sorry bgt gengs aku ngegantung cerita ini lama wkwk
.
.
.
Giana yang baru saja menyelesaikan cucian piringnya mengernyit ketika bel rumahnya berbunyi. Siapa kiranya yang datang mengunjunginya sepagi ini?.
Giana melap tangannya yang masih basah, kemudian sedikit berlari menghampiri pintu ketika suara bel terus terdengar.
"mama?" kaget Giana ketika membuka pintu.
Rupanya yang datang adalah sang ibu mertua, juga adik iparnya yang emm tampak tidak bersahabat.
"ayo, silahkan masuk ma, Citra" ujar Giana mempersilahkan kedua orang itu untuk masuk.
"mama dateng kepagian ya, Gi?" tanya wanita paruh baya itu sembari mendudukkan dirinya pada sebuah sofa.
"enggak kok ma, aku juga barusan kelar beres-beres"
"bisa juga ya lo beres-beres" Citra menanggapi dengan cibiran yang langsung ditegur sang ibu.
"ya soalnya selama ini dia kan princess ma" ujar Citra acuh, sementara Giana hanya menanggapi dengan senyuman kaku.
Citra memang seumuran dengannya, Giana tidak tahu kenapa adik dari Ezra ini begitu membencinya. Gadis ini bahkan tidak menyembunyikan ketidaksukaannya dihadapan orangtuanya bahkan Ezra.
"mama sama Citra udah sarapan?, kalo belum biar Giana masakin nasi goreng"
"gak usah Giana, kami udah sarapan, mama ada urusan sama temen mama, sekalian mampir liat kamu dulu" Tolak Anita, mertuanya.
"terima kasih ma, kalo gitu biar Giana ambilin minum dulu" ujar Giana lalu beranjak menuju dapur.
Tidak lama kemudian Giana datang dengan dua cangkir teh hangat. Dengan hati-hati ia meletakkannya dihadapan Anita juga Citra.
"diminum dulu, ma, Cit"
"gue gak minum teh tuh" ujar Citra yang diam-diam membuat Giana sebal.
Sebenarnya jika saja Anita tidak ada disini, ia tidak keberatan untuk meladeni sang adik ipar yang sangat tidak ramah ini.
"Citra, kamu yang sopan sama Giana" tegur Anita membuat sang anak mendengus.
"Giana gimana kabarnya?"
"alhamdulillah baik ma"
"syukurlah, kepala kamu sudah gak sakit lagi kan?"
Giana menggeleng pelan.
"jangan terlalu berpikiran berat, kamu ikutin aja kata dokter, masih sering konsultasi kan?" tanya sang ibu Mertua lagi.
"iya ma, masih rutin kok, Cuma belum ada perubahan aja"
"lo nya kali yang sengaja gak mau inget" Citra menimbrung dengan kata-kata pedasnya lagi.
"Citra!"
"emang iya kan? Masa iya selama ini belum ada perubahan!"
Anita menghela nafas berat karena kelakuan anak bungsunya ini. Memang salah ia membawa Citra jika berurusan dengan Giana.
"udah lah ma, ayo kita pergi!. Ngapain kita lama-lama disini, toh kita udah tau kok kalo dia belum sama sekali ada perkembangan, biar aja dia terus hidup dalam mimpi" ujar Citra kian menggebu lalu bangkit dan keluar dari rumah itu.
Sementara Anita yang ditinggal sang anak memijat pelipisnya pelan lalu menatap tidak enak pada Giana yang masih terdiam. Menyesal sekali ia membiarkan Citra mengantarnya.