Kerumunan

492 19 5
                                    

"Lima menit lagi ya Dam. Setelah itu Aku ke sana." Jawabku di telfon.

"Oke. Aku tunggu ya."

Adam mendatangiku di jam makan siang setelah jadwal kuliahya selesai. Setelah seharian kemarin kita tidak bersama, hari ini walaupun sibuk Aku sempatkan untuk makan siang dan bertemu dengannya. Aku tidak mau hubunganku yang baru sehari ini tiba-tiba kandas begitu saja. Aku pun ingin Adam percaya bahwa Aku tidak mempermainkannya.

"Hai sayang."

Adam melemparkan senyumnya padaku saat Aku menghampirinya di meja tempat Ia duduk.

"Hai Dam.. Maaf yaa lama ya nunggunya?" Buru-buru ku duduki kursi yang Ia tarik tepat di sebelahnya.

"Ngga kok." Balasnya dengan senyuman.

"Kuliahnya udah selesai?"

"Udah sih. Hari ini cuma 2 mata kuliah."

"Kok ngga diem di kampus dulu? Biasanya kan mahasiswa senengnya nongkrong-nongkrong dulu di kampus kalau selesai kuliah. Hehe. Kamu kok langsung pulang?" Tanyaku basa-basi.

"Ngga ah. Daripada nongkrong, Aku lebih milih ketemu kamu. Abis kangen banget. Gimana dong?" Jawab Adam sambil terus memandangiku. Membuat jantungku berdegup tak karuan.

"Ah? Haha..Hahaha.. Apaan sih Dam." Ku pukul pelan pundaknya. Salah tingkah mendengar jawabannya barusan.

"Loh kok apaan sih? Masa kangen sama pacar ngga boleh." Adam terus melihat ke arahku. Sepertinya tidak ada niat sedikitpun untuk mengalihkan padangannya dariku.

"Sstt ah malu tau Dam. Jangan kaya gitu ngeliatnya. Ngga enak diliat orang nanti." Ku tutup mukanya dengan telapak tangan kananku.

"Biarin, biar orang-orang tau kalau Aku sayang banget sama pacar Aku." Jawabnya sambil melepaskan telapak tanganku dari wajahnya dan masih terus tersenyum memandangiku.

Aduuh bisa gila Aku! Berondong ini manis banget! Bisa naik ini gula darahku!

"Hemm... Ya udah yuk pesen makan aja yuk." Ucapku berusaha mengganti topik pembicaraan.

"Samain aja sama kamu." Tanpa ditanya, Adam langsung menjawab.

"Okedeh kalau gitu spageti aglio olio sama air mineral ya. Gimana?" Tanyaku pada Adam.

"Apa aja yang penting sama kaya kamu." Adam tak berhenti memandangiku. Sepertinya mata dia sudah terkena lem sampai tidak bisa bergerak melihat ke arah lain.

"Daam udah ah sana-sana." Ku dorong mukanya ke arah kanan agar Ia berhenti menatap ke arahku.

Adam tertawa pelan dan akhirnya duduk normal menatap ponsel yang baru Ia ambil dari meja. Adam terus mengetik sesuatu di layar ponselnya sambil Aku memesan makanan pada pelayan di cafe.

"Siapa Dam?"

"Ini temen."

Ku anggukan kepala karena Adam menjawab tanpa memandang ke arahku.

"Kemarin maaf ya. Aku terlalu sibuk di kantor. Jadi pulang ke rumahnya terlalu malam. Sampai lupa mau ngabarin. Maaf ya Dam." Ucapku sambil kembali membuka obrolan.

Adam langsung menatap ke arahku, meletakkan ponsel ke dalam saku kemejanya.

"Ngga apa-apa kok sayang. Yang penting hari ini kita ketemu. Aku seneng kok." Jawab Adam dengan suara lembut dan senyumnya yang tak kalah manis, semanis gula jawa!

Apa baru saja Aku berbohong pada Adam? Padahal jelas-jelas Aku pulang dan makan malam dengan mas Dika.

"Tidak apa-apa Mareta jika berbohong demi kebaikan." Gumamku pelan tanpa sadar.

Bukan Berondong BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang