Stasiun MRT hari ini cukup padat, semua orang di sini berlari-lari berbalapan dengan waktu. Begitupun Jeremy, jika ia tidak berhasil naik kereta yang ini, ia akan telat masuk kerja. Dengan mengerahkan cukup tenaga dia pun berhasil masuk ke dalam gerbong kereta. Dia memandang ke sekeliling, hendak mencari kursi yang kosong. Tetapi matanya berhenti pada sesosok manusia yang sedang berdiri di arah jam 1 dari posisi tempatnya berdiri. Jeremy memandang pria itu dan mencoba mengenalinya, wajahnya tidak asing. Pria itu mengenakan hoodie warna putih dengan dilapisi jaket denim berwarna biru, celana jeans biru dan ransel berwarna biru muda. Kupluk hoodienya menutupi kepalanya. Sejenak Jeremy berpikir, di Jakarta memakai pakaian seperti itu? Apa tidak gerah?
Merasa di perhatikan, pria yang ditatap Jeremy pun ikut menatap Jeremy, mata mereka bertemu, raut wajahnya terlihat bingung. Walau tertutup masker, tapi jelas pria itu kebingungan dan mungkin cukup merasa tidak nyaman. Jeremy yang merasakan itu langsung berbalik badan dan memainkan handphonenya.
2 menit kemudian, Jeremy kembali melirik ke arah pria itu. Tetapi pria itu tidak ada di tempatnya tadi. Mungkin dia merasa Jeremy creepy dan pindah gerbong. Tetapi tiba-tiba pundaknya di tepuk dari arah kanan.
Jeremy tersentak dan reflek menoleh. Ternyata yang menepuk pundaknya adalah pria tadi ditatapnya...
"Do we know each other?" Tanya pria itu dengan pandangan yang menurut Jeremy terlihat cukup mengintimidasi. Jeremy yang panik menjawabnya dengan terbata-bata.
"I- i thought you were someone i knew. I'm so sorry about that. Ga bermaksud apa apa kok." Jawab Jeremy. Pria tadi mengangkat sebelah alisnya, lalu berbalik badan dan berjalan menjauh. Jeremy menarik nafas panjang. Baru kali ini hal kaya gini terjadi di hidupnya.
Bersyukur Jeremy langsung turun di stasiun berikutnya, jadi dia bisa kabur dan segera menghindari pria itu. Jeremy meringis, andai dia tidak menatap pria itu tadi. Pasti ga bakal kejadian kaya gini. Dia merasa malu.
Pintu pun terbuka, Jeremy buru-buru keluar gerbong. Tapi tanpa dia sadari, card holdernya jatuh saat dia buru-buru keluar gerbong. Pria tadi melihat Jeremy yang menjatuhkan card holdernya lalu memutar matanya malas.
'So clumsy.' Batin pria itu.
Pada saat hendak keluar dari stasiun, Jeremy merogoh-rogoh tas nya, mencari card holder yang dia rasa sudah dia taruh di tasnya. Wajahnya panik, keringat bercucuran. Dia menatap jam tangannya. Dia hampir telat.
Baru saja Jeremy hendak menumpahkan semua isi tasnya ke lantai, tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan card holdernya.
"Jatoh tadi di kereta." Ujar orang itu. Betapa kagetnya Jeremy saat tau orang itu adalah pria yang ditatapnya tadi.
Jeremy mengucapkan terima kasih, lalu pria itu memberi isyarat dengan wajahnya untuk menyuruh Jeremy keluar stasiun. Jeremy pun berjalan dengan cepat keluar stasiun.
Saat hendak keluar, Jeremy kembali menoleh ke belakang, pria itu masih berdiri di sana, belum bergerak sedikitpun. Masih menatapnya dengan kedua tangan yang disilangkan. Jeremy pun berlari keluar stasiun. Mengejar waktu agar tidak telat masuk kantor.
***
Jeremy bersyukur, dia tidak telat hari ini. Absen tepat 3 detik sebelum jam masuk. Tidak sia-sia dia sprint dari stasiun ke kantornya. Jeremy pun mengambil card holdernya, hendak menaruh kartu emoney yang dia kantongi setelah keluar stasiun tadi. Tapi tiba-tiba dia melihat kertas yang sebelumnya tidak ada di card holdernya, dia pun menarik kertas tersebut.
"Ini ga free, lo harus traktir gua sesuatu.
Add me on LINE @steeeven"Jeremy tertawa, dia pun mengambil handphonenya dan buru-buru membuka line.
"Hi, ini gue yang tadi di mrt. Jeremy"
Sent
"Thank you so much ya, that's very kind of you. I'm so grateful to meet you there. Just tell me what you want, i'll buy you anything as long as i still can afford it lol."
Sent
Jeremy pun menaruh handphonenya dalam posisi terbalik, agar ia tidak melihat jika ada notifikasi yang masuk. Seperti chattingan sama gebetan aja, batinnya. Dia pun terkekeh lalu mencoba mulai bekerja, tapi pikirannya selalu terdisctract ke pria tadi. Ia tidak bisa fokus ke pekerjaannya.
Drrt drrt
Handphone Jeremy bergetar, Jeremy buru-buru mengambil handphonenya.
"Halo, Jeremy. Gua Steven."
"No biggie, lain kali jangan ceroboh. Ga semua orang kaya gua."
"Balik kerja jam berapa?"
"How about Starbucks Sudirman?"
Jeremy tersenyum-senyum sendiri. Dia pun membalas.
"Siaapp"
"Jam 4 sore"
"Okay, cool. See you there."
Sent
"Hey siri, please play Enchanted by Taylor Swift." Ucap Jeremy.