47. Kali Terakhir Kita

385 28 1
                                    

AKIBAT benturan keras pada bagian kanan tubuhnya, Nathan masih harus meringis menahan sakit ketika sedikit saja bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AKIBAT benturan keras pada bagian kanan tubuhnya, Nathan masih harus meringis menahan sakit ketika sedikit saja bergerak. Walaupun keadaannya berangsur membaik, pria itu jelas belum sepenuhnya pulih. Rambutnya lepek, jauh dari air dan shampoo karena luka jahitan di kepala belakangnya masih basah. Arm sling berwarna biru tua pun menopang lengan kanannya yang diketahui retak, sementara wajahnya masih pucat, lelah dan kesal bercampur menjadi satu karena hawa bosan mulai menggerogotinya.

Dipandanginya langit Jakarta yang sedang memamerkan senja. Samar-samar cahaya itu menerpa wajah Nathan, membuat matanya menyipit dan memalingkan pandangannya buru-buru ke arah lain. Seharusnya Nathan suka ketika sore datang menyambut. Sebagai pertanda jika rutinitas kerjanya telah usai. Namun seminggu sejak ia siuman, mulai hari ini rasanya senja itu menjadi sangat memuakkan.

Rasa ngilu di sekujur tubuhnya masih bisa ditahan. Tetapi rasa bosan berdiam di ruangan empat kali lima meter itu benar-benar membuatnya terasa dibunuh pelan-pelan.

"Mungkin seharusnya gue bisa balik lebih cepet. Tapi gara-gara penyidik bolak-balik kesini, ditambah lagi pengacara si Ivan itu juga, mental gue jadi nggak sembuh-sembuh. Capek anjing di suruh nginget-nginget kejadian yang udah nggak mau gue inget!" gerutu Nathan.

Kenzo yang sedang menunggu air mendidih di teko listrik kemudian menoleh, "balik cepet tuh kalau lo nurut, nggak ngomel-ngomel terus kayak nenek-nenek! Sadar nggak sih lo tuh baru bangkit dari kematian Nat. Lagian apa salahnya sih polisi minta keterangan lo secara detil, kan lo yang seneng juga kan kalau Ivan masuk penjara? Lima tahun loh ancaman kurungannya."

"Masa bodo gue sama nasib si Ivan! Lo kenapa sih bahas dia mulu, kan gue dari kemaren minta tolong lo buat nyari Denis. Gue tuh harus pastiin dia baik-baik aja Zo!"

"Ck... Temen nggak tahu diuntung. Repot-repot donorin darah buat lo waktu kritis, pas siuman malah nyuruh-nyuruh gue kayak pembantu!"

Nathan menyeringai singkat. Ia kemudian beringsut menegapkan posisi setengah duduknya yang kelamaan membuat badannya semakin kaku dan tak nyaman. "Si Ivan emang udah ditahan, tapi kan lo tahu Zo, orang-orangnya dia ada di mana-mana. Sebelum gue kayak gini, gue jelas-jelas ingat kalau dia ngancem mau nyelakain Denis juga. Sekarang lo liat, gue hampir mati. Wajar lah gue kalau khawatir sama dia."

"Nggak ada!" sahut Kenzo ketus, "dia udah nggak kerja di Ryder Group. Gue udah cek langsung soalnya, dan staff di sana nggak bisa ngasih informasi apapun lagi ke gue."

"Mungkin nggak sih dibawa Ivan pergi ke luar negeri? Terus begitu nanti dia bebas, Ivan nyusulin Denis, balikan lagi lah mereka. FUCK! Nggak bisa gue biarin!!!"

"Otak lo beneran pindah posisi apa gimana dah? Mikirnya jauh bener! Udahlah sabar, lo tuh fokus biar sembuh dulu Nat. Kan kalau sembuh, lo bisa cari itu cewek ke ujung dunia juga." Ucap Kenzo sambil mengaduk kopinya, ia lalu menghampiri Nathan yang sangat ketara sedang dilanda kekhawatiran.

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang