Chapter 32

237 21 1
                                    

Bahkan kalau itu bukan kekaguman, aku meninggalkan Alice's Labyrinth dengan syok setelah sadar si orgil memang menolerasiku dalam beberapa hal. Kalau dipikir-pikir, dia tidak marah pada sifatku yang tak sopan. Saat aku kembali ke pintu depan gedung, aku nyaris bertabrakan dengan sebuah mobil yang mau berhenti. Untungnya, berkat kemampuan motorikku, aku melompat mundur dan tidak menabrak mobil itu, tapi akhirnya aku kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.

Lucunya aku berguling di tanah dan tanpa sadar melindungi wajahku dengan tangan supaya tidak melukainya. Kurasa aku agak terbiasa menjadi aktor. Aku merasa pahit saat berdiri, dan aku mendengar suara pintu mobil tertutup dan merasa seseorang bergegas ke depanku. Dan segera setelah bayangannya jatuh ke hadapanku, aku mendengar umpatan.

"Bajingan sialan, kau bahkan tidak tahu mobil siapa ini, dan kau berani mendorong tubuh kotormu di depannya?"

Saat aku mengangkat pandangan sambil mencoba berdiri, sosok mirip raksasa bersetelan jas hitam mengangkat satu kaki dengan kata-kata itu. Pergerakan kaki itu jelas bagi semua orang; dia akan menendangku.

Swish!

Segera setelah aku berguling untuk menghindar, angin mengerikan berhembus melewatiku. Sial. Mengumpat dalam hati, aku mengeraskan tubuh bagian bawahku dan berdiri seperti per. Saat aku berdiri tegak, kepala dan badan yang jauh lebih besar dariku mendekat dengan lebih mengancam. Tentu saja aku tidak peduli. Aku menatapnya lancang dan menghela napas rendah.

"Bagaimana aku tahu mobil siapa itu, bajingan."

Mulutnya memutar dalam sekejap pada suara dingin itu.

"Sialan, bajingan ini."

Swish! Tinju berat melayang padaku. Setelah memutar tubuh atasku untuk menghindari serangannya, aku langsung mengambil posisi boxing. Aku bisa tahu seberapa kuat lawanku hanya dari suara udara yang terbelah. Aku bakal terlempar hanya dengan mengenainya. Ketegangan meluncur di seluruh tubuhku, dan keberanian berada di ujung kepalaku.

Swish, swish, swish!

Dengan panik aku mundur untuk menghindari rentetan tinju. Dan aku mengulurkan tangan tanpa kehilangan kesempatan dari posisi membungkuk.

Buk!

Segera setelah serangan itu mengenai sisi yang kosong, aku segera bergerak ke samping. Berkat langkah cepatku saat boxing, aku akhirnya bisa menghindari tinjunya yang langsung menyerang lagi. Bulu di tubuhku merinding saat aku mundur dan tinjunya menyapu pelipisku.

"Dasar tikus..."

Meraung, si lawan mengejarku dan mengambil langkah besar. Tentu saja, dia lebih cepat dariku yang berjalan mundur, dan baru saja kami akan saling bertubrukan, seseorang berlari dan menghalangi kami. Atau lebih tepatnya, dia menghalangiku.

"Whoa, whoa... Maaf. Sepertinya ada kesalahpahaman."

Aku terkesiap dan melihat manajer yang menghalangiku dengan kerutan. Dia mendongak pada lawan raksasanya dengan suara tenang.

"Sepertinya Anda salah paham. Ini adalah tamu toko in..."

"Kesalahpahaman? Beritahu aku kesalahpahaman apa. Aku akan mengurusmu tergantung dari itu."

Si pria raksasa melontarkannya dan memiringkan kepala.

"Kubilang, bicara."

Aku mendorong manajer dan berusaha melangkah maju. Itu bukan salahku, itu adalah seranagn satu sisi bedebah itu. Tetapi, manajer dengan lembut mengulurkan tangannya dan mendorongku. Setelah ragu sesaat seolah-olah memberitahuku agar tidak bergerak, manajer membuka mulut.

"Sepertinya dia tidak melihat mobilnya saat keluar gedung. Dia tidak sengaja melakukannya... Ugh!"

Plak!

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang