[Seokjin's POV]
Aku sedikit lega sekarang bisa berada di tempat aman. Walau di luar--di lapangan banyak sekali manusia berdarah berlalu-lalang, tapi di dalam sekolah ini aman. Bahkan banyak memiliki persediaan yang cukup untuk berbulan-bulan. Yah, dibandingkan aku harus berlarian di luar sana, akan lebih baik tinggal di sini bersama orang-orang selamat yang gila.
Kenapa aku mengatakan mereka gila? Karena setiap hari, mereka berdoa dan menyembah gambar wajah menyeramkan di dinding yang dilukis oleh wanita yang sama gilanya--sebab menyebut dirinya adalah utusan dewa langit yang akan menyelamatkan umat manusia dari manusia berdarah. Bagaimana bisa mereka percaya dengan dewa langit di saat seperti ini? Apakah perempuan yang disebut sebagai utusan dewa langit akan berani menghadapi manusia berdarah jika berada di luar?
Lihat saja sekarang, sekitar sepuluh orang yang percaya dengan ucapan si perempuan gila itu sedang menyembah gambar menyeramkan. Mereka terus berdoa meminta pertolongan sambil menangis. Bahkan ada yang sampai sujud berulang kali.
"Bantu kami, dewa langit. Lindungilah kami, dewa langit. Kami mohon, dewa langit."
"Dewa langit, terimalah orang tua ku dalam istana mu jika tidak selamat. Dan lindungilah aku, dewa langit."
Mereka saling bersahutan membuat suasana di lobi sekolah ini menjadi berisik. Tapi di saat seperti ini, di mana perempuan gila itu? Aku celingukkan. Sejak masuk dan tinggal selama tiga hari di sekolah ini, aku tidak melihat lagi si utusan dewa langit.
"Apa kau bernama Kim Seokjin?" Seorang pria berusia lima puluh tahunan mendekat dan mengulurkan tangan untuk bersalaman.
"Ah, ne." Aku menganggukkan kepala dan menjabat tangannya, "Nugu..."
Kemudian, Yeri datang langsung menggandeng pria di depan ku, "Appa, ternyata ada di sini."
"Oh, Yeri-ya... Kau bertemu dengan orang tuamu?" Tanya ku.
"Ne, kajja Appa." Yeri tampak menghindari ku. Tapi, Ayah Yeri bicara lagi sambil menggenggam tangan ku, "Aku mendengarnya dari perawat di ruang kesehatan kalau kau yang telah menyelamatkan dan melindungi Yeri. Terima kasih, Seokjin-ssi. Berkatmu anak kami selamat. Terima kasih, dewa langit."
Aku tersenyum, "A-aniya, Abeonim."
Sejujurnya, aku merasa risih. Terlebih, pria ini terus menggenggam tangan ku.
"Appa, sudahlah. Kajja, kita ke sana saja. Eomma sedang menunggu." Yeri menarik Ayahnya membuat ku lega kala tangan ku dilepaskan. Tapi Ayahnya bicara lagi, "Apa kau tau di mana Joohyun?"
Bae Joohyun? Aku mengernyit. Ah, aku baru ingat kalau Yeri dan Joohyun adalah saudara tiri berarti pria di depan ku ini Ayah kandung Joohyun? Lantas karena itu, aku pun balik menggenggam tangan pria di depan ku, "Abeonim, maafkan aku. Aku dan Joohyun terpisah, jadi aku tidak bisa mengajaknya ke sini. Tapi, Abeonim jangan khawatir, Joohyun pasti baik-baik saja. Joohyun pasti aman, Abeonim."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Goes On [삶은 계속된다]
Фанфик(ON GOING - Vrene) Life Goes On : "Let's continue today and tomorrow together again." ... Kejadian ini dimulai awal tahun baru. Mereka yg baru selesai makan, minum soju, karaoke, atau berkumpul bersama kekasih maupun keluarga tidak tau bahwa mungkin...