Lucid Dream

87 11 5
                                    

Mini challenge dari NPC2301 yang mengharuskan Shels drop prompt lalu nulis prompt buatan member lain. Shels dapet prompt punya LiTiani4

Prompt :
Kamu iseng melakukan teknik Lucid Dream dari internet dan berhasil masuk ke dalam mimpi dalam keadaan sadar. Sepuluh menit pertama mimpimu terasa  menyenangkan kamu bisa mengubah jalan mimpimu dan mendapatkan apa saja yang kamu mau. Setelah itu mimpimu semakin buruk, buruk,  dan buruk lagi. Kamu mencoba untuk membuat dirimu didunia nyata untuk bangun tapi tidak bisa. Apa yang harus kamu lakukan?

💫💫💫💫💫

Aku tengah mengatur posisi tidurku sehabis meniup lilin beraroma vanilla yang menyebarkan wangi di setiap sudut kamar. Ini adalah usahaku untuk bisa relaks dan mempersiapkan diri serta pikiranku untuk bermimpi.

Iya. Mimpi. Lima belas menit lalu, aku mencari tahu di internet bagaimana cara untuk dapat merasakan lucid dream. Aku penasaran, benarkah kita dapat menentukan mimpi kita sendiri?

Kalau memang bisa, aku sangat ingin memimpikan sosok lelaki yang menjadi karakter di salah satu cerita yang kubaca. Wah ... aku sangat ingin memiliki kekasih sepertinya. Jika di dunia nyata itu sulit, setidaknya aku bisa mencapai itu di dunia mimpi.

Aku menghembuskan napas lalu perlahan memejamkan mata. Dalam hati, aku terus menerus menyebutkan nama tokoh lelaki itu. Berulang-ulang sampai aku berpindah tempat. Hey! Aku berhasil! Aku memasuki dunia mimpiku secara sadar.

Jika semula aku tengah berbaring di kamar, kini aku tengah berdiri di lorong sekolah. Bukan sekolahku, ini sekolah yang ada di cerita yang terakhir kubaca.

"Anin!"

Seseorang memanggilku. Aku tidak mengenal suara ini. Detik berikutnya aku lantas berbalik dan terbelalak karena mendapati sosok lelaki kecintaanku di cerita yang menjadi mimpiku sekarang ini. Narendra Deon.

"Iya?" Aku membalas dengan ekspresi yang masih sama, melongo.

"Kamu ngapain berdiri di sini? Gak masuk kelas?" Narendra bertanya.

Aku mengerjap. Bagaimana aku menjawabnya? Bahkan aku sendiri baru saja tiba di sekolah ini. Aku memperhatikan dirinya lalu pada diriku sendiri. Narendra membawa tas dan masih mengenakan jaket, sementara aku tidak. Ah ... apakah dia baru datang?

"Aku habis dari toilet," jawabku. "Kamu baru dateng? Telat lagi?"

Narendra tercengir, "Iya hehe. Tadi di jalan agak macet, Sayang."

Waw! Mimpi yang sangat indah! Selama aku membaca ceritanya, aku begitu iri dengan Tiffany—tokoh utama perempuan yang menjadi kekasih Narendra. Sekarang akulah yang menjadi kekasih dari lelaki tampan rupawan ini. Sangat menyenangkan!

Tapi tunggu. Jika diriku sekarang adalah pengganti Tiffany, berarti kami berdua tidak sekelas. Narendra merupakan murid kelas IPA 1 sementara aku IPA 4.

"Ya udah sana kamu masuk kelas. Aku juga mau masuk," ujarku.

Narendra tersenyum. Kepalanya teroleh ke kiri dan kanan seperti tengah mencari atau memeriksa sesuatu. Detik berikutnya Narendra maju dan mengecup bibirku. Iya! Di bibir! Padahal di ceritanya, Naren hanya mengecup Tiffany sebatas kening saja. Wah, bolehkah aku merasa bangga?

Aku balas tersenyum sesaat setelah Narendra menjauhkan wajahnya. Kami berjalan, berpisah menuju kelas masing-masing. Aku jadi menantikan jam istirahat. Penasaran dengan kejutan lain dari seorang Narendra yang akan kudapatkan.

Dua jam pelajaran berlalu dan setelahnya tidak ada istirahat karena para guru akan mengadakan rapat dan semua murid langsung dipulangkan. Aku masih sibuk merapikan buku dan memasukkannya ke tas di saat Narendra masuk ke kelas dan menghampiriku.

"Mau jalan-jalan?" tanya Narendra begitu duduk di hadapanku.

"Boleh," aku terkekeh. Masih terlalu pagi untuk kembali lagi ke rumah.

Setelah kegiatanku merapikan buku selesai, Narendra langsung menggandeng tanganku. Dari belakang, aku dapat mendengar beberapa teman yang bersiul menggoda kami.

Tiba di parkiran, Narendra memberikan satu helm padaku. Namun setelahnya, dia ambil lagi. Dia memakaikan helmnya di kepalaku. Astaga, sebahagia ini rasanya menjadi Tiffany. Aku tidak berhenti tersenyum menatap wajahnya.

"Aku tahu aku ganteng. Gak usah senyum terus kayak gitu, Sayang," Narendra terkekeh. Dia menggodaku.

"Sayang kalau punya pacar ganteng tapi gak disenyumin," Aku balas menggodanya juga.

Kami berdua tertawa sebelum akhirnya naik ke atas motor dan Narendra menjalankan motornya. Sepanjang perjalanan kami tertawa membicarakan berbagai hal yang lucu.

"Berarti hari ini aku bener-bener gak belajar karena tadi biologi juga Bu Sri gak masuk," ujarku.

Naren tertawa, "Percaya atau enggak suara speaker kelas kamu kedengeran sampai di kelas aku."

"Sumpah!? Kelas kita lumayan jauh loh. Wah parah sih. Pantes aja tadi dimarahin Pak Eko," balasku.

Tapi memang, sih. Teman-teman lelaki di kelasku tadi memutar lagu dengan volume bass speaker yang penuh.

Tin!

Tiba-tiba saja terdengar suara klakson yang nyaring dan bersahutan. Kepalaku sontak menoleh ke kiri dan kanan mencari sumber suara.

Ternyata gempuran suara klakson itu datang dari berbagai arah. Aku sontak terbelalak ketika menoleh ke kanan, mendapati ada truk yang melaju cepat dan tak lurus menghampiri kami.

"Naren!" Aku hanya terpikirkan untuk berteriak menyebut nama Narendra yang tengah berkendara.

Narendra sontak membanting motor ke arah kiri. Sialnya, di belakang kami ada mobil lain yang tidak sempat untuk berhenti dan pada akhirnya kami terbanting ke sisi jalan karena motor Narendra menabrak bagian depan mobil.

Kami terpental dengan jarak yang cukup jauh. Punggung Narendra sampai menabrak batang pohon sementara kakiku tertimpa motor milik Narendra.

Sebentar ... kenapa mimpiku jadi seperti ini? Aku tidak mengharapkan hal seperti ini menimpaku. Ini sangat jauh dari yang aku inginkan dalam mimpi ini.

Aku menggerakkan kedua tanganku untuk membuka pengait helm. Melepas benda bulat itu lalu aku lempar asal ke arah kanan. Aku meringis merasakan kakiku yang kutahu, tulangku retak.

Oke baik. Aku tidak ingin memikirkan hal lain sekarang. Satu hal yang harus aku lakukan hanya berusaha untuk bangun di dunia nyata. Tapi bagaimana caranya? Aku berusaha mengulang cara yang sama seperti sebelum tidur tadi. Tidak bisa! Rasa sakitku justru semakin tak tertahankan dan ... mengapa tidak ada yang membantu kami!?

Mataku terbelalak begitu menoleh ke kiri, di mana Narendra tergeletak setelah menabrak pohon. Tidak ada Narendra di sana. Ke mana? Apakah sudah ada yang menolongnya? Tapi mengapa tidak ada yang menolongku?

Aku masih berusaha untuk terbangun di dunia nyata tetapi tetap tidak bisa. Apakah aku akan mati di sini? Jika iya, apakah di dunia nyata aku juga mati?

💫💫💫💫💫

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NPC's Challenge CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang