BAB 20 | Dia Pacarku Bunda

120 22 10
                                    

BAB 20 Edisi

Pulang sekolah penuh kegembiraan, hari ini semua tugasnya sebagai ketua osis sudah selesai, maksudnya selesai di hari itu, tanpa menunda waktu pulang Aza. Gadis itu tersenyum sepanjang koridor tak peduli jika di sangka sudah gila. Ia mendapat sedikit kebebasan dan waktu yang cukup luang setelah pulang sekolah.

"Seneng banget, udah kayak orang kes..."

"Aulia, teman baikku. Jangan ganggu kesenangan gue!" Sinis Aza terhadap Aulia yang mengkeret.

"Yaudah sih,"

Keduanya berjalan di balut keheningan, kelas mereka memang cukup jauh untuk sampai di gerbang. Aza melihat kesana kemari, tak mendapati Rayen yang berjalan, bahkan parkiran motor yang biasanya ada motor laki-laki itu, saat itu sudah tidak ada.

"Za, gue duluan ya, udah di jemput ojol." Aulia menepuk perlahan pundak Aza dan tersenyum sebelum berlalu.

"Hati-hati." Balasnya.

Aza terus berjalan keluar gerbang duduk di kursi halte adalah kebiasaannya menunggu angkot yang tidak terlalu sesak memaksa penumpang. Ia tidak suka berdesak-desakan dengan penumpang lain, apalagi malah di paksa dan di bohongi sopir kalau masih cukup padahal ya sudah tidak cukup.

Aza meraih ponsel yang berada di saku almamaternya, membuka aplikasi sosial media, melihat postingan dari orang-orang yang dia ikuti. Cukup membosankan rasanya, tapi hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghindari sopir yang meneriaki untuk naik ke dalam angkot.

"Tumben Rayen pulang duluan, aku kira sudah baikan kemarin." Gadis itu bergumam sendiri, ia kembali memasukkan ponselnya dan menatap ke arah langit. "Langitnya cerah, panas." lanjutnya menggumam, ia menghela nafasnya panjang.

"Mau pulang atau masih mau di sini?" tanya seseorang yang mengejutkan Aza.

Gadis itu menoleh ke arah sumber suara dan menatapnya heran serta terkejut.

"Hehe... Mau pulang?" tanyanya lagi.

"Kamu dari tadi di situ, Ray?" Aza berbalik nanya.

"Masa kamu gak sadar aku di sini." Nadanya sedikit meledek.

Aza melihat ke sekitar, ia tak melihat sama sekali motor Rayen. "Kemana motormu?"

"Sudah sampai rumah tadi, aku sempat pulang dulu, terus balik lagi. Rasanya ada yang ketinggalan." Jawabnya seraya tersenyum.

"Apa?"

"Kamu yang ketinggalan."

Aza tertawa, begitu pun Rayen. Hanya candaan tipis sore itu. Mampu membuat Aza tersenyum dan merasa nyaman.

"Mau ikut pulang ke rumahku?" Rayen nanya.

"Mau ngapain?"

"Jujur sama bunda."

"Hah?"

"Jujur kalau aku sudah punya pacar." Ucap Rayen dengan bangga.

Aza ikut tersenyum. "Siapa pacarmu?" candanya seolah-olah ia sedang berpura-pura menjadi Bunda Rayen.

"Hmm." Rayen berlagak seperti orang yang sedang berpikir. "Dia yang inisialnya A. Siapa ya, A... Ani... A... Andi... Alia... A... Aulia..."

"Hehehe." Aza tertawa mendengar Rayen menyebut satu persatu nama orang yang berinisial A.

"Jangan ketawa!"

"Kenapa?"

"Lagi mikir."

Lagi-lagi Aza tertawa melihat tingkah Rayen yang tak seperti biasanya. Ada rasa kagum ketika melihat laki-laki itu, sifatnya bisa sekejap berubah, seperti bunglon, sesuai situasi.

Kamu Milik 'Ku [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang