PK 01 : ...... Lelaki itu namanya, Kang Burhan

2.1K 47 6
                                    


"TIDAK MAU ...... Pokoknya aku tidak mau!!!!!!!"

"Ayolah Ky, cuman satu minggu saja. Kamu sudah lama tidak ke rumah nenek di kampung."

"Tidaakkkkk ...... Biar aku tinggal di rumah saja sendiri."

"Nenek kamu pasti senang kalo kamu kesana. Nenek saja terakhir kesini waktu kamu disunat dulu ........ Biar Hegar nanti yang temenin kamu."

Hegar! Sebenarnya makhluk itu yang ingin aku hindari. Aku sudah tidak ingin mengingat dia lagi. Biarkan itu menjadi masa laluku.

"Mau ya, Ky ...... Nenek pasti kangen sama cucu kesayangan beliau. Apalagi kamu khan sekarang sudah gedhe, ganteng dan sudah kelas Dua Belas " Mamaku berusaha membujukku.

Sebagai balasannya aku malah memasang headset di telinggaku. Biasanya jika aku sudah berperilaku seperti ini, Mama akan pergi untuk meninggalkanku sendirian. Dan kali ini berhasil.

"Biar Papa besok yang bicara dengan Rizky, Ma."

"Tapi Pa ? ......"

Papa berdiri di depan pintu kamarku, mengulurkan tangannya untuk mengajak Mama keluar kamar. Meski aku duduk membelakangi pintu, aku masih bisa mendengarkan mereka, headset yang aku pakai ditelingaku tidak mengeluargan suara apapun, karena memang terpasang dalam posisi off.

*******

Keesokan harinya, aku sudah duduk jok belakang mobil dengat bersingut. Kalo Papaku sudah memutuskan, pasti akan effektif hasilnya. Meski dengan keras dan segala cara aku menolak, akhirnya tetap seperti ini.

Bukan bertemu nenek atau acara menginap disana yang aku beratkan. Kalo ada acara pesta pernikahan seperti ini, pasti seluruh keluarga besar akan berkumpul. Dan menginggat nama Hegar. Itu yang membuat aku malas ikut.

Sepanjang perjalanan aku menenggelamkan diri di jok belakang diantara tumpukan barang bawaan Mama. Untung HP dan PowerBank-ku setia menemani. Kupuaskan diri bermain game online favoritku, membuat Mama mengelengkan kepala setiap melihat ke arah jok belakang.

Perduli amat.

**********

Tiba di rumah nenek hari sudah beranjak sore, saat turun Mama dan Papa sudah disambut oleh sanak-saudara. Aku bertanya dimana Nenek kepada Tante Mariam, mamanya Mbak Dinda sang calon pengantin.

"Ada di dapur belakang, Ky. Lagi kontrol masakan. Coba temuin deh, Nenek pasti seneng banget liat kamu"

Aku berjalan kebangunan samping rumah induk. Rupanya bangunan gudang padi dan area belakangnya sudah disulap menjadi dapur raksasa seperti dapur umum. Aku berdiri di pintu besar belakang, mengedarkan pandangan mencari sosok yang aku rindukan.

Beberapa pandangan mata juga tertuju kepadaku, sebagian besar dari pandangan ibu-ibu tetangga Nenek yang ikut membantu di dapur. Tak luput juga dua gadis belia yang tengah mencuri pandang kearahku, mereka berbibik-bisik dan tersenyum-senyum sambil membungkus suatu makanan dengan daun pisang.

Aku tidak menghiraukan semua itu, pandangan seperti itu sudah sering aku alami saat aku pergi kesuatu tempat yang baru atau saat jalan-jalan ke Mall. Seperti pandangan dari cewek-cewek dan tante-tante pengunjung Mall, atau mbak-mbak penjaga counter baju, bahkan om-om gadun yang juga terlihat lapar menatapku.

Namun sudut mataku menangkap sesosok yang menarik dan pandanganku langsung terkunci padanya. Sosok pria tinggi kekar yang sedang mengaduk sesuatu di sebuah wajan super besar. Dia memakai celana kargo besar yang warnanya sudah tidak jelas mau lari ke warna biru atau hijau, yang sangat terlihat kontras dengan tubuh bagian atasnya yang polos. Mempertontontan kulit sawo matang yang mengkilap karena keringat dan asab masakan.

Saat tubuh itu bergerak mengaduk dengan kayu yang panjang, semua otot bahu, lengan, dada dan perutnya saling bertonjolan memperlihatkan lekuk-lekuk dan pahatan yang sempurna. Sungguh pemandangan yang luar biasa bagus. Aku tidak begitu jelas melihat ke arah wajahnya karena kepulan asab yang lumayan pekat. Yang kutangkap hanya wajah yang kokoh dan mengkilap karena keringat itu di kepalanya terlilit oleh handuk putih yang diikat kebelakang.

Seakan tahu ada yang memperhatikan dirinya, pria itu mendongakkan kepalanya dan sorot matanya langsung bertatapan dengan mataku. Aku yang ketahuan mencuri pandangan segera mengelak dan kembali mencari sosok yang ingin aku temui. Dan tampak dari sisi kanan dideretan rincak kecil yang diatasnya berjajar masakan yang masih mengepul, sosok memakai kebaya bermotif bunga denga kain panjang batik berdiri sambil berbincang dengan ibu-ibu disana. Aku berjalan cepat kesana sambil berteriak.

"NENEK!!!!!"

Perempuan itu menoleh, pandangannya langsung membulat, senyuman lebar langsung terkembang.

"Rizky!!!! ..... Cucuku!!!!"

Aku berlari untuk memeluk Nenek, meski kecil tubuh Nenek sangat gempal dan liat. Enak sekali untuk dipeluk.

Sedetik kemudian wajahku sudah dibanjiri dengan kecupannya yang bertubi-tubi.

"Kamu kesini sama siapa? Mama Papa kamu? .......Mana?"

"Di depan .... Aku langsung kesini cari Nenek. Kangeeeennn banget."

"Nenek juga kangen kamu, Anak Ganteng,"

Ibu-ibu yang ada disitu tanpak tersenyum dan tertawa melihat ke arah kami.

"Ini siapa, Nenek Ayu?"

"Ini Rizky, anaknya Darmawan dan Herawati. Cucuku dari Jakarta."

Aku menyalami beberapa ibu-ibu yang ada disana.

"Ohh pantesan ....... Ganteng banget, kayak Ayahnya."

"Siapa dulu dong, Neneknya ...."

Dan seakan mendapat lampu hijau, tangan ibu-ibu yang gemas itu pun mulai mencubit dan mencolek lengan dan pipiku. Kalo sudah begini aku harus melarikan diri,

"Nenek, ayo masuk ..... Laper." Kataku manja sambil mengusap perut.

Kontan nenek dan ibu-ibu disana semua ketawa. Nenek langsung bergerak mengajak aku kembali ke rumah induk sekaligus menyelamatkan cucunya dari tangan ibu-ibu tetangga. Saat melewati pintu besar itu lagi, sekilas aku mendengar suara.

"Jangan melamun saja, Burhan!..... Dodol kamu bisa gosong nanti." Sebuah suara pria tua menegur.

Aku melirik kearah suara itu, dan kulihat sosok pria gagah itu gelagapan dan buru-buru kembali bergerak mengaduk.

Emm jadi ...... Lelaki itu namanya, Kang Burhan. Namanya segagah orangnya.

**********

BERSAMBUNG


Author Note :

Semoga tetap suka dengan cerita ini .... 

and for My New Followers .... Just enjoy them as I do here.


Love

@ADRIANCORNER27CM

PONDOK KELAPA Re-PublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang