Happy reading
Jangan lupa baca deskripsi, sebelum baca ya!!
🙈🙈🙈
Dibawah sinar matahari terlihat seorang perempuan dengan paras yang cantik, rambutnya panjang, kulitnya putih bersih dan badan yang tinggi. Kecantikannya cukup membuat orang merasa iri padanya, namun tak sedikit juga orang yang membencinya.
"Iss, sial banget sih gue!" Ucapnya sambil menghentakkan kakinya.
"Salah sendiri, ngapain datang telat." Ujar Miko selaku ketua OSIS.
"Silih sindiri ngipin diting tilit bacot." Ejeknya.
"Seina Cintya albart! Mau Saya tambahkan hukuman mu?"
Seina Cintya Albert, akrab dipanggil Cici oleh teman-temannya, dan seina panggilan dari keluarga nya. Cici kini menginjak usia 17 tahun. Ia anak ke tiga dari keluarga besar Albert.
Kini Cici sudah berada di kelasnya, ia menenggelamkan kepalanya harap mendapatkan posisi yang nyaman untuk tidur.
Tak lama seorang guru masuk ke dalam kelasnya.
"Siang anak anak," sapanya.
"Siang buk." jawab serentak para murid.
"Maaf menganggu aktivitas kalian, saya kesini untuk merekrut kalian yang berminat ikut olimpiade matematika,"
"Jika ada, langsung saja mendaftar kepada saya di ruang BK, sekian terima kasih saya pamit."
Kepergian guru itu, membuat suasana kelas yang awalnya hening menjadi heboh seketika.
"Ci, Lo ikut?" Tanya Rara selaku teman dekat Cici.
Sunyi tidak ada jawaban terlontar dari mulut Cici.
"Ci?"
"Astaghfirullah. Ni anak ya bener bener gue nanya ga dijawab, eh taunya tidur!" Teriaknya begitu menyadari bahwa Cici tertidur pulas.
"Apasih Ra, berisik tau." Ujar Cici yang merasa terganggu atas teriakan Rara.
"Bangun ga Lo!"
"Ck, apasih aelah ganggu bat dah."
"Dih monyet emang,"
"Apa sih Raraku, sayang ku, cintaku Kenapa, ada apa? Ada yang bisa gue banting?"
"Untung gue sabar, itu tadi ada guru ke kelas, katanya bakalan ada olimpiade matematika, Lo ikut?"
"Iya kah, perasaan ga ada deh guru yang masuk ke kelas."
"Ya mana lu tau pe'a lo kan tidur!"
Namun Cici hanya ber oh ria saja.
"Gimana? Lo mau ikut?"
"ga tau deh,"
"Ci Lo bener bener ya!"
"Hehe piss, Kayanya gue ikut deh soalnya gabut juga." Ujar Cici.
"Bisa bisanya ikut olimpiade matematika karena gabut doang, orang pinter mah bebas."
"Makanya otak lu tuh di pompa biar gedean dikit."
"Kurang asem!"
Terlihat Cici dan Rara tengah menyantap lahap makanya masing-masing, tak ada obrolan, mereka hanya fokus pada makanan.
Selesai dengan makanya mereka berdua handak pergi ke ruang bk, mereka ralat Cici ingin mendaftarkan diri untuk ikut olimpiade matematika, sesampainya di bk tak ingin basa basi Cici langsung saja mendaftar.
Selesai dengan pendaftaran itu mereka berdua memutuskan untuk langsung masuk ke kelas.
"Eh Ci, sore nanti jalan yuk, bosen soalnya."
"Hmm, Boleh tuh."
"Serius ya, awas aja ga jadi."
"Iya iya bawel."
"Eh gue duluan ya." Ujar Cici sambil berlari ke arah seseorang.
"Ga heran lagi gue." Monolog Rara.
Disisi lain Cici tengah berusaha mengejar seseorang, serasa sudah dekat dengan sang empu Cici langsung membuka pembicaraan.
"Hai kak."
Tak ada jawaban, orang yang disapanya terlihat tidak perduli dengan apa yang tengah terjadi.
"Kakak udah makan?"
"Kak, hello kak ada orang ngomong ini?"
"Kakak!"
"Ganteng ganteng bisu."
Tak mau menyerah Cici Terus berusaha.
"Gimana kak, masakan Cici enak ga?"
"Gue buang."
Jawaban dari lelaki tersebut cukup membuat hati Cici sedikit tergores.
"Loh kenapa kak? Ga enak ya?"
"Ya udah, besok Cici buatin yang lebih enak lagi."
"Oh ya kakak mau kemana?"
"Cici ikut boleh ya kak."
"Ya ya ya." Bujuknya sambil menggandeng tangan lawan bicaranya.
"APA SIH LO, JADI CEWEK KEGAGALAN BANGET, GA SUDI GUE DISENTUH TANGAN KOTOR LO ITU, gue ingetin sekali lagi, jauhin gue, Lo tuh ya cuma benalu yang haus kasih sayang, gue risih tau ga!!"
"Kak?..."
Tbc
Sorry kependekan xixi
Semoga suka

KAMU SEDANG MEMBACA
Im happy for you
Teen Fictionmengisahkan tentang, seorang anak yang selalu dituntut untuk kebahagiaan sepihak, namun tidak untuknya, Biaya yang selalu menjadi penghalang cita citanya, Mengubur impiannya dalam dalam demi seseorang yang tidak pantas untuk dibagikan. Ibarat tida...