17. Really??

10.9K 839 6
                                    

☕︎☕︎☕︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☕︎☕︎☕︎

Setelah di rasa Jeno cukup tenang, Mark pun melepaskan pelukannya perlahan. Dia terlihat ingin menanyakan sesuatu pada Jeno.

"Kau baik baik saja bukan?" tanya Mark membuat Jeno langsung menatapnya.

"A-aku—"

"Ini milikmu?" tanya Mark sekali lagi, kali ini dia menunjukkan sebuah testpack yang bergaris dua.

"I-itu? Kau mendapatkannya di kamar mandi kita?" tanya Jeno kembali.

Mark menganggukkan kepalanya, namun bukannya menjawab, Jeno malah menundukkan kepalanya sembari memainkan jari jarinya membuat Mark sedikit merasa gemas pada Jeno dan ingin memakannya sekarang juga.

"Kau tidak mau menjawab ku?" tanya Mark sekali lagi.

"Aku—aku.."

"Tidak apa, Jeno. Aku perlu kau jujur, ini milik siapa? Dan tadi kau pergi kemana? Kau harus mengatakan itu semua dengan jujur, harus." terdengar Mark menekankan sedikit suaranya di akhir kalimatnya itu.

".. Kau ingat semenjak kita berhubungan terakhir kemarin? Perutku sering keram, Mark. Aku tidak tahu entah kenapa perutku bisa seperti itu, dan tadi.. Di tempat kuliah, keram perutku semakin menjadi saat aku bermain keja kejaran bersama Jaemin. Akhirnya Jaemin yang membawaku ke Unit Kesehatan Kampus. Saat di periksa, mereka menyarankan ku pergi ke dokter. Karena aku masih merasa takut, aku tidak mau pergi ke dokter dan memilih untuk pulang ke rumah saja. Kau tenang saja Mark! Aku pulang dihantarkan oleh Jaemin.." jelas Jeno panjang lebar.

"Heem lalu?"

"Sebelum pulang aku sempat membeli testpack di apotek, saat aku cek.. Ternyata garis dua namun warna nya masih pudar. Setelah itu aku pun berniat pergi ke rumah sakit, untuk mengecek apakah ini benar atau tidak. Hasilnya.. Aku hamil, Mark.." ungkap Jeno sembari menundukkan kepalanya.

Sejujurnya Mark tidak bisa berkata kata, secepat ini? Sungguh? Ini benar benar nyata?

"Bukankah ini kabar bagus? Kenapa kau terlihat tidak menyukainya?" tanya Mark sembari mengelus pipi Jeno dengan lembut menggunakan jari jempolnya.

"Bukan tidak suka, aku hanya takut tidak bisa mengurusnya, Mark. Aku belum siap menjadi orang tua, kau tahu sendiri aku baru saja menerima pernikahan kita.. Namun Tuhan sudah memberikan kita keturunan, aku masih belum siap," Jeno mendongakkan kepalanya, menatap Mark dengan mata yang berkaca kaca.

"Kau tidak menganggap ku? Kita bisa mengurusnya bersama, Jeno. Kau jangan khawatirkan hal itu, ada aku bersamamu," Mark pun kembali menarik Jeno ke dalam pelukan hangatnya. "Kau tidak perlu khawatir, sayang.. Aku ada disini, bersamamu. Kita bisa mengurus bayi kita bersama sama, percaya padaku.." lirih Mark di akhir kalimatnya.

[✔] My Idiot Husband | MarkNo 1/2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang