Rumah Roti

378 36 2
                                    

Di musim hujan biasanya orang-orang selalu sedia payung saat menjalankan aktivitas luar demi terhindar dari basah. Namun, siapa sangka cuaca hari terlihat sangat cerah dengan mentari memberikan kehangatan serta pencahayaan untuk dunia.

Simulasi virtual battle hari lalu menarik banyak peminat para murid SMA Dawn, bahkan orang luar sekolah ikut tertarik berkat menonton video tok tok yang di rekam oleh beberapa murid. Untungnya pihak sekolah tidak terlalu mempersalahkan malah mendapatkan untung karena saat penerimaan siswa baru pasti banyak yang mendaftar.

"Lawanku kemarin itu adalah... Tukang santet." ucap Claude membuka topik pembicaraan dengan lesu.

"Aku jadi ragu untuk ikut simulasi nanti dan... Mungkin aku harus mempertimbangkan apa tetap ikut turnamen." Alucard duduk bersandar menatap langit polos kelas. "Ada bagusnya juga kau, Zilong dan Ling menjadi tumbal percobaan." lanjutnya.

"Permainan virtual yang sangat canggih. Siapa sangka kita bakal mendapat rasa sakit secara nyata. Aku tak bisa bayangkan betapa traumanya Lunox." kata Gusion dari belakang sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Floryn mendengar percakapan dari para anak laki-laki. Kebetulan tadi pagi dia berpapasan dengan Lunox sebelum masuk ke kelas. Di balik wajah ceria Lunox, Floryn tahu bahwa saat ini gadis dengan surai dua warna itu sedang dalam ketakutan. Lunox bisa saja izin untuk tak masuk, namun tugasnya sebagai anggota OSIS tentu dia harus menyampingkan ketakutannya.

Pintu kelas terbuka menampilkan sosok pemuda dengan ikat kepala khas yang mudah untuk dikenal. Seluruh mata tertuju pada si pemuda dan sunyi seketika.

"Um... Selamat pagi, teman-teman." sapa Yin ramah.

"Yin! Kau ini benar-benar seorang preman, ya!" seru Alucard hingga pemuda bernama Yin itu terperanga gugup.

Yin menggaruk belakang kepalanya. "S-sepertinya kemarin aku sangat berlebihan..."

"Kau ini punya dua kepribadian? Kemarin saat di arena itu bukan seperti dirimu." kata Guinevere memastikan dengan rasa penasaran.

Pemuda yang saat ini dikerumuni oleh berbagai pihak untuk mendapat jawaban sampai kewalahan, Yin sampai bingung harus menjawab siapa dulu. "T-tenang saudara-saudara, tenang--"

"Bro, jangan berdiri di depan pintu menghalangi orang yang mau masuk."

Yin melompat kaget hingga bergeser saat Zilong, Ling dan Wawan datang secara tiba-tiba di belakang. "Maaf!"

Saat berhadapan dengan lawan yang telah Yin kalahkan, dia merasa super canggung apalagi kemarin itu kondisinya sedang diambil alih oleh seseorang. "S-selamat pagi... Zilong." sapa Yin gugup.

Zilong memandang bingung. "Kenapa kau kaku begitu? Seperti sedang berhadapan dengan ibu Eudora saja."

"A-ah, tidak! Aku hanya... Itu.. Em.. Soal kemarin."

"Hahaha! Ternyata kau mengkhawatirkan itu. Hey, santailah, aku malah sangat terkesan melawanmu. Kau sangat hebat bertarung dengan tangan kosong tanpa luka sedikitpun." kata Zilong sambil menepuk santai bahu Yin.

Yin menarik nafas dalam. "T-tapi saat aku memabawamu ke domain itu bukan aku!" ucapnya. "Dan itu terpaksa..."

Mulut Zilong melengkung kemudian menepuk bahu Yin. "Aku tahu kok. Sebelum kau berubah kemampuanmu juga bagus, tak perlu merasa bersalah lain kali kita tanding ulang dengan dirimu yang sebenarnya!"

Yin kembali tersenyum dan mengangguk antusias. "Iya!"

"Yin! Astaga! Kenapa dari semalam chatku tidak dibalas si?!" Wanwan datang dengan kesal kemudian memukul punggung teman masa kecilnya.

I'm Not Your Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang