Pasal 3.3

21 12 2
                                    

Apa kabar?, baik kah? Atau mungkin sedang berada pada posisi yang kalian sendiri tidak tahu terkait perasaan kalian sendiri. Karena pada satu waktu dapat bercanda dan tertawa lepas, namun juga terkadang merasa sepi sendiri. Jika melihat kondisi fisik sekarang tampaknya baik-baik saja, tidak ada masalah apapun. Tetapi untuk isi pikiran kita sendiri, tampaknya ia sedang menghajar kita habis-habisan. Overthinking dan rasa khawatir mengenai masa depan yang berbanding terbalik dengan apa yang saat ini sedang kita lakukan, apakah itu yang sedang kalian alami?. Mencoba untuk istirahat dan tidur nyenyak dengan harapan esok bangun kembali dengan kondisi semuanya akan baik-baik saja. Namun. isi pikiran kita yang seperti bom waktu itu kembali dipatahkan oleh cinta, mimpi, dan juga dibanding-bandingkan oleh orang tua yang memicu isi pikiran kita dihantui oleh rasa khawatir.

Kapan semuanya akan berakhir?

Harapan atau ekspektasi yang kita miliki seolah menjadi jebakan untuk kembali berada pada posisi yang sama seperti sebelumnya. Namun apakah yang sesungguhnya menentukan kehidupan seseorang?. Karena untuk hidup saja kita tidak pernah memilihnya. Untuk satu hal yang lain apakah kita harus menyadari terlebih dahulu adanya kematian agar dapat merasa betapa berharganya hidup. Ironisnya kita yang hanya selalu belajar untuk paham dan peduli hanya dari apa yang menimpa kita saja, bukan dari pengalaman atau cerita orang lain. Kita harus sakit terlebih dahulu agar mampu merasa betapa berharganya hidup sehat, harus kelaparan terlebih dahulu, agar dapat mengetahui betapa nikmatnya dapat makan, kita harus buta terlebih dahulu, betapa nikmatnya melihat dan lain sebagainya.

Pertama jika memang demikian, anggaplah kita yang dapat menentukan segalanya, karena kita adalah perwakilan tuhan untuk menjaga dan merawat tubuh ini, serta alam semesta tempat kita tinggal.

"Aku paham bahwa cerita hidup seseorang pasti berbeda, begitu juga dengan cara mereka dalam memaknainya, jadi jangan menilai orang lain hanya dari cerita yang kita miliki".

Begitupun sebaliknya, jika penilaian orang lain hanya menjadi beban untuk kita atau menjadi pemicu untuk kita berperang dengan pikiran sendiri yang dan hanya menimbulkan rasa stres, maka biarkan semuanya berjalan sesuai dengan keyakinanmu, dan jangan menerima semuanya terkait apa yang mereka katakan, atau terima saja sebagian yang memang sesuai dengan keyakinanmu itu.

Pada apa yang aku alami, kita bukan tidak pernah berpikir terkait masa depan diri kita sendiri, hanya saja ketika semua hal itu selalu ada dan berakhir dalam pikiran kita, sepertinya akan menjadi beban atau bumerang untuk masa depan kita sendiri dan selalu di buru oleh kekhawatiran bukan keyakinan. Mungkin karena kita tahu apa yang saat ini dilakukan, itu berbanding terbalik dengan apa yang kita mimpikan, atau kita tidak dapat melakukan apapun dan hanya kebingungan untuk memulainya dari mana, sementara orang lain sudah bergerak maju meninggalkan kita.

Aku tahu bahwa kita pun sadar akan tanggung jawab yang menanti, lalu ketika keluarga yang selalu mengingatkan terkait tanggung jawab dan masa depan kita, hal itu menjadi pemicu terhadap isi pikiran yang merasa khawatir akan menjadi apa kelak. Terkadang kita pun bukan tidak memikirkan semua hal itu, namun kadang kala hal itu lah yang selalu memburu isi pikiran kita, lalu dengan memikirkan hal-hal positif agar semua rasa khawatir itu menghilang, namun ternyata, rasa khawatir yang kita miliki itu semacam sebuah penyakit, yang ketika diberi obat dapat sembuh, lalu kembali kambuh, dan minum obat kembali agar sembuh, terus saja hal itu berulang ketika memang sumber penyakitnya tidak pernah kita atasi.

Saat aku tahu hal ini tidak dapat teratasi dengan motivasi-motivasi yang diberikan orang lain, karena memang harus ada pergerakan untuk mencari dan menciptakan momentum yang tepat untuk kita bergerak, seakan semuanya lenyap ketika momentum itu tidak dapat kita temukan atau ciptakan sendiri. Sehingga terkadang kita berada pada posisi yang memang ingin istirahat sejenak, lalu tertidur nyenyak dan bangun kembali dengan harapan esok akan baik-baik saja.

Berusaha Menjadi ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang