Galanthus Nivalis

1.7K 321 49
                                    

"Hal utama yang membedakan adalah kualitas manusianya. Jika memang kualitasnya baik dan mendapat pendidikan terbaik, tentunya hasil yang diperoleh akan menjadi lebih maksimal."

- Josephine Winda -

×××××××××××

Semua orang berkumpul dipinggir jalan, menatap ke arah sebuah mobil yang telah hangus terbakar. Disana pula ada Rael dan Rezef yang terlihat sangat cemas.

"Ra, kamu balik duluan ya! Aku yang akan menunggu disini."

"Gak ah, harusnya aku menyadari akan pergerakan Mona malam ini."

"Itu bukan kesalahan siapa-siapa, kamu balik ya. Diluar dingin banget Ra."

"Gak Re, kali ini aku bakalan jadi batu. Gak akan ada nasehat atau perintah yang bakalan aku dengerin."balas Rael

"Yaudah, pake ni jaket aku."ucap Rezef sembari mengulurkan jaket ke Rael. Dengan cepat, Rael mengambil jaket itu dan memakainya.

Rezef serius menatap mobil tersebut, kemudian ia melangkah mundur dari samping Rael untuk menghubungi seseorang.

"Sekarang!"ucap Rezef kepada seseorang yang sedang berbicara dengannya lewat handphone.

Rael yang menyadari jika Rezef tak ada disampingnya, berbalik dan menatap kesekeliling. Tak lama kemudian, ia melihat Rezef yang tengah menelpon seseorang. Walau begitu, Rael sama sekali tak menaruh curiga pada Rezef, dan memilih acuh.

[Rumah sakit]

Dirumah sakit, keluarga Mona tengah menangis histeris didepan kamar mayat. Kedua orang tua Mona, masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sosok mayat yang telah terbakar hangus, kini tepat berada didepan mereka.

"Mona! Ini tidak mungkin, kan?"

"Aku tidak percaya ini. Putriku... Tidak mungkin..."

"Pa, putriku! Mona, mama minta maaf! Mama minta maaf Mona... Tolong kembalikan putriku... Ku mohon!"

Ibu Mona sangat histeris, ia terus memanggil nama Mona dengan terduduk dilantai. Ia sulit menerima kepergian Mona, apalagi setelah pertengkaran diantara mereka.

Sang kakak hanya terdiam sembari bersandar didinding. Ia terlihat begitu terluka, tak percaya sang adik akan benar-benar pergi dari kehidupan mereka.

Berbeda dengan Mona, mayat Geral tak dikunjungi oleh siapapun kecuali teman-teman sekolahnya. Rael bahkan seperti adik Geral yang tengah berdiri disamping mayat Geral. Sementara Azriel, hanya terduduk dilantai sembari menyandarkan diri ke dinding.

"Az? Apa keluarga Geral belum menghubungimu kembali?"tanya Farhan

"Kalian tau sendiri, kesenjangan yang terjadi antara Geral dan keluarganya."ucap Azriel

"Tapi gak gini juga. Setidaknya mereka..."Rezef menghela nafas berat, tak percaya dengan keluarga Geral yang begitu kejam. Mereka bahkan tak peduli, meski tau jika Geral telah tiada.

"Aku akan pergi, tunggulah disini. Dan anak-anak yang lain, rumah sakit akan penuh jika mereka terus berdatangan dan tak segera kembali."ucap Azriel

"Aku mengerti."ucap Farhan

Azriel melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah Geral. Tak berselang lama, ia akhirnya tiba di sebuah mension yang cukup megah.

"Tuan Azriel!"

"Apa mereka ada didalam?"pelayan tersebut menundukkan pandangan, lalu memberikan jalan pada Azriel.

Azriel masuk kedalam tanpa peduli dengan tatapan orang disekitarnya. Mension tempat keluarga Geral tinggal, memang selalu ramai. Terlebih lagi, sepertinya tengah diadakan sebuah pesta.

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang