Pasal 3.2

25 11 1
                                    

Mungkin saat ini kita seringkali merasa khawatir, tidak percaya diri atau bahkan ketakutan, boleh saja kita merasa seperti itu, namun jangan sampai itu semua menjadi bumerang yang malah menghancurkan diri kita sendiri. Menurutku akan lebih baik jika kita merasa khawatir, namun itu semua sebagai acuan untuk mengevaluasi terkait apa yang kita lakukan sekarang itu masih belum lebih baik, sehingga kita harus memperbaikinya. Karena percaya terhadap diri sendiri memang akan lebih baik dari pada harus merasa khawatir dan tertinggal dari orang lain, namun jika kita harus terus-menerus merasa lebih baik dari orang lain atau mengenai usaha yang kita lakukan, bagaimana kita akan dapat mengevaluasi diri kita sendiri.

Tuhan memang telah mengatur segalanya, namun apakah kita akan candu dengan semua itu hingga membuat kita lupa pada realita dan bahkan tidak berusaha sama sekali untuk merubah nya, karena aku selalu percaya bahwa tidak ada seseorang yang akan berubah, jika dirinya sendiri tidak berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Aku pun selalu percaya terkait Tuhan yang telah mengatur dunia dan seisinya, namun jika kita tidak bekerjasama dengan kenyataan, untuk apa?. Iya!, tuhan memang maha kuasa dan tidak ada yang tidak mungkin baginya, namun ia selalu melihat mungkin atau tidaknya bagi manusia.

"Seperti ketika seorang anak menanam jagung diatas aspal, lalu tuhan dengan segala kekuasaannya menumbuhkan jagung itu, maka siapa yang akan dianggap tuhan?".

Tentukan semua hal yang terbaik bagi diri kita sendiri, sehingga kita akan menikmatinya dan tahu kapan saat untuk berhenti mengejarnya. Lalu apa yang sedang kita kejar, entah itu mengenai kekayaan atau kesuksesan yang mungkin semua orang menginginkannya, miliki arti masing-masing dari apa yang akan menjadi tujuan kita, seperti kesuksesan dan kekayaan, buat versi diri kita sendiri senyaman mungkin. Tetap lah bekerja sama antara Tuhan yang kita percaya dengan realita yang kita alami untuk merubah semuanya.

Akan tetapi, hati-hati terjatuh, jangan berlari, karena biasanya akan lebih terasa sakit jika ketika kita berlari lalu terjatuh. Jika terus terpaku pada pendapat atau penilaian orang lain hanya akan membuat kita terbentur pada realita. Tidak usah berpura-pura lagi terhadap apa yang kita rasakan, berhenti menjadi budak dari tatanan sosial, namun jangan mengganggunya.

Sungguh heran rasanya kita yang katanya makhluk paling sempurna, namun harus saling menyakiti sesama untuk sebuah hasrat yang membabi buta, menikam dan merenggut hidup sesamanya. Ketika kita yang terus haus akan sebuah pencapaian, maka dunia hanya sebuah arena untuk kita bersaing dan menyingkirkan. Dengan banyaknya perbedaan dan diikat oleh berbagai kepentingan, apakah menjadi alasan untuk kita saling menyakiti?, fenomena mengatasnamakan Tuhan yang paling aku suka, demi atas nama tuhan, bukankah tuhan mengajarkan kita untuk saling mencintai bukannya menyakiti, lantas dengan menyakiti sesama, masih pantaskah kita percaya kepada orang yang mengatasnamakan Tuhan?. Bagaimana mungkin seperti itu, bukankah ketika kita mencintai Tuhan sebagai pencipta, maka kita pun harus mencintai ciptaannya.

"Mau terus mengejar? Atau menyerah terlebih dahulu? Tidak!, mungkin kita butuh istirahat, bukan keduanya. Akan tetapi, berhati-hatilah karena di depan juga ada kematian, atau mungkin bukan di depan, namun ia selalu bergandengan dengan kita". 

Berusaha Menjadi ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang