.

VERSELUFT || RAVN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang