46. Kemalangan Seorang Raja

344 32 4
                                    

⚠️ 2400++ words &  harsh convo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ 2400++ words & harsh convo

DERAP langkah Ivan mendadak terhenti di puncak tangga saat semilir angin menerpa wajah lelahnya. Tidak seperti biasanya, pintu-pintu kaca yang menjadi sekat antara kolam renang dan lantai dua rumahnya itu masih terbuka di hari yang sudah gelap. Pria yang baru saja menghadiri makan malam salah satu clientnya itu melepas jas, lalu disampirkannya ke salah satu tangannya. Ia berjalan perlahan, kemudian menyentuh handle pintu dan menariknya demi terbendungnya dingin angin malam yang rasanya menusuk permukaan kulitnya.

Tiba-tiba terdengar suara berat seorang pria berdehem, yang lantas menghentikan Ivan seketika. Didapatinya pria tua yang duduk tenang di kursi pinggiran kolam renang. Setelan berwarna hitam membuat kehadirannya nyaru di antara gelap malam. Dengan sedikit gugup, Ivan lalu menghampiri. Aneh, Ivan tidak mengerti. Hingga usianya yang sudah kepala tiga, masih ada saja sedikit rasa takut ketika Papanya muncul di hadapannya.

Semua kehendak pria tua bernama Abraham itu sudah ia turuti. Namun, tetap saja Ivan mendadak merasa begitu kecil, terintimidasi dan hilang kuasa begitu Papanya tak melepaskan dirinya sedikitpun lewat tatapan mata yang datar detik itu.

"Papa kok nggak bilang kalau mau dateng? Udah lama?"

"Dari mana saja kamu?" Abraham malah berbalik tanya.

"Makan malam sama salah satu staffnya Pacha Ibiza Pa, sekalian ngomongin opening clubnya dia bulan depan di sini" jujur Ivan.

Abraham berdiri, matanya menatap langit Jakarta yang malam itu terlihat kelam tanpa bintang. Pria tinggi itu memasukan dua tangan ke dalam saku celananya, rambutnya yang sebagian sudah memutih terlihat tersibak oleh semilirnya angin. Dengan helaan napas beratnya, tampak jelas sekali jika suasana hati Abraham sedang tidak baik.

"Bukan ke apartement wanita itu lagi? Wanita yang sukses membuat kamu jadi pria bodoh dan tidak tahu diri seperti ini."

Dan ketika kalimat itu terlontar, Ivan menggertakan giginya geram, tangannya pun mengepal menahan amarah yang siap meledak. Ia salah, selama ini Ivan pikir Papanya sudah tak mau tahu soal Mala begitu jabatan CEO sudah berhasil ia gapai dengan susah payah. Namun ternyata, Abraham yang bahkan jarang menginjakan kakinya di Ibu Kota masih mengirim antek-anteknya untuk mengawasi gerak-gerik Ivan sampai sekarang.

"Kamu mungkin bisa menutupi semua kelakuan busukmu itu di depan Denis. Tapi tidak berlaku untuk Papa!"

"MAU PAPA APA SEBENARNYA? KENAPA PAPA SELALU NGEKANG HIDUP AKU BEGINI?!!" sergah Ivan yang kini berdiri tepat di belakang Papanya.

"Di kekang kamu bilang?" Abraham bertanya seraya menggelengkan kepalanya, "Papa itu malu ngelihat kelakuan busuk kamu seperti ini! Semua yang Papa lakukan supaya kamu hidup di jalur yang benar. Bukan malah ngerusak kepercayaan orang! Ivan... APA PAPA PERNAH NGAJARIN KAMU UNTUK NYAKITIN PEREMPUAN HAH??!!" teriak Abraham dengan matanya yang nyalang.

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang