"Udah" Sasa mengangguk, "Bapak duluan aja ke kasir, saya mau beli ice cream. Bapak mau?"
"Coklat" Sasa mengangguk,
Ia mengambil dua ice cream rasa coklat dan membawanya ke kasir,
"Tunggu sebentar ya kak"
"Gabungin" Pak Vano menarik tangan Sasa untuk mendekat ke arahnya, dan sepertinya Sasa paham jika pak Vano risih dengan tatapan kasir padanya
Kasir itupun langsung mengalihkan pandangannya saat melihat pria tampan di depannya sudah menggandeng seorang perempuan,
"Totalnya 756.900 kak" Pak Vano langsung mengeluarkan kartu ATM nya untuk membayar,
Sasa membulatkan matanya saat tak sengaja matanya melihat ada black card di antara jejeran kartu yang lainnya. Dan Sasa sudah menduga, bahwa kartu-kartu tersebut adalah isinya full semua,
'Gila dosen gua punya black card woyyy' batin Sasa
"Terimakasih, selamat datang kembali" Sasa mengambil dua ice cream nya, kemudian ikut membantu pak Vano membawa barang belanjaan,
Mereka pulang ke rumah pak Vano.
Tepat saat mobil Sasa terparkir rapi di rumah pak Vano, azan isya berkumandang.
"Saya sholat dulu ya pak, sebelum masak" Spontan pak Vano menatap Sasa, dan tak lama kemudian ia mengangguk.
"Tidak ada mukena dirumah saya" Ujar pak Vano, bermaksud memberi tahu
"Saya bawa kok" Ia membuka dashboard kemudian membawa mukena nya ikut masuk kedalam rumah pak Vano,
Selesai sholat, Sasa bergegas memasak karena jika tidak segera di lakukan maka ia akan semakin lama disini, dan Reno pasti mengomeli dirinya nanti,
Sasa memasak sambil menata barang belanjaan di kulkas. Kecuali, cemilan miliknya. Nanti ia akan mengganti uang pak Vano, yang digunakan untuk membeli cemilan,
Sasa bisa melakukan beberapa perkerjaan sekaligus. Memasak sup, memasak bakwan jagung, tak lupa ia juga memasak nasi, serta menata barang belanjaan di kulkas,
Setelah semuanya selesai, Sasa menghidangkannya. Sisa sup nya, ia letakan di kulkas.
"Pak, makanannya sudah siap" Pak Vano segera menuju meja makan setelah mendengar suara Sasa,
Sasa mengambilkan pak Vano nasi, kemudian ia meletakkannya di piring, tak lupa dengan sup dan bakwan jagungnya
"Ini pak" Sasa memberikan piring yang sudah terisi dengan lengkap oleh makanan buatannya,
"Maaf kalo rasanya kurang, soalnya skill masak saya jarang di pake"
"Kamu makan?"
"Ya makan lah, ini mau ikut makan. Dikira saya nggak laper apa, saya juga dari tadi siang belum makan pak!"
Pak Vano menggelengkan kepalanya pelan, ia heran dengan Sasa. Sasa ini berbeda dengan mahasiswinya yang lain, jika mahasiswinya yang lain akan mencari perhatian darinya dengan berbagai cara, maka Sasa tidak. Malah, Sasa terlihat tidak tertarik,
"Gimana pak? Enak nggak?" Tanya Sasa dengan menatap dosennya ini,
"Hm" Gumam Pak Vano. Vano tidak berbohong, ini beneran enak. Dan ia menyukai rasa masakan Sasa
Sasa tersenyum senang, ia kemudian ikut makan hasil masakannya. Ia makan dengan lahap, tidak ada rasa malu walaupun Sasa sadar ia makan di depan dosennya.
Sasa bukan tipe gadis yang akan malu-malu, jika makan. Dimanapun Sasa berada, ya beginilah cara Sasa makan, yaitu lahap. Menurut Sasa, itu adalah caranya untuk menghargai makanan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Dirgantara My Husband
Ficción GeneralAlisya Anindira, mahasiwa di Universitas Andidharma. Semuanya, bermula dari kesalahan Dira yang datang terlambat, hingga membawa Dira kedalam kehidupan dosennya sendiri. • "Ilmu apaan, ilmu biar bisa ngatain orang apa maksud dia" • "Kenapa bapak ma...