XIV

540 44 0
                                    

Tifanya pov

Pagi ini aku terbangun semua badan rasanya remuk, aku melangkahkan kaki untuk membersihkan diri lalu menuju kulkas karna merasa haus.

Samar-samar aku mendengar suara seperti seseorang sedang melakukan kegiatan memasak di pantry.

"Astaga" ucapku karna kaget melihat seseorang yang berdiri membelakangiku, dia sontak memutar badannya

"Kakak sudah bangun? Maaf Dara pakai pantry kakak tanpa ijin, Dara buatkan sandwich buat sarapan kakak" ucapnya dengan gugup

"Hmm" aku hanya bergumam ternyata bukan mimpi ini nyata aku membawa cewek murahan ini ke apartku bodoh kau Fanya bisa-bisanya kamu membawa perempuan ini ketempatmu

"Dara gak tau kakak suka atau tidak, dara buat isian telur setengah matang disini" ucap cewek itu dengan manaruh sandwich di minibar

"Thanks" setelah aku duduk di minibar setidaknya aku harus mengucapkan terimakasih kan karna dia sudah membuatkan sarapan

"Lu gak makan"

"Ah gak ka, kakak saja yang sarapan Dara masih gak enak perutnya" ucapnya dan setelah kuperhatikan memang sedikit pucat wajahnya

"Duduk deh lu disini, lagian ini kebanyakan juga buat gue, lu ikutan makan juga kasian tuh anak lu kalo ga dikasih makan" setelahnya dia duduk persis didepan kursiku dan dengan ragu-ragu mengambil sandwich yang tadi dibuat, aku masih menatapnya dengan alis terangkat tapi sebelum dia memasukan sandwichnya ke dalam mulutnya dia sudah berlari kekamar mandi

Hueekkk.. hueekkk.. hueeekk

Karna tidak tega aku menghampirinya yang sedang memuntahkan cairan bening, aku mengangkat rambutnya agar tidak terkena muntahan.

"Ah maaf kak, jadi merusak sarapanmu Dara gak bermaksud" ucapnya setelah selesai membilas mulutnya dengan air

"Lu sering kaya gini?"

"Terkandang, cuman entah kenapa pagi ini rasanya beda jadi sangat berasa mualnya"

"Udah ke dokter buat periksa bayi lu" dan dia hanya menjawab dengan menggeleng

"Bodoh, yaudah siap-siap gih gue anter ke dokter buat periksa kandungan lu"

"Gausah ka, Dara gapapa ko"

"Fine kalo lu gamau biar gue yang panggil dokter kesini, dan gue ga suka di bantah" lagi kulihat dia hanya menggangguk pasrah

"Lu rebahan deh"

"Dara di ruang tamu aja yah kak" katanya

"Hmm, terserah deh" jawabku dan segera aku menelfon dokter keluarga ku

Setelah menunggu hampir 20 menitan bel unitku berbunyi dan kupastikan dia adalah dokter Risa, segera aku membukaan pintu.

"Dok maaf memanggilmu kemari"

"Its okay Fan, kamu sakit sampai saya kesini"

"Bukan dok, tapi temen aku yang sakit"

"Oke mari kita periksa mana temanmu?" Dan aku membawa dokter Risa menuju ruang tamu untuk memeriksa Dara

"Dia Dara dok, tadi pagi dia muntah-muntah apa aman untuk bayinya"

"Sebentar yah coba saya periksa dulu"

"Halo Dara saya check kamu dulu yah coba di naikan kaosnya sedikit biar saya bisa memeriksanya" ucap dokter Risa dan membuat Dara sedikit ragu untuk menaikan bajunya

"Dalam sehari berapa kali kamu merasakan mual?"

"Mungkin 4-5 kali dok, dan pagi ini yang paling gak enak rasanya bener-bener mual sekali"

"Oke, saya resepkan saja vitamin untuk kamu yah, dan lebih baiknya kamu kerumah sakit untuk liat perkembangan janinnya agar bisa tau"

"Baik dok" jawab Dara

"Ah dan Fanya, tolong jangan sampai Dara kecapean yah karna untuk kehamilan diusia muda sangat beresiko dan jangan dibiarkan banyak fikiran juga"

"Baik dok" ucapku

"Terimakasih banyak dokter" ucap Dara

"Sama-sama, kalau begitu saya pamit dulu yah, ingat pesan saya Dara"

"Gue tebus vitamin lu dulu"

"Biar aku aja ka, kakak harus kuliah kan hari ini" cegah Dara

"Dan biarin lu tebus obat ini sendiri gitu? Lu ga denger tadi dokter Risa bilang apa? Dan lagi gue hari ini ga ada kelas"

Setelah mengatakan itu aku segera keluar unit untuk menuju apotik terdekat, kenapa bisa aku tiba-tiba khawatir ada perasaan ga tega dia mengalami ini sendiri.

Never Imagined (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang