Sesampainya di unitku, aku melihat Dara sedang duduk di ruang tamu sambil menonton tv.
"Nih minum dulu vitamin lu" sambil aku menyerahkan plastik vitamin yang baru saja ku tebus
"Terimakasih banyak kak, maaf Dara merepotkan kakak" ucapnya dengan tulus dan aku tidak menjawabnya segera aku memasuki kamarku
Aku rasa ada yang aneh, kenapa melihatnya tersenyum begitu tulus malah buat aku bahagia padahal seharusnya aku tidak memperlakukan dia dengan baik kan? Secara dia selingkuhan pacarku.
Buru-buru menuju ke kamarku, karna jujur saja masih ada rasa gak terima saat aku hanya berdua dengan dara, tapi tidak lama aku berada di dalam kamar aku mendengar suara berisik dari luar.
"Dara" ucapku karna kaget melihat Dara yang jatuh terduduk dengan memegang perutnya
"Lu gapapa Dar?" Sungguh aku khawatir karna dia lagi hamil dan aku menuntunnya untuk duduk di sofa
"Sayang kamu ngapain sih ko bisa cewek murahan ini ada di apartmu" ucap Arga yang seketika itu aku langsung berdiri
"Lu yang apaan kasar banget sama cewek"
"Sayang kok kamu panggil aku lu, kamu jangan deket-deket deh sama ini cewek murahan"
"Brengsek, harusnya lu tanggung jawab bukan malah putusin dia setelah lu hamilin dia" sambil aku menampar wajar Arga
"Loh maksud kamu apa sayang? Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia" sambil Arga menunjuk Dara
"Turunin tangan kotor lu, gila yah gak sangka gue bisa kejebak sama mulut manis lu yang sialnya malah ngehamilin anak orang gak tanggung jawab kasar pula"
"Sayang dengerin aku dulu, aku bener-bener gak hamilin dia, dia aja kali yang ngaku dihamilin sama aku karna mau ngerusak hubungan kita" sambil Arga mencoba untuk menggenggam tanganku
"Shut up jerk" kudorong tubuhnya
"Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi, dan lu pergi dari sini"
"Sayang please dengerin aku dulu, aku gak apa-apain dia"
"Masih gak ngaku lu, keputusan yang tepat buat gue putus dari cowok kaya lu"
"Argh, kenapa lu harus disini sih Dar, gue udah bilang sama lu jauh-jauh dari hidup gue kenapa malah lu ada di apart pacar gue" teriak Arga pada Dara
Plakk
"Get out jerk"
"Please sayang aku gamau putus sama kamu, aku sayang sama kamu" sambil Arga sujud di kakiku dan aku hanya tersenyum sinis
"Kalo lu sayang sama gue lu gak mungkin main belakang bego apalagi sampe buat hamil orang, bahkan gak akan kepikiran sejauh itu"
"Aku khilaf sayang, aku gak akan ngulangin lagi tapi aku mohon jangan putusin aku"
"Simpen omongan kosong lu itu, enek gue dengernya sekarang lu pergi dari sini"
"Kak" panggil Dara dengan parau dan air mata yang sudah menbanjiri wajahnya
"Lu gapapa Dar?" Ucapku panik karna melihat Dara menahan sakit
"Pe..rut Da..ra s..sakit" rintihnya sebelum kesadarannya bener-bener hilang dan aku yang melihat Dara pingsan dan juga melihat darah yang keluar dari selangkangannya langsung panik seketika
"Bantu angkat dia bodoh ke mobil gue buat kerumah sakit" teriakku pada Arga yang hanya diam mematung
Sangking paniknya aku sama sekali tidak memakai alas kaki dan lari untuk menuju basement aku hanya bisa merutuki disaat seperti ini jarak dari unitku ke basement berjalan sangat lama.
Sesampainya di mobilku aku menyuruh Arga untuk meletakan Dara di kursi penumpang dan aku yang membawa mobilnya, sebelum aku benar-benar menjalankan mobilnya.
"Sampai Dara kenapa-napa lu orang pertama yang gue cari sampe kelubang semut sekalipun" setelahnya aku menancap gas mobilku dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai kerumah sakit.
*******
Aku hanya bisa mondar-mandir menunggu Dara di depan ruang UGD ini sudah hampir 1jam tapi masih belum ada tanda dokter keluar, sungguh perasaan yang ga tenang ditambah masih terbayang wajah Dara sebelum kesadarannya hilang merintih kesakitan sambil memegang perutnya.
"Fanya" panggil dokter Risa saat sudah keluar dari ruang UDG
"Dok, Dara gimana keadaanya apa dia baik-baik aja?, bayinya selamatkan dok?" Tanyaku dengan beruntun
"Kamu tenang dulu yah, ikut saya keruangan saya untuk menjelaskan keadaannya" ucap dokter Risa dan aku hanya mengganguk
Setelah sampai diruangannya dokter Risa, dia menyuruhku untuk duduk di kursi depannya
"Oke gini Fanya, keadaan Dara tadi sempat kritis karna pendarahan akibat terjatuh tapi syukurnya dia udah bisa ngelewati masa kritisnya untung janin dalam kandungannya kuat jadi dia dalam keadaan baik, dan sebentar lagi dipindahkan ke ruang rawat untuk beberapa hari kedepan biarkan Dara bedrest disini" ucap dokter Risa
"Ah syukur lah dok, saya takut mereka kenapa-napa" jawabku karna merasa lega
"Gak biasanya kamu sepanik ini dengan orang yang baru kamu kenal, apalagi saya tau temen kamu yang deket hanya Nadia" ucap dokter Risa membuatku sedikit terkejut dengan pernyataannya
"Ya karna dia sedang hamil makanya aku panik dok" jawabku sesantai mungkin
"Oke i see, kamu bisa menemui Dara setelah sudah di pindahkan keruang rawat inap"
"Terimakasih banyak dokter"
Aku hanya bisa melihat tubuh Dara yang sedang berbaring dengan wajah pucatnya, ada perasaan sedih melihatnya begini.
Tanganku refleks mememang tanganya yang terbebas dari selang infus.
"Lu kuat Dar, gue bakal ada di samping lu" sambil jariku mengelus punggung tangannya
"Lu bangun yah, setelah lu bangun gue bakal ajak kemanapun lu mau" ucapku dengan Dara yang masih terpejam.
Aku terbangun karna merasa terusik dari genggaman tanganku ternyata aku tertidur dalam keadaan duduk di kursi samping brankar Dara dengan posisi tanganku yang masih memegang tanganya.
Tak lama mata Dara terbuka dan menatap sekeliling mungkin dia lagi menyesuaikan cahaya yang masuk kematanya.
"Hey sudah sadar?" tanyaku sambil mengelus rambutnya, kulihat kepalanya menengok ke arahku
"Kak bayi Dara gapapa kan?" Ucapnya sambil mengelus perutnya
"Dia kuat Dara, jadi lu gausah takut dia kenapa-napa yah" ucapku dengan lembut
"Dara takut dia kenapa-napa kak, dan maaf Dara selalu buat kakak repot selama Dara sama kakak" ucapnya dengan lemas
"Gausah pikirin itu, sekarang fokus sama kesahatan lu dan dia" aku sambil mengelus perutnya dan aku merasakan Dara menegang
"Ah maaf Dara" ucapku karna telah refleks mengusap perutnya
"Gapapa kak" ucapnya dengan tersenyum dan itu cukup membuat jantungku berulah
"Lu istirahat lagi yah, ini masih tengah malam"
"Kakak tidur disini juga jangan dikursi, itu bakal sangat ga nyaman buat kakak" ucapnya sambil menggeser tubuhnya memberi ruang untukku
"Gapapa Dara, gue disini aja"
"Udah disini aja kak, Dara tau badan kakak sakit kalo tidur kaya gitu"
"Oke" lalu aku naik ke brankarnya dan berbaring disebelah Dara dan itu membuat jantungku berdetak kencang di dekatnya semoga Dara tidak mendengar jelas suara jantungku
"Yaudah lu tidur lanjut istirahat lagi" dan Dara hanya menggangguk dia memejamkan matanya dan aku hanya dapat melihatnya, sekarang wajah Dara terlihat cantik dan ada ketenangan saat tidur, wait pikiran apa itu kenapa bisa aku bilang cantik pada cewek sama yang jelas sama sepertiku.
Melihat wajah Dara lamat-lamat membuatku juga ikut mengantuk dan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Imagined (FreenBecky)
RandomMencintai secara normal, cinta yang ku anggap sempurna berharap dia orang yang tepat tapi semua impian berakhir karna dia mengahamili seorang wanita. Bahkan sekarang aku malah jatuh cinta dengan wanita yang menjadi selingkuhan pacarku ini gila bahka...