(TIGA TAHUN YANG LALU ..........)
Hegar.
Sepupuku yang satu itu selalu mengusili aku setiap kali bertemu. Tidak di rumah nenek ataupun dirumah saudara yang lain, setiap kali bertemu selalu ada yang aku dan dia pertengkarkan, selalu ada yang diperebutkan. Dia pandai sekali membuat aku kesal dan misi dia sesunggunya adalah kalau belum sampai membuat aku menangis, dia tidak akan berhenti menggangguku. Persis seperti film kartun Tom and Jerry.
Hegar adalah anak pertama tante Lina, adik kedua ayahku. Tente Lina dan Tante Mariam menikah duluan, baru kemudian ayahku dan dan dua tanteku yang lain. Jadi bisa dibilang dia adalah cucu nenek aku yang paling besar. Dan menjadi kesayangan Nenek dan Kakek pada mulanya. Dua adik Hegar dan dua anak Tante Mariam semuanya perempuan. Aku lahir setelah putri Tante Mariam yang pertama. Jadi kalo Hegar menjadi kesayangan Nenek, kini giliran aku yang menjadi kesayangan Kakek.
Sebenarnya dari keluarga besar kami tidak membedakan antara cucu laki-laki dan perempuan. Tapi dari jumlah keluarga besar, lebih didominasi berjenis kelamin perempuan. Ayahku saja menjadi satu satunya anak laki-laki dengan ke empat adik perempuan. Dari keluarga Nenek, ketujuh saudaranya semua perempuan. Dari Kakek keenam saudaranya juga perempuan. Satu adik laki-laki Kakek meninggal sewaktu bayi.
Dan pada saat Kakek aku meninggal, Nenek merasa lebih dekat dengan aku, karena katanya wajahku mirip sekali dengan Kakek, ganteng dan berkulit terang.
Sikap Hegar kepadaku dibilang benci juga tidak, karena saat menginap di rumah Nenek, Hegar sering juga mengajak aku bermain bola di lapangan, main layang-layang, mencari belut di sawah atau memanjat pohon mangga. Tapi sifat usilnya itu yang bikin ampun. Aku tidak pernah bertanya kenapa Hegar selalu mengusili aku, jika dipikir mungkin karena sekarang Nenek lebih perhatian kepadaku, membuat dia cemburu.
Dan petaka itu terjadi.
Disuatu sore, saat aku menghabiskan liburan sekolah di rumah Nenek. Hegar dan dua anak kampung temannya, mengajak aku untuk bermain bola di lapangan. Menyenangkan dan sekaligus meletihkan sih sebenarnya, tapi aku merasa senang karena sifat usil Hegar agak berkurang. Saat merasa capek sekali, aku berhenti mengejar bola dan duduk di samping lapangan.
Hegar dan anak-anak yang lain masih terus berkejaran, namun kemudian mereka menghampiriku.
"Dah capek, Ky ?"
Aku menggangguk sambil mengelap keringat di dahi.
"Kita cari kelapa muda yuk !!! " ajak satu teman Hegar.
Hegar menarik tanganku supaya berdiri dan mengikuti mereka. Badanku yang sudah capek hanya pasrah saja mengikuti kemana mereka pergi. Kami berjalan cukup jauh dari lapangan tempat bermain sepak bola tadi. Sebuah pondok kecil yang teduh sepertinya enak untuk duduk melepas penat. Aku tidak memperhatikan dua teman Hegar yang pergi menjauh.
"Kamu belum pernah kemari, Ky"
Aku memperhatikan sekitar dan mengeleng ke arah Hegar.
"Tempat apa ini?"
"Ini Pondok Kelapa untuk membuat minyak kelapa ..... Itu kebun kelapa Nenek, kalo sudah panen, orang-orang akan mengumpulkann buah kelapa disini dan sebagian dibuat menjadi minyak kelapa ..... kamu mau liat ke dalam?"
Hegar, berjalan melewatiku yang duduk di tangga. Membuka pintunya dan masuk, dia mengajak aku untuk masuk kedalam pondok.
Suasana di dalam pondok cukup gelap, Penerangan hanya dari sinar matahari di sisi atas segitiga atap yang tidak tertutup, dan beberapa sinar matahari yang lain masuk dari celah dinding pondok yang hampir semua terbuat dari bambu. Dinding dan kayu penopang serta atap rumbia hampir semua berwarna gelap seperti hangus, mungkin itu dikarenakan asap pembakaran dari tungku untuk membuat minyak kelapa. Meski begitu, harum minyak kelapa sangat mendominasi disini dan baunya cukup menyenangkan.