"Hola, Ava."
Aku berjengit kaget ketika satu tepukan mendarat di bahu. Troy tersenyum ramah, sama sekali tidak merasa bersalah, padahal sudah membuatku hampir menjatuhkan ponsel di tangan. Dia tidak peduli ketika beberapa hari lalu kuperingatkan agar tidak sering-sering menemuiku seperti ini saat jam makan siang, tetapi dia terus datang seolah-olah dia tidak punya kenalan lain untuk diajak bicara di gedung ini.
"Hai, Troy. Aku berencana untuk mengajak Ava mencoba menu baru di kafe kantor, tapi aku tidak bisa melakukannya lagi kalau kau berusaha merebutnya." Lauren melepas kacamatanya dengan wajah tertekuk. Suasana hatinya sudah tidak bagus sejak tadi pagi karena Elizabeth tiba-tiba menyerahkan proyek milik anggota yang lain. Konsepnya bahkan tidak dijelaskan padanya. Dan sekarang seseorang akan merebut teman makan siangnya.
Lauren malang sekali. Sedangkan aku tidak bisa berbuat apa-apa karena jika menolak, Troy akan memanfaatkan posisinya di perusahaan.
Troy tertawa, dan aku menyenggolnya agar tidak bermain-main dengan wanita yang sedang sensitif. Dia membuktikan kalau keberadaannya di sini memang hanya untuk mengisi jabatan yang kosong, sekadar tempelan. Namun, dia tidak berhenti menceritakan perkembangan rencananya untuk membangun sebuah rumah penerbitan, apalagi buku pertamanya yang terbit laku keras. Aku beruntung mendapat cetakan pertama dengan tanda tangannya. Sayangnya, aku belum sempat membaca karena sibuk dengan pesanan desain digital.
"Aku bicara sebentar saja. Tapi bisakah kau menunggu di luar? Ini permintaan sebagai atasan, bukan teman." Lihat, apa kubilang? Dia akan memanfaatkan posisinya untuk sesuatu yang sepele.
"Kau beruntung punya jabatan lebih tinggi dari kami, Troy." Lauren mendorong kursinya masuk ke lorong bawah meja dan meraih ponselnya. "Temui aku di lantai dua, Ava."
Aku mengiakan dan membalas lambaian tangan Lauren sampai dia menghilang di balik pintu. Meski Troy bisa menciptakan rumor tidak enak tentang kinerjaku, apalagi Elizabeth juga sudah memperingatkan, tetapi aku tidak bisa mengabaikannya. Dia satu dari sedikit hal baik yang kudapat selama delapan jam bekerja dalam sehari.
"Jadi, ada perlu apa? Kalau kau bertanya tentang ilustrasi untuk bukumu selanjutnya, aku sedang mengerjakannya. Kau tidak perlu khawatir."
"Bukan, bukan itu. Tapi ini." Troy menyodorkan sebuah amplop berwarna hijau muda dengan ukiran timbul berwarna keemasan. Tidak keterangan lebih banyak di sana selain tulisan 'you're invited'. Akan sangat mengejutkan kalau ternyata itu undangan pernikahannya, apalagi dia tidak pernah sekali pun bercerita tentang kehidupan asmaranya.
Aku menerima amplop itu dan menerimanya tanpa berhenti menyoroti wajahnya yang penuh semangat. Pergerakan bola matanya menginstruksikanku agar segera membaca apa yang tertulis di kertas tebal dari dalam amplop tersebut.
"Charity Gala di Central Park Jumat ini. Membaca kode busananya saja aku seketika merasa sangat miskin." Kukembalikan amplop tersebut beserta isinya. "Kau tidak bermaksud memintaku untuk datang ke sana, 'kan? Aku tidak punya apa-apa untuk didonasikan."
"Tidak, tidak. Kau bisa datang untuk mewakili Alby--karena aku yakin dia diundang, kalau dia tidak bisa datang--atau menjadi plus one-ku. Bagaimana?"
Aku mendengar namanya lagi. Troy tentu tidak bermaksud buruk ketika menyebut-nyebut namanya, toh dia tidak tahu kalau kami sudah selesai. Tidak banyak yang tahu, memang. Lagi pula, aku bukan orang yang suka mengumumkan apa yang terjadi padaku kepada orang banyak. Biar saja waktu yang menunjukkan semuanya.
"Aku tidak yakin datang untuk alasan keduanya." Aneh saja orang serbakekurangan sepertiku datang ke acara mewah seperti itu. Jika sebagai pekerja paruh waktu dan melayani para tamu, itu lebih cocok. Aku cukup sering melakukannya saat kuliah, ada sebuah komunitas yang sering kali menyebarkan info tentang lowongan kerja paruh waktu dan aku tidak pernah absen mendaftarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...