16. ∘∘Keputusan ིྀ

15 3 0
                                    

Happy Reading 🌸

"Gimana? Undangannya udah lo bikin, Rin?"

"Beres, El."

"Oke, sekarang anter undangan itu ke rumah Meyra."

"Siap."

Karin melajukan motornya dengan sangat cepat menuju rumah Ameyra. Tidak butuh waktu lama. Ia sudah sampai di rumah itu.

Tok ... tok ... tok ...
"Permisi."

Tak berselang lama, seorang wanita membukakan pintu. "Iya, cari siapa, ya?"

"Meyra ada, Tante?"

"Oh, meyra sedang keluar, tadi tante menyuruh dia untuk membeli beberapa bahan masakan yang sudah habis."

Karin tersenyum. "Oh, gitu ya, Tan. Yaudah,  aku titip ini aja sama Tante."

"Apa ini?"

"Undangan pesta ulang tahun, Tante."

"Oh baik. Terimakasih ya, Nak. Kamu sopan sekali."

"Sama-sama tante, aku permisi dulu."

''Iya, hati-hati. Jangan ngebut! Bahaya."

"Iya, Tante."

Karin pulang dengan perasaan yang sulit diartikan. Sikap ibu Ameyra yang sangat ramah padanya itu mampu menggetarkan hatinya. Tak seharusnya keluarga dengan hati sebaik itu mendapatkan perlakuan buruk.

Karena tidak fokus, Karin menabrak sebuah tiang papan reklame di pinggir jalan hingga tubuhnya terpental.

                                      ʚɞ

"APA?? ANAK SAYA KECELAKAAN?" Siska. Ibu Karin histeris ketika mendengar kabar bahwa anaknya kecelakaan.

Ia langsung bergegas ke rumah sakit. Di sana sudah ada Ellena yang tahu lebih dulu karena kontak paling sering dihubungi. Jadi, pihak rumah sakit menghubunginya lebih dulu.

Siska berlari tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Dirinya bertemu dengan Ellena. "Ellena, gimana keadaan Karin?" tanya Siska sambil menangis.

"Ellen juga belum tau, Tante."

Tubuh Siska melemas. Lalu, ia duduk di samping Ellena yang sedang memainkan ponselnya.
Apakah gadis itu tidak khawatir?

Mereka duduk di kursi tunggu depan ruang IGD. Tak ada percakapan apa pun di antara mereka. Setelah kurang lebih 10 menit, dokter keluar memecahkan lamunan mereka.

Dokter mengatakan bahwa Karin hanya mengalami luka ringan. Jadi, tidak perlu rawat inap.

Siska menghela nafas lega setelah itu. Mereka diizinkan masuk ke ruang IGD untuk melihat keadaan Karin.

Hanya sebentar. Karena Karin juga sudah diizinkan untuk pulang.

ʚɞ

Di rumah Karin.
Siska membiarkan Ellena dan Karin di dalam kamar. Ia membuat minuman untuk mereka.

"Rin," panggil Ellena.

"Kenapa?"

Ellena melihat ke arah pintu untuk memastikan tidak ada Siska di sana. "Tadi, tu undangan udah sampai ke Meyra, kan?"

Karin terdiam. Ia menatap mata Ellena. Bagaimana bisa ada orang yang merencanakan kejahatan sedetail ini?

"Udah, tapi di Bundanya. Meyra lagi keluar."

"Loh, kok? Harusnya kan di Ameyra langsung, Rin. Harusnya lo tuh nungguin sampai Ameyra pulang."

Mendadak Karin tersulut emosi. "El, gue ini sahabat apa babu lo, sih? Perasaan dari awal apa-apa gue yang ngerjain. Kalo gue salah, lo pasti marah-marah. Tapi lo sendiri pun nggak mau ngerjain. El, sekarang gue ngerti kenapa Viola memilih pergi dari rumah lo."

Rest In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang