Eros

2.2K 193 37
                                    

Tungkainya melangkah dengan konstan. Suara yang dihasilkan dari langkahnya pun menggema menghiasi hening sembari ia melintasi koridor.

Kim Sunoo mendengus dengan jengah, tidak mampu lagi untuk memikirkan betapa tidak rasionalnya ia hingga dirinya berakhir di sini; melintasi koridor sepi berlapis karpet wilton mewah dengan ornamen layaknya era victorian.

Tempat yang ia tuju terlihat oleh pandangan, Sunoo mulai meragu untuk sekedar mendekati pintu berbahan kayu mahoni setinggi 250 cm tersebut. Langkahnya terhenti untuk sekedar merenungi apakah keputusan yang ia ambil akan memberinya satu dua hal untuk disesalkan atau tidak.

Tatapan dari manik hazel Sunoo kian menggelap dan mendingin.

Ia, Kim Sunoo, adalah sekian dari miliaran manusia yang masih memperjuangkan harga dirinya, menjunjungnya hingga ke awan; begitu tinggi dan tidak tersentuh.

Namun, apakah harga dirinya lebih mampu ia prioritaskan ketika sebuah ancaman mengusik adik-adiknya?

Tidak.

Jungwon dan Riki ㅡSunoo hanya memiliki mereka berdua. Tidak ada siapapun lagi, hanya mereka berdua.

"Brengsek," desis Sunoo murka, tangannya mengepal hingga buku jarinya memutih. Tekanan emosional yang ia rasakan membuatnya pening, Sunoo merasa bahwa setelah ini tidak akan tersisa apapun untuk dirinya.

Ia akan hancur. Ia akan kalah.

"Oh, Sunoo-ssi?"

Sopran yang begitu ramah menyapa rungu Sunoo namun air wajahnya yang menegang tidak mampu untuk sekedar membalas sapaan ramah dari wanita tersebut.

Pun, wanita yang menyapa Sunoo hanya memarkan senyum penuh empati, ia membungkuk sebentar kepada Sunoo dan berkata, "Ketua Park ada di dalam, beliau menunggu anda. Apa saya perlu memberitahukan kedatangan anda kepada beliau?"

Sunoo terdiam sejenak, netra tajamnya menelisik wanita di depannya dengan cermat sebelum Sunoo mengganti raut tegangnya dengan sebuah senyum tipis, "tidak diperlukan, Sekretaris Jang. Saya akan masuk sendiri," jawabnya tenang.

Jang Wonyoung; yang disebut sebagai sekretaris Jang hanya memberi anggukan sebelum memilih untuk memberi Sunoo salam dan melenggang pergi.

Setelah Jang Wonyoung menghilang di belokan koridor, Sunoo lagi-lagi menghela nafasnya dan mengayunkan tangannya meraih handle pintu; mendorongnya perlahan hingga ia rasa cukup untuk tubuh rampingnya melintasi pintu tersebut.

Ruangan berukuran 4 x 10 meter dengan arsitektur semi modern adalah hal yang menyapa netra Sunoo ketika pintu berkayu mahoni tersebut berayun terbuka; menghasilkan derit yang memecah hening dan menuai atensi dari satu-satunya sosok yang berada di dalam ruangan tersebut.

Didominasi oleh black metalic dan golden brown, Sunoo mampu merasakan tekanan maskulin hanya dari warna dan bagaimana ruangan ini dirancang, seolah-olah meneriakkan bahwa pemilik ruangan tersebut bukanlah individu yang mampu dipandang dengan remeh.

Sunoo melangkahkan tungkainya lagi, setiap langkahnya diselipi keraguan meskipun dirinya terlihat tidak gentar; seolah-olah harga dirinya tidak mengizinkan Sunoo untuk takut terhadap apa yang akan terjadi setelahnya.

"Kau datang."

Atensi Sunoo jatuh pada pria yang berdiri membelakanginya; pemilik dari bariton yang memberi sengatan dingin pada Sunoo. Tubuh tegapnya dibalut oleh kemeja hitam serta celana kain senada, pun surai silvernya begitu kontras dengan setelan yang pria itu gunakan.

Dan ketika pria tersebut berbalik dan menghadap pada Sunoo, tatapan dari sepasang obsidian hitam milik pria tersebut seolah menelan Sunoo.

Begitu tajam, dingin dan mendominasi.

Eros [SungSun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang