Bab 31

1.2K 190 11
                                    


Ali terlihat menunggu Prilly yang masih didandani sesekali pria itu tampak melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir jam 8 malam, Ali sendiri sudah merasa kelaparan karena biasanya jam segini ia sudah menyantap makan malamnya.

Sambil menunggu Prilly selesai berdandan, pria itu melangkah menuju dapur tepatnya meja makan dimana bakwan yang Prilly buatkan untuknya masih tersisa lumayan banyak, cukuplah untuk mengganjal perutnya yang sudah keroncongan.

Ali menarik kursi meja makan lalu membuka tudung saji dan meraih piring berisi bakwan itu. Ali terlihat begitu menikmati bakwan itu sampai suara deringan ponselnya terdengar hingga membuat Ali meraih tisu untuk mengelap tangannya yang berminyak setelah itu ia baru merogoh saku celananya untuk melihat siapa yang menghubungi dirinya.

Ternyata Ryan yang menghubungi dirinya. Ali segera menjawab panggilan dari temannya itu. "Halo."

"Lo udah jalan?"

"Belum bentaran lagi mungkin. Kenapa?" Ali berbicara sambil memakan bakwan. "Lo datang juga? Bukannya lo bilang ada acara pesta teman lo?" Tanya Ali pada sahabatnya.

"Iya gue terpaksa kesini karena Papa yang nyuruh nggak mungkin kita nggak datang di pesta anak Pak Dayan, beliau salah satu pilar untuk menopang keinginan lo."

Ali menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang Ryan katakan. Pak Dayan salah satu pemegang saham utama di Hutama Group yang memberikan dukungannya untuk Ali yang ingin memajukan mencoba bidang otomotif.

"Jadi lo ngorbanin teman lo buat gue?" Tanya Ali lagi.

"Lo juga sahabat gue kalau lo lupa."

Tawa Ali terdengar geli saat mendengar nada sewot sahabatnya. Beberapa saat kemudian panggilan terputus tepat dengan suara langkah kaki terdengar mendekat kearah Ali.

"Lo udah---"

Ali tidak bisa melanjutkan perkataannya karena terlalu terkejut dengan penampilan Prilly malam ini. Ali begitu terkesima melihat tampilan Prilly malam ini. Gadis itu terlihat begitu cantik dengan balutan gaun merah yang membungkus tubuh mungilnya dengan begitu sempurna.

Kening Ali tampak berkerut saat melihat belahan gaun yang Prilly kenakan. "Ini kenapa belahannya panjang begini?" Tanya Ali saat samar-samar melihat paha Prilly.

Prilly menunduk menatap belahan yang Ali tunjuk. "Memang modelnya begini." Jawabnya santai.

Ali tidak tahu kenapa tapi ia merasa sangat tidak suka dengan model gaun yang Prilly kenakan. Dadanya tiba-tiba terasa panas saat membayangkan berapa banyak laki-laki yang akan melihat paha gadis itu.

"Mereka dimana?" Mereka yang dimaksud Ali adalah mua yang Ibunya utus ke apartemen untuk merias Prilly.

"Masih di kamar kayaknya. Kenapa?" Tanya Prilly yang sama sekali tidak dijawab oleh Ali.

Pria itu beranjak menuju ke kamar meninggalkan Prilly yang menatap bingung kepergian pria itu. "Aneh banget." Ujarnya sebelum berbalik dan mengikuti Ali yang berjalan menuju ke kamar.

*****

Ali tersenyum puas saat melihat gaun pilihannya yang kini membalut tubuh Prilly. Gadis itu masih sama cantiknya hanya saja aura yang menguar dari gadis itu jauh sekali dari kata seksi.

Prilly justru terlihat begitu manis dengan gaun hitam yang Ali pilihkan. Keduanya tampak serasi karena sama-sama mengenakan pakaian berwarna hitam.

Prilly menghela nafasnya, ia sama sekali tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba seposesif ini padanya. Tapi jika boleh jujur, Prilly jauh merasa lebih nyaman dengan gaun yang Ali pilihkan. Gaunnya terlihat sederhana namun terlihat sangat manis karena ada aksen pita dikedua lengannya.

Mrs AliandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang