WTL #12

656 47 28
                                    

•    W O U N D I N G     T O     L O V I N G    •


Jilan meletakkan sebotol minuman vitamin di meja kasir minimarket dan hendak mengambil uang dari sakunya, namun seseorang dari arah belakang tiba-tiba menaruh kopi kalengan di sebelah Jilan dan meletakkan selembar uang biru secara bersamaan.

Jilan menoleh sedikit, mendapati seseorang yang sudah lama tak ia lihat. Netranya tampak jelas bahwa ia terkejut, napasnya menjadi gugup bersamaan dengan gadis itu yang berusaha menjaga jarak.

"Sekalian aja, Mba." ujar lelaki itu, membayar minuman miliknya dan Jilan. Lelaki itu mengambil botol minuman Jilan dan memberikannya pada gadis itu.

"Nggak perl—"

"Can we talk?"

• • • • •

"How are you?"

Jilan menoleh ke samping, minuman dingin di tangannya belum sama sekali ia buka, tiba-tiba enggan untuk minum. Keduanya kini duduk di dalam mobil si lelaki yang tengah meminum kopinya di bangku stir.

"Mau ngomong apa?" tanya Jilan, memberi sinyal bahwa ia enggan berbasa-basi serta menunjukkan ketidaknyamanannya.

Lelaki itu menghela napas kecil sembari tersenyum menyadari pertanyaan Jilan, "Gue mau minta maaf."

Jilan terkekeh meremehkan, "Setaun yang lalu lo kemana?"

Lelaki itu mengacak rambutnya, "Gue salah waktu itu. Gue kira you'll be fine with that. Maksud gue, having sex is just—"

"Just, lo bilang?" potong Jilan, menatap tak percaya ke arah lelaki itu, "You would never know how people see me. How he treated me." lanjutnya.

People yang Jilan maksud, Jeano.

"Makanya itu gue mau minta maaf."

Jilan mengangguk, "Kalo udah minta maaf terus apa? Ada yang berubah? Kenapa nggak dari dulu?"

"I was trying to reach you, I swear." jelas lelaki itu, "Setelah gue dihajar Julian habis-habisan, gue sadar kalo itu bukan hal sepele buat lo. That's why I was trying to apologize." lanjutnya.

"Jeano is the one who hinder me. Gue juga di hajar dia habis-habisan, gue sempet koma gara-gara dia." ucap lelaki itu, "Gue nggak pernah bisa untuk sekedar ada di satu ruangan sama lo. Jeano selalu hindarin lo dari gue."

Jilan melirik lelaki itu tanpa berkata. Kini gadis itu membuka mulutnya, "So what are you trying to say?"

Lelaki itu diam cukup lama.

Entah, saat tadi ia menemukan siluet Jilan masuk ke dalam salah satu minimarket, lelaki itu langsung berlari masuk karena tahu Jeano tak ada di sampingnya. Lelaki itu hanya ingin minta maaf.

Si lelaki pemilik mobil mendongak, menatap Jilan cukup lama sembari menggeleng, tak menemukan jawaban untuk pertanyaan Jilan.

"I realized that I even didn't use condom." jawabnya melenceng dari pertanyaan, lalu lelaki itu terlihat ragu untuk melanjutkan pertanyaannya, "Did you preg—"

"No, I don't, I didn't." Jilan dengan cepat menjawab, sudah tahu kemana arah pertanyaan lelaki itu. Jilan enggan mendengarnya. It traumatized her.

"Udah ya, Ga? Gue rasa nggak ada hal yang harus kita omongin lagi. Besides, lo terlalu telat untuk sekedar minta maaf, dan gue nggak perlu maaf lo." final Jilan lalu mencoba keluar dari mobil. Jilan mengernyit, kembali menatap si lelaki saat sadar bahwa pintu terkunci.

Wounding to Loving | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang