24 - Kesalahan
Entah siapa yang memulai, kini dua bilah bibir itu sudah bertemu saling cumbu, mengecap rasa satu sama lain.
Tangan Ardan menangkup pipi Feli begitu posesif, menyesap bibir lembut itu begitu menuntut, memperdalam ciumannya dengan lembut. Dapat ia rasakan remasan Feli di bajunya namun tak ia pedulikan. Tangannya beralih menarik pinggang Feli semakin menempel dengan tubuhnya. Mereka terus bercumbu hingga nafas keduanya tersengal barulah Ardan melepaskan pagutannya.
Ia membuka mata dan mendapati Feli yang masih terpejam dengan bibir setengah terbuka meraup oksigen.
Dengan gerakan cepat, Ardan mengangkat tubuh Feli, mendudukannya di atas meja. Si gadis memekik pelan dan seketika membuka mata yang langsung bersirobok dengan tatapannya.
"Dan ..."
"Hm?"
"Ki-kita ngapain?" tanya Feli terbata. Ia bahkan baru menyadari kalau sedari tadi tangannya mengalung cantik di pundak Ardan. Buru-buru ia lepaskan, namun terhenti kala tangan Ardan menangkup jemarinya dan menahannya untuk tetap mengalung di pundak lelaki itu.
Ardan menatap manik coklat itu lekat. "Ciuman," jawabnya singkat.
"Dan---"
"Gue gak maksa kok, lo sendiri yang ngizinin gue." Tatapan Ardan perlahan turun dan terhenti di bibir mengkilap Feli yang sedikit bengkak karena ulahnya tadi. "Tapi sekarang gue maksa, Fe."
"Maksud--- hmp!"
Belum sempat Feli menyelesaikan ucapannya, Ardan sudah lebih dulu meraup bibirnya. Kembali memagutnya dengan lembut namun menuntut dan mau tak mau Feli tetap mengimbangi ciuman tersebut menciptakan seringai tampan di bibir Ardan.
Sialan!
Harus Feli akui, ciuman Ardan sangat memabukan dan membuatnya ketagihan.
***
Pagi ini diawali dengan kecanggungan empat orang dewasa penghuni villa. Andai taķ ada Ellen di sana mungkin atmosfer canggung itu akan semakin jelas terasa.
"Om Ardan, hari ini kita sarapan apa?" tanya si kecil El. Ia baru selesai mandi pagi dan kini tengah bersantai di ruang tengah. Sudah jam 8 sangat wajar kalau perutnya mulai keroncongan karena baru diisi segelas susu tadi pagi.
"Kita makan nasi goreng seafood. El suka 'kan?"
Ellen mengangguk semangat. "Suka! El suka nasi goreng seafood!"
Tak lama kemudian pintu kamar terbuka, keluar Jeya yang baru selesai mandi.
"Kakak gak mandi?"
"Mandi lah, gantian kan biar ada yang nemenin El main."
Jeya baru sadar kalau Feli tak ada, mungkin gadis itu masih mandi. "Ya udah sana mandi, El sama aku aja."
Ardan hanya mengangguk, pamit pada Ellen lalu memasuki kamarnya. Tak berselang lama pintu depan terbuka, Haekal masuk dengan satu buah kelapa hijau di tangannya.
Jeya mengerjap kaget, mengalihkan pandang seraya menggaruk tengkuk kikuk.
Menyadari semalam Haekal yang menggedongnya ke dalam kamar membuat Jeya malu bukan main, belum lagi usapan lembut Haekal di rambutnya semalam, duh kenapa juga ia harus terbangun setelah Haekal menggendongnya sih! Jeya 'kan malu!
"Sudah bangun, Jeya?" Haekal menyapa terlebih dahulu. Sial sekali! Pemuda itu tampak biasa-biasa saja. Hanya Jeya yang kikuk di sini.
"U-udah. Lo dari mana, Kal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 3 - (Bukan) Pura-pura Menikah
Teen FictionSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...