Author POV
Ketika seorang guru matematika sedang menerangkan suatu materi pada papan tulis di depan sana, tiba-tiba suara mikrofon dari arah kantor berbunyi.
Terdengar suara Pak Hendri—salah satu guru BK kelas 12—menyuruh untuk semua murid berkumpul di lapangan pada saat itu juga.
Mau tak mau, acara pembelajaran pun diberhentikan sebentar.
"Bye bye matematika, i'm coming Jennie~" Lisa berkata penuh semangat.
"Bucin najis."
"Dih? Ngga ya, bucin gue itu ga najis. Bucinnya gue mah halal, soalnya gue ngebucinin bidadari cantik kaya Jennie."
"Halal mah karena lo berdua aja segender, tolol."
"Biarin biarin."
Lisa menjulurkan lidahnya ke arah Jisoo. Tak lagi menghiraukan suara Jisoo yang meminta Lisa untuk mereka pergi ke lapangan bersama-sama.
Gadis tinggi itu, ia bergegas lebih dulu keluar kelas. Kakinya berayun-ayun senang, dengan senyuman yang juga terus merekah sempurna.
Saat telah sampai di lapangan, lekas-lekas Lisa mengambil barisan favoritnya yang biasa ia tempati. Yaitu menerobos masuk, menyelip di antara barisan kelas Jennie.
Tak sampai semenit, Lisa langsung dapat melihat adanya eksistensi tubuh Jennie yang sudah ikut berbaris tepat berada di hadapannya. Perlahan-lahan Lisa memajukan setengah badan.
"Halo semestaku." Bisiknya pelan.
Tubuh Jennie tampak berjengit karena terkejut. Ketika ia menoleh sebentar ke belakang, sebuah helaan nafas pun lantas terdengar dari belah bibirnya.
Sekali lagi Lisa tersenyum, ia kemudian sengaja berpindah untuk berdiri tepat di samping tubuh Jennie.
"Kenapa barisnya ikut kesini terus? Emang ga takut bakal ketahuan Pak Hendri?"
"Ngga, lagian gapapa kok. Kan kita juga ga ada disuruh baris sesuai kelas masing-masing."
"Yaudah, jangan berisik kalo gitu. Kayanya bakal ada pengumuman penting."
"Ada yang meninggal lagi ya?"
Seketika Jennie mencubit lengan Lisa dengan sengaja. Mata tajamnya pun mendelik garang. Seolah-olah tengah memperingatkan kepada gadis cerewet itu untuk jangan berkata sembarangan.
"Kemaren kan juga gitu, kalo tiba-tiba disuruh ke lapangan pasti ada yang meninggal, atau ga ada kasus apa lagi, gitu." Lisa sambil mengusap lengannya. Tak main-main cubitan tangan Jennie tadi kini telah meninggalkan rasa nyeri yang luar biasa.
"Ya tapi lo nya juga jangan ngomong seenteng itu, omongan bisa jadi doa."
Lisa cemberut. Tak lagi membalas. Ia hanya berakhir memandangi Jennie yang mulai sibuk mendengarkan suara dari seorang guru yang tengah berucap di depan sana.
Raut wajah Jennie yang sedang fokus terlihat begitu cantik sekali.
Jika di lingkungan sekolah, Jennie terkenal dengan sifatnya yang judes. Jennie biasanya hanya akan bersosialisasi pada sekitar teman sekelasnya saja. Karena tidak mengikuti ekstrakurikuler apapun, sehingga circle pertemanan Jennie juga bisa dibilang agak sempit.
Berbeda dengan Jennie, Lisa justru sebaliknya. Gadis tinggi itu suka sekali berbuat usil, sering ngawur omongannya, dan Lisa pasti memiliki setidaknya satu atau doang orang teman hampir di setiap kelas sekolahnya. Lisa itu mudah dalam bergaul. Berbeda dengan Jennie yang hanya mengenalkan diri sekenanya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA - JENLISA ✔
Ficción General❝ Lisa ga mau dikatain lesbian. Maunya dibilang jenseksual aja. Soalnya, dia cuma suka sama Jennie. ❞