Perlahan aku mulai lupakan semua hal-hal yang menyakitkan, aku coba nikmati kesendirianku, hhmmm gak sendiri juga sih tapi bersama mahkluk sebangsa lelembut. Aku fokuskan pikiranku pada pekerjaanku, dan setelah pulang aku sibukan diriku menemani Shina nonton film. Jika liburanpun aku coba jalan-jalan bersama Shina walaupun dalam radius tak terlalu jauh dari tempat jasadnya terbaring. Tapi jika berjalan dengannya aku harus menghindari keramaian, mencari tempat-tempat yang sepi, yang jauh dari pandangan orang. Bukan untuk mojok layaknya pemuda yang tak kuat menahan nafsu, tapi menghindari dari tatapan aneh orang yang menatapku.
Walaupun begitu tetap saja pasti orang-orang berfikir heran, ngapain coba seorang diri pergi ketempat sepi. Mungkin sebagian berfikir jika aku sedang ingin bertapa. Benar-benar membuatku terlihat gila.
" Seishin apa kamu gak bosen sehari-hari kegiatannya begini mulu ? " tanyaku saat sedang menemaninya nonton TV.
" Maksudnya begini mulu ? tanyanya balik
" Nonton TV, ke atap rumah, keluyuran gak jelas Cuma ngeliatin tetangga ngobrol " ucapku.
" Sebenernya bosen sih, tapi pas kamu pulang kerja jadi gak bosen " jadi malu nih
" Kenapa ? " tanyaku sedikit terbata.
" Kamu pikir enak apa sendirian, sepi walaupun di tengah keramaian. Untung ada kamu yang bisa ngerasain keberadaan aku. Sendirian itu lebih menyakitkan dibanding dengan mendapatkan luka separah apapun. Manusia gak akan pernah bisa menang dari rasa kesepian. Dan sekarang ada yang menemaniku setiap hari, Tuhan memang menjawab doaku dengan caraNya sendiri. Terima kasih sudah mau nemenin aku Sam, kamu adalah seseorang yang menyelamatkanku dari neraka yang bernama kesepian " ucapnya terdengar sedikit lirih, mendengarnya berkata begitu, seperti ada sesuatu yang hangat menjalar ke hatiku. Aku juga gak tau bagaimana rasanya selama 2 tahun berdiam diri tanpa ada yang menemaninya.
" Aku juga terima kasih untukmu seishin, sejak kedua orang tuaku meninggal pada sebuah kecelakaan 4 tahun yang lalu aku merasa sepi, tapi untunglah tak lama setelah kepergian orang tuaku, aku mengenal Via dan dia selalu menemani hari-hariku. Dan setelah hubungan kami kandas, aku seolah kehilangan satu-satunya harapanku untuk menemani sepiku " ucapku, sejenak kuhela nafas panjang.
" Tapi saat aku mulai putus asa, aku bertemu denganmu. Walaupun awal-awal sempet takut juga sih, takutnya ilang ganti jadi jengkel " wajahnya terlihat kesal mendengar ucapanku.
" Lalu buat apa kamu berterima kasih ? " tanyanya sewot
" Paling gak, sekarang ada sesuatu yang bisa aku tertawakan " keningnya mengkerut heran.
" Apa maksudmu Sammmm " ucapnya setengah mengerang, sorot matanya seperti ingin mengeluarkan api.
Aku hanya tersenyum menatapnya, tatapan bengisnya perlahan berubah menjadi sayu namun tajam. Dapat jelas kulihat bayanganku terpantul di pupil matanya yang nampak berbinar. Perlahan wajah kami mendekat, pipinya terlihat merona, dapat kurasakan deru nafasnya walaupun masih ragu arwah bisa bernafas.
Tatap matamu bagai busur panah
Yg engkau lepaskan ke jantung hatiku
Meski kau simpan cintamu masih
Dekap nafasmu wangi hiasi suasana
Saat ku kecup manis bibirmu
Tanpa kusadari bibirku telah bertemu dengan bibirnya, lembut, hangat. Shina mulai memejamkan matanya, dapat kurasakan jemarinya mencengkram lenganku, semakin lama semakin keras. Seperti ada sesuatu yang mengalir dari tiap-tiap sentuhannya, mengalir menuju satu muara di hatiku.
Aku berdansa di ujung gelisah
Diiringi syahdu lembut lakumu
Kau sebar benih anggun jiwamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Suram & Gadis Bayangan
RomanceKesetiaan. Hhhmm jika kita berbicara kesetiaan, maka yang ada dibenak kita adalah tetap memberi seluruh cinta kita kepada pasangan kita sampai akhir hayat. Tanpa secuilpun perasaan kita tergadai kepada orang lain. Sedikit saja rasa cinta tercurah un...