RUANGAN terbengkalai yang terletak terpisah dari bangunan utama itu menjadi tempat yang rajin Ivan sambangi selama setahun terakhir ini. Ada satu set sofa tua di tengah ruangan mengelilingi meja kaca yang buram. Terlihat pula lemari-lemari besi berisi kertas-kertas tak terpakai berjejer di hampir setiap sisi dinding. Sangat menyesakkan, bahkan terkesan sedikit horor. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk melalui celah jendela yang terkunci rapat berlapis teralis berkarat. Udaranya pun pengap karena debu terlihat di segala penjuru.
Pria itu duduk di tepian meja usang yang terletak tepat di depan jendela. Dari lantai tiga, Ivan bisa melihat para tahanan berkumpul di tengah lapangan untuk menerima cahaya matahari pagi. Tidak lama kemudian, suara musik itu menggema diiringi gerak tubuh yang serempak. Seruan ratusan orang di bawah sana pun tidak kalah kencang mengikuti satu orang yang berdiri di paling depan sebagai pemimpin acara senam pagi saat itu.
Tidak seperti orang-orang yang senasib dengannya, saat ini Ivan sudah digiring ke sebuah ruangan khusus. Menunggu seseorang yang begitu peduli padanya hingga detik ini. Tidak ada lagi setelan jas mewah yang biasa ia kenakan, tidak ada lagi jam tangan mahal. Orang-orang yang biasanya tertunduk ketika melihat sosoknya kini berganti menatapnya sinis.
Rambutnya yang selalu tertata rapi, kini tampak berantakan. Jika dulu badannya berisi dan bugar, Ivan sekarang lebih banyak menunjukan wajah lesunya di tubuh yang tak bersemangat. Yang tersisa darinya hanyalah baju tahanan yang melekat di tubuh. Sepasang sepatu tak bermerk, serta sedikit semangat hidup yang membuatnya bertahan hingga hari ini.
"Nih gue bawain makanan dari restoran chinese food langganan lo. Ada beer juga kalau lo mau, gue udah bagi kok sama penjaga di depan. Jadi ini aman!"
Ivan menepuk telapak tangannya yang terkena debu meja. Di hampirinya kemudian Adam yang baru saja memasuki ruangan dengan membawa dua kantung penuh makanan.
"Lain kali suruh anak-anak aja yang dateng. Gue tahu lo itu sibuk" kata Ivan.
"Nggak ah. Selain lo butuh makanan enak, lo juga butuh temen ngobrol kali. Masa iya gue suruh bodyguard-bodyguard keker lo yang dateng?. Nggak usah khawatir Van, kerjaan lo aman sama gue." tutur Adam sambil menata berbagai menu makanan itu di atas meja.
Tidak bisa dipungkiri. Ivan merasa begitu tidak enak hati karena harus melimpahkan semua tanggung jawabnya di pundak Adam. Pekerjaannya memang menguras banyak waktu dan tenaga, tapi dulu Ivan merasa semuanya lebih mudah dijalani karena bantuan Adam. Kini Ivan tentu bisa mengira-ngira seberapa lelah dan ruwetnya hari-hari Adam. Ia merasa begitu malu karena pemuda itu selalu menyempatkan waktunya untuk datang berkunjung.
"Papa gimana Dam? Gue perlu cari tempat tinggal baru nggak sih? Gue mikir kayaknya kalau gue bebas nanti, dia nggak bakalan nerima gue lagi sebagai anaknya."
"Husss...!! Segimanapun galaknya bokap lo, dia itu masih bisa peduli. Walaupun dia nggak pernah nongol semenjak lo ditahan, lo liat lah! Gue bisa nemuin bebas nemuin lo secara privat begini emangnya bukan karena dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape [✓]
Romans🏆 Spotlight Romance Of January 2024 - WattpadRomanceID Jonathan sedang berlari dari derita patah hati yang selalu mengekorinya kemanapun pergi. Semangat hidupnya tidak sebesar hari kemarin, sebelum gadis yang begitu ia cintai memilih pria lain. Pr...