Child

178 8 1
                                    

Warning! 18+

10 tahun yang lalu...

" ...ni ... Huang Junni! " Sebuah panggilan keras mengembalikan kesadaran seorang lelaki dengan mata indahnya yang berusaha memfokuskan pandangannya.

Lelaki yang dipanggil Junni itupun baru menyadari bahwa di hadapannya kini berdiri guru matematikanya yang tengah bersiap untuk menghukumnya.

Junni segera menunduk meminta maaf berkali-kali, mengundang tatapan iba dari teman-temannya.

" Hh.. Saya mengerti kau bekerja part time di dua tempat berbeda, tapi carilah keluargamu yang setidaknya dapat membantumu sehingga kamu dapat bekerja semampu kamu dan tidak berlebihan seperti sekarang " Ucap sang guru padanya.

" Baik " Balas Junni yang belum sadar sepenuhnya.

Saat mendengar bel istirahat, awalnya Junni menghela nafas lega sehingga Ia tidak jadi dihukum.

" Datang ke kantorku terlebih dahulu, setelah pulang sekolah! " Pesan Pak Gyumin dan mengakhiri kelasnya.

Tap!

Seseorang menepuk punggungnya pelan, " Maaf Junni stok permen asamku sedang habis, tapi sebagai balasnya aku sudah membelikanmu ini! "

Lelaki itu menyerahkan sebuah bento kemasan medium yang dijual di kantin sekolahnya.

" Terima kasih, Injeong! Aku berhutang padamu "

Huang Junni, 12 tahun, duduk di bangku sekolah dasar tahun akhir. Ibunya sudah meninggal sejak Ia lahir dan ayahnya... Lupakan saja pria yang menjadi mimpi buruknya itu!

Ia hidup seorang diri setelah panti asuhan membuangnya pada umur ke 6 tahun.

Ya! Kau tidak salah baca. Membuang. Huang Junni dibuang oleh panti asuhan karena dituduh membunuh seorang anak hanya karena Ia adalah orang yang pertama kali menemukannya.

Sejak saat itu, Ia berusaha menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja mencuci piring, mengantarkan koran pagi, menyebarkan selebaran, dan banyak lagi.

Butuh usaha yang sangat besar untuk Junni dalam mendapatkan beasiswa, karena Ia seringkali kelelahan dalam bekerja sehingga tak jarang Ia tertinggal pelajaran.

" Aku sudah menuliskan catatan hari ini, kau boleh meminjamnya " Junni menerima catatan Injeong dan berterima kasih.

                                                                                                 .

Sepulang sekolah, Junni menemui gurunya dan diberi pesan yang serupa dengan hari-hari sebelumnya. Bahkan Ia sudah mengingatnya diluar kepala dan selalu menjawab dengan cara yang sama.

" Baik, pak! "

" Dan jangan lupa untuk melunasi pembayaranmu, karena persyaratan untuk acara kelulusan adalah kau sudah melunasi biaya sekolah sampai bulan ini. Apa kau mengerti? "

Junni mengepalkan tangannya, kemudian menjawab kembali dengan cara yang sama.

Setelah itu, Ia segera kembali untuk mengambil uang yang telah dikumpulkannya dan menyimpannya di dalam rumahnya. Kemudian berangkat ke tempat paruh waktunya.

" Bibi, aku sudah menyebarkan selebarannya. Apa ada lagi yang bisa kubantu? "

" Sudah Junni, oh jangan lupa membawa beberapa makanan di meja di teras ya! Aku baru mendapat sedikit rezeki " Ucap wanita yang sedang menyiapkan makan malam itu dengan lembut.

" Terima kasih banyak, bibi! " Ucap Junni dengan semangat, setelah itu Ia segera mengayuhkan sepedanya dengan cepat ke rumahnya.

Ia bahkan nyaris tertabrak di jalanan raya, namun untung saja Ia masih tetap selamat.

Dine with The Devil 🖤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang