part 6 - Feeling
Dan perjalanan kelas tata krama itu berlangsung dengan lancar, semua kekesalan Elisa telah menghilang begitu saja. Ia menjadi sangat fokus dengan banyaknya gerakan tambahan, yang di ajarkan gurunya tersebut.
Setiap kelas ia lalui dengan baik seperti biasa, terus berkelanjutan tanpa henti sebelum istirahat tiba. Hari sibuknya berjalan begitu saja, kelas nya yang padat dan ketat aturan semakin penuh dengan jadwal tambahan.
Ditengah hari lelahnya, Lisa akan menuju ke taman belakang kediaman Marquess untuk menikmati angin sejuk dan menenangkan pikirannya. Tempat itu telah menjadi tempat favorit bagi Lisa, untuk menenangkan diri ketika sedang jenuh. Namun langkahnya terhenti saat sampai di depan pohon kesayangannya itu, ia menatap cukup lama dengan bibir yang terkatup.
Lisa melihat Duke Albern yang memejamkan matanya menikmati semilir angin yang berhembus, pahatan wajah indah itu bagai sebuah ukiran. Elisa telah mengakuinya sejak awal, sosok yang pernah ia gambarkan dalam novel terlalu sempurna untuk menjadi nyata. Bahkan tubuh besar yang begitu kokoh, namun terlihat elegan itu sangat memikat penglihatannya.
Sialnya, tanpa sadar sosok pria buas di depannya ini sangat cocok dengan pria idamannya. Tapi begitu notabe pembunuh terlintas cepat diingatannya, ia segera sadar akan sikap yang tidak sepantasnya ia tumbuhkan. Kali ini dengan kesadaran penuh, Elisa mulai mengumpat dalam hati. Karna sepertinya tempat kesayangnnya itu telah direbut, dan membuat suasana hatinya seketika memburuk.
Awalnya, ia ingin mengurungkan niatnya karna keberadaan pria itu. Lisa bahkan tidak ingin melakukan kontak atau interaksi apapun, yang berkaitan dengan Zachary. Tapi entah kenapa saat ini Elisa ingin bersikap egois, mungkin dikarnakan rasa frustasinya terhadap kelas musik tadi membuatnya seperti ini.
Dan untuk membuatnya kembali fokus agar dapat menerima materi, setidaknya ia harus menenangkan pikiran terlebih dahulu. Elisa pun bergerak dengan langkah malasnya menuju sisi lain dari pohon itu, ia terduduk disana dan menutup mata untuk menikmati angin dingin yang menerpa wajahnya.
Lisa akan berusaha mengabaikan sang Duke yang berada di sisi lain pohon besar itu, untuk menjernihkan rasa jenuhnya. Ia hanya ingin beristirahat sejenak, lalu menikmati waktu yang berlalu dengan lambat ditengah kepadatan kelasnya. Dan sepertinya Lisa berhasil mengabaikan keberadaan sang Duke, karna gadis itu telah hanyut pada ketenangannya.
Angin dingin yang menerpa dan suara samar tumbuhan yang bergoyang di hadapannya, bahkan lembut rumput yang ia duduki membuatnya semakin nyaman. Aroma tanah yang lembap, tercampur dengan beberapa tetes air dari tumbuhan yang tersiram menimbulkan kesan yang sejuk. Senyuman tipis mulai mengembang diwajah Lisa, ia seakan ingin mengabadikan ketenangan itu lebih lama.
Semua kenyamanan yang di rasakannya, membuat tubuhnya menjadi lebih santai dan peka terhadap sekitar. Hembusan angin dengan gesekan dari beberapa tumbuhan, seolah menjadi melodi di telinganya. Mereka seperti membentuk sebuah alunan lembut, dan Elisa ingin bergumam mengikuti nada yang terasa halus itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celine Celeste: The Spring Flower
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] [TRANSMIGRASI-HISTORICAL STORY] Elisa Ariadne adalah seorang novelist dengan sebuah karya yang sangat terkenal, tapi sayangnya novel yang menjadi pintu kesuksesannya itu berakhir dengan tragis. Kisah seorang perempuan yang ter...