20. Pada kenapa sih?

1.3K 191 42
                                    



...

Dokter Tio Rachmanadi selaku dokter spesialis kandungan dan kebidanan hanya tersenyum menyapa Thania dan Jamal setelah keluar dari ruangan pemeriksaan Dokter Yudi (dokter spesialis penyakit dalam). Setelahnya, disusul Rena dan Jeno yang keluar dengan muka tololnya.

Iya, Rena akhirnya dibawa ke RS terdekat dari apartemen Jeno.

"Asam lambung mantumu kambuh Pak Jamal." Kata Dokter Tio setengah terkekeh. Beliau adalah teman Jamal semasa sekolahnya.

"Tuh kan. Kan aku udah jelasin tadi." Kata Jeno ikut membenarkan Dokter Tio.

Rena sang tokoh utama cuma bisa senyum canggung. Mana dia jadi diperiksa dua dokter lagi.

Nggak lama kemudian Dokter Yudi keluar. Raut wajahnya sama kaya Dokter Tio tadi. Cengengesan sambil ngelihatin Jamal, sobatnya.

"Mereka masih muda. Nggak usah buru-buru. Biarin mereka latihan dulu." Canda Yudi.

"Lambemu, Yud! Jadi gimana hasilnya?" Jamal berusaha mengalihkan topik. Tapi Yudi justru kembali menuntunnya kembali ke topik sebelumnya.

"Ya belum ada hasilnya. Orang anak lu belum tanem benih. Ya gak, Jen?" Kata Yudi sambil menaik turunkan sebelah alisnya, memandang Jamal dan Jeno bergantian.

Thania udah kenal baik juga sama dua dokter itu. Jadi daripada ikutan ribut, dia lebih memilih menghampiri Rena dan membawa calon mantunya itu untuk duduk.

"Gimana perutnya? Masih melilit? Kepalanya masih pusing ya? Mau pulang sekarang? Pulang ke Bandungan atau mau ke Ambarawa aja?"

Renata meringis mendengar rentetan pertanyaan Thania yang nyaris tak berjeda itu. "Ke apartemen aja boleh nggak, Mah?"

Kalo Thania mah udah pasti ngebolehin aja. Tapi masalahnya Renata tuh anak orang, jadi dia nggak bisa semena-mena memberi keputusan.

"Mamah sih nggak masalah. Tapi tanya Mami dulu ya sayang.."

"Tapi kalo pas Jeno kuliah, kamu sendirian emang nggak papa?" Imbuh Thania.

Renata menunduk dengan bibir melengkung sedih. Mengingat dengan semakin bertambah tuanya semester Jeno, semakin padat juga kegiatan Jeno.

Apalagi pacar super ambisnya itu ngejar sarjana kedokteran abis-abisan supaya bisa selesai sesingkat mungkin, biar dia bisa cepet lanjut ke pendidikan dokter spesialis.

Cewek itu sampe nggak ngerti lagi otak Jeno tuh sebenernya terbuat dari apa.








...








"Renata beneran hamil???" Tanya Canes kepada Malik sembari membaringkan Obaja ke tempat tidur Malik.

Emang udah jam bobok siangnya Obaja dan jam istirahatnya Malik sih. Nanti jam dua sampe jam lima dia ke kliniknya, abis itu ke RS. Baru deh Malik pulang jam delapan malem.

"Enggak. Kata Papah asam lambungnya kambuh." Sahut Malik seraya mengecup kening Caca. "Belum makan kan? Aku beliin Naspad."

Ciailah dah kaya suami istri aja ini makhluk berdua emang.

"Makasih. Hehehe.. Kebetulan aku laper banget."

Sebenernya biasanya Obaja tuh dirumah sama Thania. Tapi berhubung Thania dan Jamal lagi ada urusan ke Semarang dan sekalian mampir ke apart Jeno, Caca dimintain tolong buat jagain Obaja dulu.

Lagian Caca juga abis kelulusan juga kan, jadi anak itu free.

"Ayah?"

Malik yang lagi cuci muka di dalam kamar mandi dengan posisi pintu terbuka pun merinding sendiri denger panggilan itu. Jujur dia masih belum terbiasa dengan sensasi panggilan itu dari Caca.

Darah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang