BAB 3 - Kelinci Putih Melindungi Sang Babi

76 15 1
                                    

Kelas berakhir, dan tentu saja waktu ini dimanfaatkan oleh para murid untuk ke kantin atau pun bermain. Semua sekolah memiliki alur yang sama. Yoon Do Jin baru saja tiba, dia tidak terlalu familiar dengan bangunan sekolah. Sehingga, dengan spontan dia menghadap ke belakang dan melupakan tembok penghalang yang dibangun Bang Jun Hee di antara mereka.

"Hei, apa kau akan ke kantin? Bisakah aku ikut denganmu? Aku masih belum familiar dengan bangunan di sini."

Bang Jun Hee tidak langsung menjawab, dia terlalu tertegun dengan seseorang yang mengajaknya bicara dengan nada yang begitu lembut. Alhasil, kesempatannya direbut orang lain yang menyambar percakapan mereka, mengajak Yoon Do Jin bicara dan pergi ke kantin bersama. Seluruh orang mengabaikannya. Benar, anak baru itu mengajaknya bicara karena dia masih baru, dia masih belum mengerti apa pun tentang peraturan di sekolah ini. Setelah beberapa saat dia bergaul, dia akan mengerti siapa yang seharusnya dia ajak bicara, dan siapa yang tidak.

Meskipun Yoon Do Jin hanya memiliki waktu satu bulan untuk mempersiapkan dirinya dalam ujian akhir semester, dia membuat semua orang takjub dengan nilainya yang berhasil meraih lima besar di angkatannya. Kepintarannya membuatnya menjadi lebih populer, banyak kelompok yang ingin dia menjadi bagian dari mereka. Yoon Do Jin adalah pria ramah yang mudah berteman dengan siapa saja, jadi dia dengan senang hati menjadi bagian dari mereka.

Dia juga dengan mudah masuk dalam keanggotaan OSIS dan menjadi sangat terkenal di kalangan senior dan junior. Dia anak baru, tapi rasanya dia sudah memegang kendali sekolah ini.

Sementara Bang Jun Hee, si babi yang selalu ditindas tidak pernah sekali pun memiliki kesempatan untuk mengangkat kepalanya. Ketika dia melihat seseorang di depannya selalu dikelilingi oleh semangat cahaya jingga, hatinya semakin pekat dan tubuhnya semakin meringkuk ketakutan. Tidak mungkin baginya, untuk bisa menjadi seseorang seperti itu, atau dikelilingi oleh senyuman hangat itu. Sejak awal, tempatnya adalah loker gelap yang dingin, terkunci di ruang sempit, dan setiap orang mengambil kesenangan darinya, berusaha menghancurkan pertahanannya dan mengolok-oloknya. Dia hanya bisa bertahan, tidak berani mengusir mereka pergi.

Bug! Bug! Bug!

Dengan tangannya yang besar, Bang Jun Hee berusaha untuk melindungi wajahnya dari tendangan biadab yang beruntun itu. Tidak masalah jika seluruh bajunya kotor, dia tidak bisa membiarkan wajahnya dengan jelas terluka.

Sebuah dompet kosong dilempar dengan keras ke wajahnya, membuat debu yang ikut terhanyut hampir mendarat di permukaan bola matanya. Pembuli yang memukulnya habis-habisan hanya menyeringai gila menghitung lembaran uang di tangan mereka, lalu menatap Bang Jun Hee dengan tatapan merendahkan. Dalam pandangan mereka, Bang Jun Hee hanya ternak yang harus diperah setiap hari. Tidak perlu memandangnya sebagai manusia, dia tidak memiliki hak untuk itu.

Para pembuli itu pergi meninggalkan Bang Jun Hee di belakang gedung kelas dengan tawa gila mereka. Mengistirahatkan tubuhnya sejenak, Bang Jun Hee menghela napas kesakitan. Dia benci dengan semua tatapan merendahkan tersebut. Terkadang, dia juga ingin melawan mereka dengan kekuasaan orang tuanya. Namun, dia sadar dia hanyalah seorang pengecut. Bahkan jika dia menyelesaikan sekelompok orang, akan ada orang lain yang akan semakin membenci dirinya. Pada akhirnya, dia harus menyingkirkan semuanya.

Bang Jun Hee bangkit, membersihkan dirinya dari debu, lalu mengambil tasnya yang sudah menjadi setengah sampah. Dalam langkahnya, Bang Jun Hee terpeleset karena ketidakseimbangan, dan kembali terjatuh.

"Aaaaahhhh!!!"

Bang Jun Hee benci dirinya. Kenapa dia memiliki tubuh seperti ini? Bahkan untuk berdiri saja sangat sulit. Dia benci dirinya yang pengecut, dia benci dirinya yang seperti babi, dia benci dirinya yang cengeng, dia benci dilahirkan di dunia ini. Kenapa dia harus dilahirkan jika hanya untuk disiksa? Kenapa dia dijadikan manusia jika hanya untuk diperah? Dia benci takdir yang tidak adil ini. Dia benci dunia ini.

My Celebrity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang