02. Asisten?

12 1 3
                                    

JANGAN LUPA
VOTE
&
KOMENTAR
                                        by : xx_meditaaa

SELAMAT MEMBACA

^°°^

Sasa sudah berdiri di depan pintu dengan bertuliskan Mr. Elvano Dirgantara room,

Ia sudah mencoba membuka pintu tersebut, namun di kunci oleh sang empunya.

Sasa berdecak kesal, "Kalo dikunci ngapain nyuruh gua buat dateng ke ruangannya sih!" Gerutunya

"Emang sialan tuh dosen, gua dari tadi jamuran disini tapi gak dateng-dateng"

Sasa terus menggerutu, dan mengumpati dosennya itu,

"Lagian bang Reno dari mana si kenal dosen nyebelin kayak gitu, udah nyebelin, galak, jutek, semaunya sendiri lagi"

"Dosen kampret emang!"

"Sudah?" Sasa tersentak kaget, saat suara berat itu terdengar di telinganya.

Jantung Sasa berdetak tak karuan, ia berharap jika----"Eh, bapak hehe"

Harapannya sirna, saat ia berbalik badan ada Pak Vano yang menatapnya tajam. Sasa menelan salivanya susah karena tatapan tersebut, "Sudah mengumpati saya?" Tanya Pak Vano dengan satu alis terangkat

Sasa meringis pelan

Mati gua, lagian nih dosen kapan dateng nya, kayak setan aja tiba-tiba nongol,

"Jika ingin mengumpati saya, langsung di depan saya sini. Tidak usah di belakang saya,"

"Kan saya di depan bapak, nggak di belakang" Ceplos Sasa, kemudian menepuk bibirnya sendiri setelah sadar apa yang diucapkannya,

Pak Vano menatap Sasa lebih tajam, "Jawab saja kamu ini"

"Nanti kalo saya diem, disuruh jawab, dikatai nggak punya telinga lah, nggak punya mulut lah. Giliran saya jawab, saya salah. Emang saya kan serba salah dimata bapak"

"Memang"

Ingin rasanya Sasa melempar dosennya ini, ke lautan. Sangat menyebalkan, benar-benar menyebalkan pikirnya

"Saya menyuruh kamu menunggu di ruangan, itu artinya di dalam. Tapi, kenapa malah berdiri disini?"

"Pintunya nggak bisa di buka pak, di kunci kan sama bapak?" Dahi Pak Vano mengernyit heran, kemudian ia membuka pintu, dan..... Berhasil

Mata Sasa membulat, "Anjir kok bisa si, tadi gua nyoba kok nggak bisa ya. Aneh banget" Gumam Sasa yang masih bisa di dengar oleh pak Vano,

"Selain selalu salah, anda juga tidak bisa melakukan apa-apa sendiri ternyata. Merepotkan"

Sasa menatap pak Vano sinis, setelah telinganya mendengar apa yang dikatakan oleh dosennya ini. Jika bukan dosen, mungkin Sasa sudah menjambak rambut orang didepannya ini dari tadi.

"Sampai kapan berdiri disitu? Masuk!" Sasa tersentak, kemudian masuk kedalam ruangan dosennya ini,

"Duduk" Sasa duduk didepan dosennya,

"Alisya Anindira?"

"I-iya pak?"

"Sadar akan kesalahan, atau saya yang harus menyebutkannya?"

"S-sadar pak"

Pak Vano menatap Sasa dengan tersenyum miring, itu membuat Sasa ketar-ketir

"Kamu menjadi asisten saya"

Mr. Dirgantara My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang