157. Semakin Terbuka

532 40 0
                                    

💙 Mas Rezky

Rina tersenyum, walau matanya masih tampak sangat mengkilat karena menahan tangis.

Aku mengusap kedua ujung mata Rina yang mulai basah, "Mas bahagia, Na. Sungguh. Nggak papa kalau Nana ingat Mas Rama malam ini. Nggak papa. Karena Mas juga tahu, seberapa besar cinta Nana untuk Mas Rama. Untuk Papanya Elysia. Nggak papa. Mas nggak marah. Hanya setelah ini, Mas juga berharap, kalau cinta Nana juga akan sebesar itu untuk Mas. Nana juga akan menjadi istri yang sangat setia untuk Mas. Istri baik, istri penyayang, istri yang selalu mencintai dan mendampingi Mas sampai jatah hidup Mas habis di dunia."

Rina meneteskan air matanya, "Iya, Mas. Nana sayang Mas Rezky. Nana cinta Mas Rezky."

Aku tersenyum senang, "Terimakasih, sayang."

Rina menangis perlahan, dan aku mengizinkannya. Tak apa. Tak apa kalau Rina ingin menangis saat ini di malam pengantin kami berdua. Tapi setelah ini, aku akan selalu memastikan dan berusaha sekuat tenaga, bahwa air mata yang akan dikeluarkan oleh Rina nantinya, hanyalah air mata bahagia.

Bismillah.

Semoga Allah akan selalu mengabulkan doa baik yang kupunya.

"Nana cinta Mas," ucap Rina sambil menatap lekat ke arahku.

Aku mencium lagi bibir Rina. dengan kasih yang senantiasa ingin selalu kucurahkan untuknya.

"Mas lebih lagi cinta Nana."

Aku tersenyum lalu mengusap-usap kedua pipi Rina, "Masih mau nangis?"

Rina menggeleng pelan. "Sudah."

"Sini, peluk dulu," aku berkata seperti itu, sambil menarik tubuh ramping Rina untuk kembali masuk ke dalam pelukanku.

Rina balas melingkarkan lengannya di pinggangku.

"Mas wangi."

Aku terkekeh bahagia sekali, "Nana juga wangi."

Aku dan Rina terdiam untuk sesaat karena sama-sama sedang meresapi hangatnya pelukan di antara kami.

"Na."

"Dalem, Mas."

"Mas beneran masih nggak nyangka, kalau ternyata, sekarang, Mas bisa sama Nana setelah 9 tahun berlalu. Dulu, saat Mas dapat kabar kalau Nana akan menikah, Mas pikir, kisah kita akan berhenti saat itu juga. Tapi ternyata, Allah punya cerita lain untuk kita. Allah beri kita lanjutan kisah lagi sampai akhirnya kita bisa sama-sama seperti sekarang."

Rina mengangguk dalam pelukanku, "Iya, Mas. Nana juga. Menikah dengan Mas Rama, jujur, itu membuat Nana jadi sempat lupa dengan cinta pertama Nana. Karena Nana pikir, Nana memang hanya akan berhenti jadi pengagum rahasia Mas Rezky saja. Tak akan ada kisah lanjutan untuk kita berdua. Tapi dulu, waktu pertama kali ketemu Mas lagi di sekolahnya El, entah kenapa, Nana jadi ingat lagi tentang cinta pertama Nana. Ingat lagi, kalau ternyata, dulu, Nana pernah jatuh cinta sangat lama, menunggu terus-menerus, tapi nyatanya Mas nggak kunjung peka, sampai akhirnya Nana jadi memutuskan untuk mundur dan menyerah. Dan beranggapan kalau cinta pertama Nana gagal sebelum berkembang. Dulu, Nana sungguhan pernah berpikir seperti itu."

Aku terkekeh bahagia, lalu mencium kening Rina. "Maaf ya, sayang. Maaf, karena dulu, Mas nggak peka, sampai nggak tahu kalau ternyata, Nana juga suka sama Mas."

Rina mengangguk lagi dalam pelukanku. "Iya, Mas. Nggak papa. Sudah berlalu. Yang penting, sekarang, Mas udah di sini sama Nana. Sama El juga. Terimakasih, Mas."

"Sama-sama, sayang. Karena Mas memang cinta sekali sama Nana dan El. Kalian berdua, sudah jadi kesayangan Rezky Pramurindra."

"Rezky Pramurindra, juga kesayangan Rina dan Elysia."

Aku kembali memperdengarkan kekehan bahagiaku. Sungguhan bahagia sekali bisa bersatu bersama istri sholihah dalam pelukanku.

"Jadi, Nana suka sama Mas, dari kelas 1 SMA?"

Rina mengangguk lagi, "Iya."

"Sejak kapan tepatnya?"

Rina mengangkat wajah cantiknya untuk melihatku, "Sejak Mas bantuin tulis nama Nana di punggungnya Nana. Di rompi kardus, waktu masih MOS. Mas ingat nggak?"

Dan karena jawaban teramat manis dari istriku tercinta, bayangan indahku jadi langsung melayang pada masa pertama kalinya aku merasakan degupan kencang perasaan jatuh cinta.

Yang itu semua, jelas masih selalu dengan perempuan yang sama, yaitu Rina.

Jadi apa memang harus mengenang masa jatuh cintaku lagi?

Menyenangkan sekali.

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang