Sesampainya di apartemen, Haechan sadar bahwa ia tidak membawa pakaian apapun kecuali pakaian yang ia kenakan kemarin dan seragamnya ini. Ia bingung akan memakai baju apa, tidak mungkin jika ia di apartemen memakai seragam sekolahnya ini seharian. Haechan mulai gelisah yang tanpa sadar ia menggigit kecil kuku-kuku jarinya. Hal itu tak luput dari penglihatan sang Kakak yang menatapnya bingung.
"Kenapa kau menggigit kukumu? Itu bisa membuat jarimu terluka", tegur Mark
"A-anu, apa aku boleh pulang ke rumah utama? Aku ingin mengambil baju", ujar Haechan lirih.
"Gunakan bajuku", sahut Mark singkat yang kemudian meninggalkan Haechan di ruang tengah apartemennya.
Haechan dengan wajah bingungnya berusaha mencerna ucapan Kakak tirinya itu. Apa dia bilang? Menggunakan bajunya? Batinnya.
Mark kembali menghampiri Haechan dengan membawa tshirt putih kemudian memberikannya pada Haechan.
"Pakai ini. Baju ini tidak muat di tubuhku karena kecil. Mungkin muat di tubuhmu", ujar Mark menyodorkan tshirt itu pada Haechan.
Haechan dengan ragu menerimanya sambil bergumam mengucapkan terimakasih. Mark mendengar itu kemudian tersenyum tipis.
"E-em, t-tapi kak.. bagaimana dengan celana? Aku tidak punya celana", ujar Haechan.
Ah Mark melupakan yang satu ini, namun ide jahil kemudian muncul di otaknya.
"Kalau begitu kau tidak usah pakai celana", ujarnya santai.
Haechan melotot kaget dengan ucapan Mark, ia kemudian menunduk merasakan wajahnya yang panas karena malu. Ia yakin bahwa wajahnya merah sekarang.
"Aku bercanda. Kemari, pilih sendiri celana yang muat untukmu. Besok kita ke rumah utama untuk mengambil pakaianmu", ujar Mark berjalan menuju wardrobe-nya.
Haechan buru-buru mengikuti, dan saat memasuki wardrobe milik Mark ia tak berhenti terkagum-kagum dengan isinya. Pakaian mewah, aksesoris seperti jam yang mahal, dasi, berbagai macam jas hingga koleksi sepatu yang membuat Haechan meneguk ludah kasar. Wow, dia benar-benar Putra Sulung Jung yang kaya, batinnya.
"Haechan.." panggil Mark, karena Mark mendapati Haechan sedari tadi sibuk melihat sekeliling sambil melamun.
Haechan dengan cepat menghampiri Mark. Ia berdiri di depan almari khusus yang ketika dibuka berisi koleksi celana santai milik Mark. Lagi-lagi ia terkagum-kagum, untuk ukuran celana santai ini merupakan 'Hal Ekslusif'. Bahkan celana santai disini tidak pantas disebut sebagai celana santai saking mewah dan mahalnya', batin Haechan.
Mark sibuk mengobrak-abrik almari itu, menarik beberapa celana untuk diberikan ke Haechan. "Coba kita lihat, mana yang muat untukmu. Coba dulu", ujar Mark pada Haechan.
Haechan menerima 3 celana santai dari Mark, dan ia hendak mencoba mana celana yang muat di tubuhnya. Mark menunggu Haechan berganti pakaian di ruangan itu sambil terus mencari lagi pakaian miliknya yang kecil, barangkali muat untuk Haechan.
"K-kakak, ini bagian pinggangnya sangat besar. Yang ini pas, namun terlalu pendek", ucap Haechan yang menyodorkan 2 buah celana yang katanya terlalu besar.
Mark mematung melihat tampilan Haechan. Padahal Mark sudah memberikan bajunya yang berukuran paling kecil (sudah tak lagi muat), tapi di tubuh Haechan masih terlalu besar. bahkan tshirt yang dikenakan Haechan sesekali melorot memperlihatkan tulang selangkanya, membuat Haechan berulangkali membenarkan bajunya. Dan fuck, Mark mengumpat dalam hati melihat celana itu menempel pada kaki Haechan yang mulus, hingga mencetak lekukan pinggangnya.
Mark buru-buru menepis pikirannya sebelum menjadi lebih liar. Ia berdeham, kemudian menerima kembali 2 celana yang disodorkan Haechan. "Oke. Pakai itu dulu", ujarnya dengan sedikit gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our
FanficLee haechan, seorang remaja 18 tahun sebatangkara yang tinggal di Seoul, kedua orang tua sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat saat perjalanan bisnis yang kini diadopsi oleh pasangan terpandang di Korea. Lee Haechan, kini tinggal bersama orang t...