Sepertinya baru lima menit ia menutup matanya, matahari telah terbit dari ufuk timur. Cahaya lembut menerobos masuk jendela yang tak tertutupi tirai. Natan menarik selimutnya dan menutupi wajahnya, mendengus kesal.
"Oi, bangun. Kelas dimulai lima menit lagi." Suara teman sekamarnya mengingatkannya. Dengan panik, Natan membuka selimutnya dan melihat jam yang ada di meja sebelah tempat tidurnya.
08:30
Masih satu jam lagi. Siswa jenius itu mengalihkan pandang ke temannya yang berkulit hitam itu dengan tatapan tajam.
"Kau hampir memberiku serangan jantung, Brody."
Yang bersangkutan hanya tertawa sembari membenarkan seragamnya. Sudah kebiasaan lelaki itu untuk bersiap-siap lebih awal, mungkin karena didikan ayahnya yang cukup keras mengingat latar belakangnya adalah militer. Natan menghela napas panjang. Berkat kejutan tadi, ia merasa tidak mengantuk lagi. Baguslah. Pemuda itu bangkit, hendak ke kamar mandi ketika rasa sakit pada tulang rusuknya membuat ia terjatuh lagi. Napasnya terhempas merasakan nyeri hebat di perbatasan dada dan abdomennya, tempat luka memarnya. Bodoh sekali ia melupakan hal itu.
Ia pasti tampak sangat shock hingga baru menyadari Brody telah memeganginya dan menatapnya khawatir.
"Atur napasmu, Natan. Kau baik-baik saja."
Untuk sesaat ia merasakan dadanya begitu sesak hingga napasnya tersengal-sengal. Namun ia mencoba mengikuti arahan Brody yang membantunya bernapas dengan normal lagi. Pemuda itu menawarinya minum beberapa saat kemudian, yang mana ia terima dengan senang hati.
"Kau mau membicarakan ada apa?" Brody bertanya, melepaskan pegangannya ketika ia yakin Natan telah stabil. Ia bisa saja tampak tenang namun dalam hatinya ia khawatir terhadap teman sekamarnya ini. Bukan hal yang jarang Natan kembali ke kamar dengan keadaan letih, namun kali ini ia yakin bukan soal rasa lelah yang menyebabkan Natan sampai merasa sakit begitu.
Natan menjawab dengan mengangkat bajunya, memperlihatkan Brody luka lebamnya. Brody tak dapat menahan hentakan napasnya melihat warna ungu kemerahan pada yang cukup luas pada daerah rusuk temannya.
"Seburuk itu?" Natan bertanya pelan, mencoba untuk tidak panik. Wajar jika luka lebamnya terlihat lebih parah dari kemarin. Namun reaksi Brody membuatnya tidak tenang.
" Sebaiknya jangan masuk kelas dahulu."
-------------
Kelas praktikum kimia sudah berlangsung setengah jam dan Aamon menemukan dirinya di depan pintu kelas, mengetuk sebelum ia memasuki ruangannya. Miss Eudora serta seisi kelas langsung menyorotkan pandangan mereka ke dirinya. Aamon berdehem sebelum berkata, "Selamat pagi, Miss Eudora. Saya meminta maaf datang terlambat pada kelas anda. Ada panggilan kerajaan yang harus saya lakukan sebelumnya." Miss Eudora tersenyum menanggapinya, Aamon merupakan salah satu anak emasnya. Guru itu tahu betul beban yang harus dipikul putra mahkota keluarga paxley tersebut, meskipun ia sibuk, anak itu tetap menghargai pelajarannya dan mendapat nilai yang cukup bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Saviour ( Aamon X Natan Highschool!AU )
FanfictionMenjadi siswa di suatu sekolah elite dengan latar belakang keluarga biasa saja ternyata menjadi sebuah petaka di kehidupan Natan. Setelah kejadian yang membuatnya hancur, seorang penyelamat memasuki hidupnya. Namun apa yang terjadi jika penyelamatny...