Part. 2 {Pertemuan Heavenly Virtues}

8 0 0
                                    

✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥

"Baiklah, Kakak harus pergi duluan, kalian nanti hati-hati pergi ke sekolahnya." Ucap Sariel kepada Adik-Adiknya sambil menaruh kedua tangannya di kepala masing-masing Adiknya.

"Baik Kak Sariel." Ucap Haniel dan Minerva secara bersamaan.

"Kak Sariel juga hati-hati di jalan." Ucap Haniel kepada Sariel sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Iya." Ucap Sariel kepada Haniel yang membelakangi Haniel.

Sebelum Sariel membuka pintu rumahnya diapun berbalik badan, menuju ke arah Adik-Adiknya yang berada di belakangnya dan memberikan kecupan manis di kening masing-masing Adiknya.

"Baiklah, Kakak pergi, bye-bye." Ucap Sariel sambil tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Adik-Adiknya.

"Bye-bye Kak Sariel." Ucap Haniel dan Minerva secara bersamaan.

Sariel pun membentangkan sayapnya, mengepakkan sayapnya dan terbang menuju ke tempat yang ingin dia tuju.

*Wusshh...*
Suara hembusan angin dari kibasan sayapnya Sariel.

Sementara itu Haniel dan Minerva sedang menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa untuk pergi ke sekolah, Haniel yang sudah siap dengan barang-barangnya menunggu Minerva dibawah tangga.

"Minerva, apa kamu sudah siap??" Tanya Haniel yang berada dibawah tangga.

"Tunggu Kak, sebentar lagi, masih ada beberapa barang yang ingin aku siapkan." Ucap Minerva yang berada di kamar lantai dua.

"Buku ada, kotak pensil ada, ini ada, itu ada, baiklah semua barang-barang sudah siap, waktunya untuk pergi ke sekolah." Ucap Minerva.

Minerva pun bergegas keluar dari kamarnya dan turun dari tangga untuk menemui Haniel yang sudah menunggunya di depan pintu rumah.

"Kak Haniel, aku siap." Ucap Minerva sambil tersenyum dan hormat kepada Haniel.

"Kalau begitu, ayo kita pergi ke sekolah." Ucap Haniel sambil membuka pintu rumah.

Saat mereka sudah berada di luar rumah, Haniel yang ingin membentangkan sayapnya menyadari sesuatu hal, dia menyadari bahwa Minerva tidak bisa terbang karena sayapnya cacat.

"Kenapa Kak?? Kenapa enggak jadi terbang??" Tanya Minerva.

"Kakak lupa kamu pergi sekolah bersama Kakak, biasanya kamu bersama Kak Sariel." Ucap Haniel.

"Jika Kakak mau terbang, terbang lah aku akan jalan kaki saja." Ucap Minerva.

"Enggak-enggak, Kakak akan tetap bersamamu, kita jalan bersama sampai tujuan, oke." Ucap Haniel kepada Minerva sambil menaruh tangannya di kepala Minerva.

"Oke." Ucap Minerva sambil tersenyum.

Mereka pun pada akhirnya pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.

|Ruang Pertemuan|

Sementara itu Sariel yang berada di depan pintu raksasa terbuka dengan sendirinya, saat pintu terbuka terlihat ruangan yang megah, besar, penuh dengan ornamen emas di mana-mana.

Terdapat meja panjang dan beberapa kursi di sana, kursi tersebut telah terisi oleh beberapa malaikat.

"Maaf atas keterlambatan saya." Ucap Sariel.

"Tidak apa-apa Sariel, lagi pula kita masih menunggu satu orang lagi." Ucap seorang pemuda dengan rambut pendek berwarna kuning.

"Siapa orang yang satu lagi??" Tanya Sariel.

"Orang yang satu lagi adalah Zacharael." Ucap seorang pemuda dengan rambut panjang berwarna ungu yang diikat kuncir kuda rendah di atas bahunya.

Sariel pun pergi ke tempat duduknya, di sebelah kirinya terdapat seorang pemuda dengan rambut pendek berwarna jingga.

"Menurut Tuan Cassiel, siapa yang datang duluan?? Tuan Raphael atau Tuan Uriel??" Tanya Sariel kepada Cassiel, pemuda dengan rambut pendek berwarna jingga.

"Hmm... Tidak keduanya." Ucap Cassiel kepada Sariel sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Eeh~!! Bagaimana bisa??" Tanya Sariel dengan terkejut.

"Tentu saja bisa, lagi pula yang datang duluan itu adalah aku dan Tuan Cassiel." Ucap seorang anak laki-laki dengan rambut pendek dengan surai yang lebih panjang di sebelah kanan berwarna biru muda dan kacamata bulat satu bingkai.

"Benar yang dikatakan oleh Gabriel." Ucap Cassiel kepada Sariel.

"Tidak ku sangka, Tuan Gabriel yang datang duluan." Ucap Sariel kepada Gabriel, anak laki-laki dengan rambut pendek dengan surai yang lebih panjang di sebelah kanan berwarna biru muda dan kacamata bulat satu bingkai.

"Tentu saja, lain kali kamu yang datang duluan, supaya bisa merasakan bagaimana sepinya tempat ini sebelum ada kami." Ucap Gabriel kepada Sariel.

"Saya mengerti." Ucap Sariel sambil menggaruk-garuk kan kepalanya.

Tidak lama kemudian pintu raksasa tersebut terbuka kembali, memperlihatkan sosok pemuda dengan rambut pendek fluffy berwarna putih di sana, tidak lain dan tidak bukan itu adalah Zacharael.

"Maaf atas keterlambatan saya." Ucap Zacharael.

"Zacharael, kamu selalu terlambat di setiap ada pertemuan." Ucap seorang pemuda dengan rambut setengah panjang berwarna biru tua yang diikat kuncir kuda rendah.

"Maafkan saya Tuan Michael." Ucap Zacharael kepada Michael, pemuda dengan rambut setengah panjang berwarna biru tua yang diikat kuncir kuda rendah.

"Sudahlah hentikan itu Michael, yang penting dia sudah datang." Ucap seorang pemuda dengan rambut panjang berwarna ungu yang diikat kuncir kuda rendah di atas bahunya.

"Iya anda benar, maafkan saya Tuan Uriel, Zacharael." Ucap Michael kepada Uriel, pemuda dengan rambut panjang berwarna ungu yang diikat kuncir kuda rendah di atas bahunya.

"Kamu boleh pergi duduk Zacharael." Ucap seorang pemuda dengan rambut pendek berwarna kuning.

"Baik, terimakasih Tuan Raphael." Ucap Zacharael kepada Raphael, pemuda dengan rambut pendek berwarna kuning.

"Iya, sama-sama." Ucap Raphael kepada Zacharael.

Pada akhirnya Zacharael pergi ke tempat duduknya, saat dia duduk di tempat duduknya dia masih merasa bersalah atas keterlambatannya.

"Sudahlah Zacharael jangan terlalu dipikirkan." Ucap Uriel yang berusaha menenangkan Zacharael.

"Benar itu kata Tuan Uriel, lagi pula siapa tahu besok kamu yang datang duluan sedangkan Michael datang yang paling terlambat." Ucap pemuda dengan rambut pendek berwarna Merah Marun.

"A-APAAAA... Mengapa Tuan Ramiel mengatakan hal seperti itu??" Ucap Michael kepada Ramiel, pemuda dengan rambut pendek berwarna Merah Marun.

"Apa?? Memang benarkan?? Aku tidak salahkan Tuan Azrael??" Ucap Ramiel kepada Azrael, pemuda dengan rambut pendek berwarna hijau tua.

Pemuda tersebut pun membuka matanya secara perlahan sembari tersenyum kearah Ramiel.

"Iya, kau tidak salah Ramiel." Ucap Azrael kepada Ramiel sambil tersenyum.

Tiba-tiba pintu raksasa tersebut terbuka kembali, memperlihatkan sosok pemuda dengan rambut panjang berwarna perak yang diikat kuncir kuda di sana dan sesosok yang lebih tinggi darinya, tidak lain dan tidak bukan itu adalah Raguel dan 'Sang Ayah'.

"BERIKAN HORMAT KEPADA 'SANG AYAH' YANG TELAH HADIR." Ucap Raguel dengan nada tinggi yang memenuhi seluruh ruangan.

Semua malaikat yang berada di sana berdiri dari tempat duduk mereka dan membungkuk memberikan hormat kepada 'Sang Ayah' sampai 'Sang Ayah' duduk di kursinya.

Dan sesampainya 'Sang Ayah' duduk di kursinya, mereka pun mulai membahas tentang kehidupan manusia di generasi selanjutnya.

✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥
Part 2 The End

The Agony of the Angel MinervaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang