Chapter 34

244 23 0
                                    

Aku tahu kalau syuting memakan waktu beberapa bulan atau paling lama lebih dari setahun, tapi baru sekarang aku sadar berapa lamanya mengambil satu adegan. Dari mencari tempat yang cocok untuk syuting, bahkan setelah menemukannya, ada banyak masalah dimana tempat itu tidak bisa dipesan, dan biasanya mereka harus membayar biaya sewa yang mahal. Aku tidak tahu kalau jalan raya biasa, jalanan, stasiun kereta, halte bus, dan lain-lain yang biasa muncul di film harus terlebih dahulu dipesan dan disetujui secara resmi.

Dan tentu saja, tidak banyak uang yang bisa dikeluarkan untuk lokasi di film PD Jung yang beranggaran rendah. Berkat itu, aku mulai berlarian dengan peralatan berat sejak aku pertama kali datang. Aku harus menyelesaikan semua adegan dengan waktu terbatas, atau kami harus diam-diam syuting di tempat yang tidak diizinkan. Berkatnya, aku bisa beradaptasi dengan cepat pada pekerjaan film, dan aku juga menemukan kalau harapan manajer dapat terwujud.

"Hei, ini gelap, naikkan reflektor lebih tinggi!"

Mendengar teriakan sutradara, staf mengangkat reflektor besar sedikit lebih tinggi dari kepala mereka. Tempatnya ada di stasiun kereta di pinggiran kota. Kami harus selesai syuting dalam waktu yang terbatas sebelum operasi dimulai ketika fajar, jadi semua orang mengusap mata mereka yang mengantuk dan memasang peralatan syuting dalam kegelapan. Diantara mereka, aku bertanggung jawab memegang lampu yang bergoyang.

Saat kami pertama muncul disini beberapa hari lalu, ekspresi PD Jung tidak begitu bagus. Alih-alih, ekspresi suramnya sepertinya berkata 'kenapa kau datang?', tapi aku ikut syuting berkat manajer yang memohon dan berkata kami ingin membantu secara gratis bersama Hansoo. PD Jung sepertinya tertarik pada jasa gratis yang ditekankan manajer, tapi saat kami benar-benar membantu, dia berterima kasih banyak-banyak kepada kami. Aku tetap tidak mendapat uang.

Sebenarnya, semua peralatannya kuno dan tua. Cahaya yang harus kupegang di tumpuan seperti ini, mikrofon dan peralatan syuting untuk merekam berturut-turut nyaris tak bisa bertahan, jadi tidak mengejutkan kalau cahayanya tiba-tiba padam.

'Pa!'

Itu berkedip dengan suara dan lampu lain mati. Dalam sekejap, kepala orang-orang menoleh ke lampu bersamaan. Tiba-tiba keheningan merayap di dalam tempat yang berisik, dan tak lama semua mata tertuju pada PD Jung. Semua orang tahu itu adalah kali terakhir mereka diperbolehkan syuting disini hari ini. Semua adegan yang diperlukan disini sudah diambil, jadi mereka tidak bisa mengganti lokasi.

Di dalam interior yang sehening fajar, PD Jung mendongak lama pada lampu yang mati. Membeli lampu baru dan memindahkannya ke tempat ini pastinya mahal, tapi memesan tempat ini dan mengumpulkan aktor untuk syuting lagi adalah pekerjaan yang lebih besar. Mungkin karena biaya penampilannya tidak tinggi, tapi kebanyakan aktor hanya datang saat mereka muncul dan langsung pulang ke Seoul setelah mereka memunculkan wajah.

Mereka yang wajahnya bahkan menjadi sedikit terkenal karena bantuan PD Jung dulu dan berpartisipasi di acara ini atas rasa terima kasih mereka. Itulah kenapa suasana syutingnya berat, tapi sebagai buktinya, satu aktor belum datang. Tentu saja, aku terburu-buru supaya dia bisa syuting secepatnya setelah sampai, tapi saat lampunya mati, tak ada yang bergerak. PD Jung, yang menatap lampu-lampu lama sehingga kupikir lehernya mungkin sakit, berjalan menuju juru kamera dengan suara yang sama seperti biasa.

"Berapa banyak eksposur yang kau punya sekarang?"

"Yah, kurasa 2.8 atau semacamnya."

Saat juru kamera mengecek meteran eksposur dan menjawab asisten sutradara, PD Jung mengangguk.

"Cukup. Apa kita punya reflektor lain?"

Mendengarnya, interior stasiun mulai bergerak dengan sibuk lagi. Seseorang berlari keluar dan kembali dengan reflektor, dan semua orang melakukan pekerjaannya masing-masing, jadi mereka tidak menyadari satu hal. Aktor yang belum datang. Sementara cahaya menyebabkan peralatan dipindah dan PD Jung serta juru kamera kembali memposisikan kamera, asisten sutradara menjawab telepon dengan ekspresi serius.

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang