Mimpi (4)

17.7K 1.2K 21
                                    




"bang!" panggil Citra begitu melihat kedatangan Ezra yang tampak kacau. Rambutnya acak-acakan, kemejanya bahkan sudah tidak berbentuk, seolah pria itu diterpa badai saat diperjalanan.

Semakin dekat pria itu, Citra merasa semakin takut, Ezra terlihat begitu marah.

"bang-"

Citra lagi-lagi memanggil pria itu, namun gadis itu tidak melanjutkan perkataannya begitu Ezra melewatinya begitu saja. Pandangan Citra mengikuti punggung kakaknya dengan sendu.

"dek!" Citra mendongak dan langsung berlari memeluk Natasya yang ternyata datang.

Citra langsung menangis memeluk gadis itu, menumpahkan ketakutannya sedari tadi.

"kak, aku- aku gak maksud bikin dia sampe drop, aku gak nyangka kalo dia bakal sampe kayak gitu" ujar Citra disela tangisnya.

"udah jangan nangis, kamu tenang dulu ya, abis itu ceritain apa yang terjadi" ujar Natasya lalu merangkul Citra menuju bangku tunggu yang tidak jauh dari mereka.

Citra yang beransur tenang pun mulai menceritakan apa yang terjadi dan apa saja yang ia katakan pada Giana tanpa ditutup-tutupi.

"Cit, kamu tau kan itu salah? Gak seharusnya kamu ngomong sejauh itu" Natasya menanggapi apa yang diceritakan oleh gadis itu.

"a-aku kesel banget pas itu kak, aku kira dia gak bakal kayak gini, aku takut kak" Citra kembali menangis dan memeluk Natasya.

"sst udah, nanti kalo Giana bangun kamu minta maaf ya"

Citra langsung saja mengangguk dengan cepat. Ada rasa penyesalan yang muncangkul dalam hatinya. Dia akui dirinya memang keterlaluan, kebenciannya pada Giana terlalu besar hingga membuatnya bertindak tanpa pikir panjang pada gadis itu.

Kedua gadis itu menoleh ketika terdengar langkah seseorang yang mendekati mereka, rupanya Ezra yang sepertinya baru keluar dari ruangan dokter. Citra menunduk, tidak berani menatap sang kakak.

"gimana kondisinya?" tanya Natasya.

"...." Alih-alih menjawab, pria itu malah memalingkan wajahnya, rahang pria itu juga tampak mengetat.

"aku yang urus semuanya, kalian pulanglah" kata Ezra lalu pergi dari hadapan kedua gadis itu.

"kak, bang Ezra kayaknya marah banget sama aku" cicit Citra semakin sedih.

Natasya menghela nafas pelan, pria itu sedari mendengar kabar Giana masuk rumah sakit sama sekali tidak bisa diajak bicara. Sepanjang mengenalnya, tidak pernah ia melihat Ezra seperti ini sebelumnya.

"mending sekarang kita nurut aja apa kata abang kamu" putus Natasya setelah menghela nafas berat.

"nanti kalo Giana sadar kita kesini lagi ya, aku nanti bakalan ngomong sama Ezra"

Setelah Citra setuju, akhirnya kedua gadis itu benar-benar memutuskan untuk pulang.



@@@@@@



(Flashback)

Giana amat bahagia, hari ini Ezra bersedia untuk kencan dengannya tanpa harus susah payah ia pinta dan paksa.

Pria itu bahkan bersikap manis dengan menuruti semua keinginannya.

Giana tahu hari ini ada yang berbeda pada pria itu, Ezra yang biasanya tidak akan seperti ini. Ezra yang biasanya perlu ia paksa setengah mati untuk menuruti keinginannya.

My Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang