Chapter Three: Stalker - 4

511 85 10
                                    

Pesanan dari tim Hyunjin dan tim lawan mereka diletakkan pada troli yang sedang didorong oleh Yerim. Dia memilih untuk mengantar milik tim lawan dulu, karena pesanan mereka yang lebih banyak. Ia tidak begitu semangat, sejak awal sudah tahu untuk tidak begitu.

Wajah-wajah familiar terlihat bahkan sejak ia baru satu langkah keluar dari pantry. Suara gesekan roda troli ke lantai semakin dekat semakin keras, kehadirannya langsung disadari. Gadis pekerja itu menundukkan wajahnya karena enggan melihat tujuan. Ia lebih suka memandangi ubin, hanya untuk menentukan jalan yang lurus baginya.

Enam orang berada di sisi lain lapangan. Mereka langsung menyambut kedatangan Yerim dengan berbagai reaksi. Satu yang paling kentara adalah suara keras dari pemuda  bertubuh tinggi yang langsung menghambur diri memeluknya.

Yerim mematung, menerima pelukan dengan ekspresi yang berlawanan. Dia seperti tak tahu harus bereaksi apa, hanya bisa memandangi orang itu sampai dia melepaskan pelukannya.

"I miss you so much!"

Dia terlalu bersemangat, memancing perhatian hampir semua orang di lapangan 2. Yerim melirik ke arah tim Hyunjin, dan benar saja, mereka memperhatikan dengan baik.

"Aku harap kau lepaskan aku."

Orang itu langsung peka dan melepaskannya, wajahnya cengegesan. "Maaf." 

Sebelum terlalu banyak kontak fisik, Yerim buru-buru menjauh dan melakukan pekerjaannya. Dia lebih suka menghindari tatapan dengan semua orang, hanya meletakkan minuman dan snack di meja dan memunggungi setiap orang di sana.

"Kau terlihat semakin seksi dengan pakaian seperti ini."

"Sexier, yes. Kalau kau perhatikan warna putih itu transparan and you can see her shapes really well."

"And those apple butts."

Telinga Yerim terasa panas walau dia tak terlalu paham arti kalimat itu. Kemampuan bahasa Inggris yang meningkat tidak membuat dirinya senang. Mata nakal dan kalimat kotor dari para lelaki itu hanya membuatnya semakin enggan berlama-lama di sana.

"How much for a night darling?"

"Maybe we can share?"

"For those butts, yes!"

"Semua pesanannya sudah selesai, ya? Kalau begitu saya permisi."

"Sayang, kenapa cepat sekali?"

"Kemarilah dulu. Masih ada sepuluh menit waktu istirahat. Tunjukkan aku di mana toiletnya."

"Hah? Sepuluh menit? Itu saja kemampuanmu?"

Seluruh tubuh Yerim terasa merinding. Ia benar-benar merinding seperti seluruh tubuhnya disengat listrik. Itu bukan hal yang bagus.

"Kalau begitu saya permisi,"

Yerim hendak melangkah pergi tetapi langkahnya dihentikan. Kaki seseorang sengaja diangkat untuk menghalangi jalannya. Jika gadis itu tidak peka dia mungkin bisa tersandung. Pelakunya sangat jelas. Dia tersenyum sangat menyebalkan. Hanya dengan ekspresi saja, dia seakan-akan mengucapkan berbagai kalimat kotor. Seringaian di wajahnya memancarkan aura negatif.

"Kau tidak merindukan kami? Bagaimana pekerjaanmu di sini? Menyenangkan?" dia bertanya, diselingi senyuman. "Aku lihat kau sepertinya punya penggemar baru. Itu bagus untukmu." Tanpa peringatan pemuda itu meremas bokongnya!

Yerim memandangi tangan laknat itu dengan mata menyala. Dia segera menepisnya, langsung mengacungkan jari telunjuk tepat ke depan wajah pemuda itu. "Sialan kau!"

"Oh, come on!"

"Jangan coba-coba menyentuhku!" Jari telunjuk itu berada tepat di depan bola matanya. "Aku bukan lagi mainan kalian!"

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang