Mobil Hannes akhirya berhenti di depan sebuah gedung apartemen sederhana. Mereka sampai di depan tempat tinggal Sydney. Meski canggung akibat ciuman mendadak Hannes pada Sydney tadi dan membuat perjalanan mereka berdua hening tanpa sepatah kata, sementara Sydney selalu berusaha menghindari kontak mata Hannes yang selalu berusaha meliriknya melalui spion depan sepanjang perjalanan di dalam mobil. Setidaknya Hannes menepati janjinya mengantar Sydney dengan selamat sampai rumah.
"Maaf... Aku agak lancang. Mungkin ini efek bir yang tadi kuminum" dia kemudian menunduk. Hening sejenak, Hannes takut Sydney akan murka padanya, tapi kemudian Hannes mendengar Syndey tertawa kecil.
"Alkohol terkadang membuat kita bertingkah aneh" tukasnya. Hannes kemudian menoleh menatap Sydney tak percaya, Sydney masih terkekeh sambil menatapnya, kemudian Hannes juga mulai sedikit tertawa kecil.
Dia mengangguk, "Ya, kau benar." jawab Hannes. Kemudian Hannes membuang napasnya kecil sehingga Sydney tak menyadarinya. Dia bahkan sempat berpikir bahwa Sydney mungkin masih 'agak' mabuk karena ternyata dia tak marah atas ciuman yang dilakukan Hannes pada bibir Sydney.
Sydney menghela, "Huh... Han, terimakasih yaa atas traktiran bir dan mi instan cup untuk hari ini. Kau benar-benar menghiburku dari masalah hubunganku dan Lexie, aku jadi bisa melupakan masalah itu sejenak meski belum sepenuhnya hilang" katanya dengan senyum tipis.
Akhirnya... Hannes berpikir akhirnya dia bisa mendapatkan senyuman Sydney hanya untuknya, hari itu. Ya, hanya di hari itu saja. Sydney masih terus mengoceh, berbicara sesuatu, ini, itu... Namun Hannes tak mendengarkan dengan baik karena dia terlalu fokus memandangi gadis yang sedang bercerita di hadapannya ini. Hingga sesekali tanpa dia sadari, senyum terkembang tipis.
"Hannes? Kau dengar aku, kan?" Dia merasa Sydney menggoyang bahunya sehingga Hannes tersadar dari lamunannya.
"Ah... Ya, aku dengar kok" katanya singkat untuk meyakinkan Sydney.
"Jika misalnya hubungan ini terjadi padamu dan kekasihmu, apa yang akan kau lakukan saat kau dihadapkan pada posisi seperti Lexie?" tanya Sydney kemudian membuat Hannes kembali menoleh padanya.
"Hmm?" jawab Hannes.
"Tuh, kan... Kamu gak mendengarkan"
"Aku dengar, Syd. Aku hanya sedikit terkejut dengan pertanyaanmu. Karena.... Aku gak yakin kau ingin tahu jawabanku" ujar Hannes
"Jawabanmu sangat penting. Aku jadi bisa tahu apakah lelaki punya pikiran yang sama satu sama lain? Seperti Lexie? Kupikir dia masih ragu dengan hubunganku dengannya maupun tentang pertunangan itu. Aku masih belum bisa menebak bagaimana jawaban Lexie nanti. Aku gak mau merasa takut kehilangan seseorang yang tidak ditakdirkan padaku, meski aku sudah bersamanya di waktu yang sangat lama" Sydney dan Hannes masih bertatapan.
"Jadi kau ingin tahu jawabanku?" tanya Hannes meyakinkan Sydney lagi. Sydney mengangguk yakin.
"Bagaimana jika misalnya kau juga menjalani hubungan semacam ini? Apa yang akan kau lakukan sebagai lelaki jika kau sering mengatakan cinta pada pacarmu?" Sydney mengulang pertanyaannya.
Senyum Hannes begitu tipis di bibirnya, dia kemudian membuka suaranya. "Jika aku dihadapkan pada masalah pertunangan mendadak seperti Lexie saat aku masih memiliki gadis lain yang kucintai sejak lama, yaitu kau..." Sydney masih mendengarkan, menunggu Hannes melanjutkan, "Mungkin aku akan membawamu pergi bersamaku, keluar dari kota ini. Meninggalkan semua kehidupanku sebelumnya, dan memintamu hidup bersamaku di tempat lain yang jauh dari sini, menikmati hidup hanya berdua, memutuskan semua hubungan dengan keluarga yang tak menghargai keputusanku. Dan memilih cinta yang sudah lama aku bangun bersamamu. Jika semua itu tentang perpisahan, tak ada aturan yang mengatakan bahwa aku harus berpisah dengan siapa, kan? Selama aku masih punya pilihan, aku akan memilih kehidupan baru yang lebih tentram bersama orang yang kucintai dan mencintaiku, menyelesaikan masalah bersamanya dan membangun kerajaanku sendiri" katanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale as Old as Time
Любовные романыAlexio Finneas, anak laki-laki dari keluarga konglomerat, pengusaha besar pemilik Findex Co. Dan ZurLex Group tengah memiliki dilemma karena pertunangan tiba-tiba yang diajukan oleh keluarganya dengan putri dari klien sang ibu. Tentu saja Alexio yan...