Peran dan pengaruh seseorang itu akan selalu ada, begitu juga dengan penilaian orang lain, jika hal itu disebut sebagai hak semua manusia untuk menilai, maka kita tidak dapat merampas hak itu. Akan tetapi, berbicara tentang hak, kita juga memilki hak untuk menerima dan menolak, atau mungkin hanya mendengarkan nya saja dengan alasan saling menghargai. Karena bagiku yang paling penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, yaitu dirinya sendiri dengan rasa saling mencintai sesamanya.
"Kita dapat menjadi apapun untuk diri kita sendiri, seperti menjadi guru, penyemangat bahkan motivator sekali pun".
Motivasi terbaik juga akan selalu datang dari diri kita sendiri. Melalui berbagai pengalaman atau kejadian yang pernah ada dalam hidup kita, dari hal itu juga kita belajar dan bahkan menemukan motivasi untuk tetap hidup dan berkembang. Meski memang terkadang ada beberapa kata-kata dari orang lain yang memang sesuai dengan diri kita, itu tidak lebih hanya sekedar referensi saja untuk cerita yang sama, namun untuk selanjutnya kita sendiri yang akan menentukan untuk ke depannya akan bagaimana.
Kembali lagi pada penilaian orang lain
Hal itu memang terkadang ada benarnya juga, namun hanya bagi orang yang pernah bertemu dengan kita, meski hanya sekali. Pertemuan pertama kita dengannya lah yang menjadi dasar ia menilai kita. Mau tidak mau, kita harus menerimanya, menerima dalam artian biarkan saja mereka menilai kita, meskipun penilaian itu terdengar baik atau pun buruk, karena memang tidak semua ekspektasi orang lain dapat kita penuhi. Hanya saja, lucu kesannya ketika ada yang menilai kita hanya dari cerita orang lain atau pernah melihat kita melakukan suatu hal, namun dalam hal ini kita juga tidak bisa menyalahkannya.
Bagaimana mungkin penilaian orang lain yang merasa kagum terhadap kita, meski tidak saling mengenal, kita benarkan penilaian itu, dan ketika penilaian orang yang tidak mengenal kita itu terdengar buruk dan menyakitkan, kita salahkan. Maka dari itu, bukan penilaian orang lainnya yang menjadi persoalan, tetapi eksistensi kita yang hanya ingin terlihat baik saja di mata orang lain, meskipun kita tahu bahwa semua yang ada di dunia ini tidak selalu dapat kita kendalikan dan tidak perlu juga kita kendalikan, biarkan saja semuanya berjalan secara natural, karena hanya akan menjadi beban ketika kita berpikir semuanya akan sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
Berikan bukti pada semua orang tanpa perlu berpura-pura dan juga tergila-gila terhadap suatu eksistensi, atau tampil lah dengan diri sendiri, karena memang itu lah yang kita miliki, jika memang eksistensi atau penilaian orang lain terhadap kita masih terdengar buruk, biarkan saja, karena berarti hal itu sudah bukan kehendak kita lagi. Bagiku yang paling penting adalah bagaimana kita dimata diri sendiri, bukan hidup tertekan hanya untuk penilaian orang lain, melainkan hidup dengan penuh kebebasan dengan kesadaran yang kita miliki. Melelahkan jika hidup dengan penuh eksistensi, sementara kita tertekan dan tidak mampu berekspresi. Karena mau bagaimana pun, terkadang meskipun kita tidak menginginkan atau mengejar eksistensi yang diberikan oleh orang lain, namun tanpa kita sadari, terkadang eksistensial itu terbentuk sendiri, karena orang lain pun selalu menilai setiap tingkah laku kita.
"Tuhan yang maha kuasa sekali pun membiarkan kita berekspresi dengan penuh kesadaran, lalu mengapa kita yang bukan tuhan saling menekan dan merenggut kebebasan atau ekspresi satu sama lain?".
Hal ini bukan karena dunia ini kejam, justru kita lah yang kejam pada dunia ini, kita sendiri sebagai manusia yang menciptakan persaingan, bukan dunia. Bukankah tuhan sendiri lah yang memerintahkan manusia berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan?, ya memang tuhan memerintahkan kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, dan seharusnya manusia yang hanya sebagai peserta, tidak berhak mengubah aturannya. Dalam lomba ini yang menjadi tantangan atau rintangannya yaitu kejahatan (keburukan), dan manusia sebagai peserta, seharusnya melewati tantangan atau rintangan itu dan bukan malah memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berusaha Menjadi Manusia
Non-FictionBeberapa dari kita menyusun dan memilih rencana untuk mimpi dan harapannya. Namun, bagaimana jika mimpi dan harapan itu lenyap? Kenyataan yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan, lalu terbentur dengan berbagai penilaian orang lain...