The Morning Blue

6 2 0
                                    

Suara redam dan merdu dari lagu City of Stars dari film La La Land, di lantai bawah sebuah penthouse megah nan mewah mengalun mengisi ruang luas itu. Bersamaan dengan suara nyanyi pria yang dalam dan berat menyenandungkan lirik lagu tersebut sambil sibuk dengan penggorengan dan spatula di tangannya.

Tak lupa apron hitam membalut dadanya untuk menutupi kaus oblongnya yang berwarna putih agar tak terkena cipratan noda masakannya pagi itu.

Meski begitu, dia tak lupa untuk sesekali melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 09:20 pagi.

Dia hanya senyum simpul sambil mencoba membuka apronnya usai menghidangkan makanannya di piring yang sudah dia siapkan sejak tadi.

"Baby? Kau belum bangun?" Panggilnya agak berteriak sedikit sambil mendongakkan kepala. Tatapannya mengarah ke lantai 2 penthouse itu.

Sementara di lantai dua, tepatnya di dalam sebuah kamar yang juga tampak luas dan bernuansa sedikit keabuan, tampak masih terlelap seorang gadis cantik dengan rambut gelombang yang sedikit acak-acakan.

Dia hanya beringsut saat mendengar suara kekasihnya yang sedang masak itu memanggil nama kesayangannya.

Dan kemudian masuklah si tampan tadi ke kamar dengan senyum semringah dan menggelengkan kepalanya melihat wanitanya masih tertidur.

Dia memanjat ke atas kasur dan mencoba menggoda gadis itu agar bangun.

"Baby? Kau benar-benar masih tidur atau hanya pura-pura, hmm?" Tukasnya sambil melongok di samping wajah wanita tercintanya ini.

Dia tahu, pacarnya ini sebenarnya sudah bangun, itu terlihat dari senyum tipisnya.

"Nah, kan!" Katanya lagi, dia lalu menciumi gadis itu sehingga membuatnya geli seperti digelitik dan berhasil membangunkannya.

Gadis itu tertawa renyah sambil berusaha melepaskan kecupan-kecupan menggelitik dari pacarnya.

Lagu City of Stars masih mengalun lembut di lantai bawah.

"Lexie~" rengeknya kemudian Lexie juga terkekeh.

Dan mereka berpandangan dalam. "Good morning, Sunshine" kata Lexie kemudian berusaha mengecup kecil bibir Sydney.

"Good morning" Ya! Tentu saja Sydney menyambut kecupan Lexie.

"Tidurmu nyenyak semalam?" Tanya Lexie lagi.

Sydney hanya senyum sipu sambil menggigit bibir bawahnya, menatap Lexie masih dengan gairah kecilnya. "Kau pasti sudah bisa membacanya dari raut wajahku"

Lexie terkekeh, "Masih kurang?" godanya.

Sydney bangkit dari posisinya dan kini dia malah duduk dipangkuan Lexie sambil mengusap rambut, lalu pipi Lexie yang mendongak menatapnya.

Wajah itu sangat kecil, dengan dagu yang tak terlalu lonjong, bibir merona berbentuk hati, mata yang agak besar meski tak belo, alis yang tak terlalu tebal namun bentuknya menukik indah menambah kesan tegas pada wajah lembutnya, rambut hitam yang disisir asal-asalan dan freckels coklat bertabur di pipi dan hidungnya.

Sydney bisa berlama-lama memandangi lelaki di hadapannya ini karena dia tercipta begitu mengagumkan.

Siapa yang tak mengenal Alexio London Finneas? Dia adalah anak konglomerat yang pernah masuk dalam daftar 100 pria paling tampan di dunia pada urutan ke 9. Sementara keluarganya berada dalam daftar nomor 15 terkaya di dunia.

"Bagaimana aku bisa merasa puas dengan wajah tampan dan menggemaskan ini" kata Sydney lalu menyentil kecil dahi Lexie.

"Akh! Hey! Kau baru saja membuat pewaris takhta keluarga Finneas kesakitan. Jadi sepertinya kau harus dihukum lagi!"

Tale as Old as TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang