HER
"Naren, woi! Wah, monyet juga ini manusia satu pake ninggalin."
"Bacot banget, Kal, asli."
"Ah, Juna, mah ngeselin."
"Ya, kejarlah, Kal. Ga usah teriak-teriak."
"Monyetnya udah jauh, Jen. Masa gue harus pancing pake pisang dulu biar balik lagi?"
"Semoga lo kena azab. Gue sumpahin mayat lo terbang terus masuk ke mesin molen cor."
"HAHAHAHA—UHUK!"
"JUNA GILA JAHAT BANGET LO!"
Juna merotasikan bola matanya, jengah dengan makhluk menyebalkan bernama lengkap Faresta Haikal Pranadipa yang sayangnya adalah temannya.
Aljen yang tersedak segera mengambil botol minum dan segera menenggak air untuk meredakan rasa sakit di tenggorokannya. Meski masih ada rasa geli sebab ucapan Juna sebelumnya.
Haikal cemberut, lalu berlari ke depan pada salah satu cowok yang tengah mencoret-coret papan tulis.
"Surya! Masa Juna jahat nyumpahin gue!" adunya dengan muka merengut sebal. Anak itu menarik-narik lengan teman satu kelasnya yang juga satu frekuensi dengannya.
Surya—yang mengerti— memasang raut terkejut yang dibuat-buat dengan tangan menutupi mulutnya dan yang sebelahnya merangkul Haikal. "Bisa-bisanya lo ngomong kayak gitu sama Haikal, Jun! Tega banget lo!" mulainya.
Haikal mengangguk ribut sambil memeluk lengan temannya itu dengan telunjuk mengarah pada laki-laki bermata sipit yang duduk di barisan kedua dari belakang. "Kasih pelajaran, Sur! Dia udah jahat sama temen lo ini!"
Sedangkan empu yang dibicarakan sejak tadi memejamkan mata menahan emosi, muak dengan drama yang selalu ada saja setiap hari dari laki-laki berkulit tan itu. Apalagi ditambah makhluk sejenis yang juga mulai meraung-raung tidak jelas.
"Parah lo, Jun! Yang bener itu mayat dia harusnya kesenggol jatoh ke kali terus anyut kebawa aer! Itu baru cocok!"
Tawa seketika meledak di dalam kelas itu.
Nasib sial bagi seorang Haikal. Dia malah ditertawai oleh teman-teman sekelasnya yang masih ada di dalam. Pupus sudah niatan membalas omongan Juna dengan bantuan Surya.
Memasang ekspresi terkhianati, Haikal menatap Surya dengan tatapan terluka. Dia menghempaskan lengan Surya. Sementara itu Surya mengerjap polos, kemudian berkata—
"Loh, salah ya?"
"SALAH BANGET, KAMPRET! GA TEMEN LAGI GUE SAMA LO!"
Tawa semakin pecah di kelas XI MIPA 3 tersebut.
Juna bertepuk tangan sangat keras dan mengacungkan dua jempol kepada Surya yang dibalas cengiran dan jempol juga dari cowok itu.
Aljen mengusap sudut matanya, capek ketawa. Pipinya terasa sakit setelah puas tertawa. Dia kembali terkekeh ketika melihat Haikal yang sedang protes pada Surya. Cowok itu terlihat sangat tidak terima dengan apa yang baru terjadi.
Beginilah keadaan sehari-hari di kelas unggulan MIPA angkatan dua puluh. Teriakan dan tawa sudah menjadi bagian dari kelas konyol itu sejak kelas sepuluh. Bersama selama satu tahun membuat mereka semakin dekat karena tingkah konyol anak-anak berbagai jenis itu.
Meski memang terkadang mereka kena marah dan omel dari guru-guru, tetap saja tak merubah sikap dan sifat mereka.
Hebat bukan?
Mulutnya kembali mengunyah sandwich kesukaannya, jarinya bergerak di layar gawai, berseluncur di dunia maya. Sampai suara debum keras terdengar dari luar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐮𝐞𝐭𝐡 [ON HOLD]
Fanfiction𝑩𝒍𝒖𝒆𝒕𝒉 𝑵𝒐𝒖𝒏 | 𝑴𝒆𝒂𝒏𝒊𝒏𝒈 (𝒓𝒂𝒓𝒆) 𝑻𝒉𝒆 𝒔𝒕𝒂𝒕𝒆 𝒐𝒇 𝒃𝒆𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒍𝒖𝒆; 𝒃𝒍𝒖𝒆𝒏𝒆𝒔𝒔 Hanya seputar kisah tentang Selina Anindita, Kaisar Abraham, Aljen Kanaka, dan Karina Putri Wira Mahaprana. Keseharian mereka diperlihatka...