Jimin membuka matanya dan reflek tangannya memegangi kepalanya yang sakit. Jimin bisa merasakan perban di kepalanya. Ia tak memikirkan apapun karena terlalu sakit, sampai ia melihat pamannya, ia sadar tentang ibunya.
"Dimana eomma ?"
Yoongi tak bicara apapun dia diam.
"Dimana dia ?"
"Maafkan aku."
Suara deepnya terdengar sangat rendah membuatnya semakin terasa kelam. Seketika Jimin bangun dan hendak mencari ibunya tapi pamannya menahan Jimin. Sekuat tenaga Jimin mencoba pergi namun jelas itu tak sebanding dengan tenaga pamannya yang besar.
"Jimin tenang."
"Diamana eomma ?"
"Dia ... Sedang dibersihkan."
Jimin terdiam, terduduk di tepi ranjang sebelum air matanya menetes dan menangis dengan kencang. Ia jelas melihat ibunya, ia sungguh tak mau percaya tapi ini semua membuatnya sakit hingga meraung-raungpun seolah tak cukup meluapkan kesedihannya.
.
..
...
..
.Rumah duka
Yoongi terus berada di belakang Jimin yang menangis tanpa henti. Sampai Park Junsu ayah Jimin datang, Yoongi langsung mendorong Junsu menjauh dari peti Nari.
"Brengsek untuk apa kau datang kesini."
Seseorang kerabat menahan dada Yoongi. "Tenanglah."
"Sialan dia sampah."
Entah kenapa perkataan pamannya membuat Jimin kesal. Dalam benaknya yang seharusnya pergi dari tempat ini adalah pamannya. Karena dialah yang dengan sengaja menabrakkan mobilnya pada truk.
Sampai proses pemakaman, Jimin kembali histeris. Membuat ayahnya datang dan memeluknya, namun karena kalut sedih ia menerima pelukan ayahnya. Tanpa tau apapun, Jimin merasa hanya ayahnya satu-satunya yang ia miliki sekarang.
Bahkan ketika pemakaman selesai, Jimin masih histeris dan tidak mau pulang.
Yoongi melangkah dan menarik tangan Jimin pelan namun gadis itu menolak.
"Jimin ayo pulang."
Yoongi meraih lengan Jimin lagi dan kembali ditepis.
"Jimiinn."
"Pulang kemana ? Aku tidak mau pulang ke rumah pembunuh sepertimu."
Jimin bangkit dan mendorong pamannya. Lalu pergi dari pemakaman.
"Kemana kau."
"Pergi ke rumah Appa."
Yoongi melangkah lebih lebar dan dengan sigap menarik lengan Jimin lebih kuat.
"Kau pulang ke rumahku."
"Lepasss"
Jimin berusaha berontak tapi lagi-lagi percuma. Tenaga pamannya jauh lebih kuat. Seperti bongkahan batu yang keras dan kuat.
"Jimin akan pulang bersamaku. Dia anakku."
Yoongi membuang muka dan tetap memegang lengan Jimin.
"Appa...."
"Lepaskan dia atau aku akan melaporkanmu atas tindakan penculikan."
"Kau berani ? Setelah apa yang kau lakukan ?"
"Kaulah yang membunuh Nari, kau harus mengakui itu."
Perlahan cengkraman Yoongi melemah dan Jimin segera lari menuju ayahnya. Yoongi tertegun merasa mereka ada benarnya. Walaupun itu kecelakaan tapi ia tak bisa pungkiri kalau ia juga cukup kencang mengendarai mobilnya. Jika kala itu dia lebih hati-hati mungkin ia bisa menghindari truk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU [ YOONMIN GS 18+ Complete ]
FanfictionWarning 18+ Sosok cantik dan menawan itu harus broken home. Dia tinggal bersama paman tirinya yang bertampang manis, tapi bersifat dingin dan galak. Hanya ingatan mengenai perkataan ibunya yang membuatnya yakin bahwa pamannya adalah orang yang bisa...