Chapter 35

306 23 0
                                    

Membuatku merasa nyaman?

Aku tidak langsung memahami artinya. Yang bisa langsung kuketahui adalah suaranya mengandung kenikmatan.' Dan tenaga mengerikan menyebar di dalamku. Dada yang ditekan ke kaca sepertinya telah mengirim energi dingin. Tetapi, alasan rasa dingin itu tidak langsung menghilang adalah karena keberadaan di belakang. Berkat tubuh bagian atas yang ditekan sehingga aku nyaris tidak bisa bernapas, aku belum bisa memahami situasinya secara rinci.

Berbeda dengan tubuh bagian atas yang ditekan olehnya, aku tidak sadar tubuh bagian bawahku tidak ditekan ke kaca berkat lengan yang membungkus pinggang karena sekarang sulit untuk melihat wajah yang tak sedap dipandang di jendela dengan benar. Aku mencoba memutar badanku dengan memaksakan diri mengulurkan tangan dan mendorong kaca, tapi aku bukan lawan bagi orang yang lebih besar dariku. Tapi meskipun tidak ada harapan, aku masih berjuang untuk keluar. Aku tidak bisa melakukannya karena napasku. Dia menundukkan kepala ke wajah yang baru saja kutolehkan. Tepat di atas pelipis, sebuah gumaman terdengar dari jarak dimana bibirnya bisa dengan jelas menyentuh.

"Kau tahu? Kalau di bagian tengah seseorang, semuanya adalah titik vital?"

Lalu dia mengendurkan sedikit kekuatan yang telah dia dorong. Tentu saja aku tidak melewatkan kesempatan dan mendorong kaca dengan tanganku. Tetapi, itu saja. Tangannya masih kaku.

Swish.

Jari yang membungkus sekitar leherku berhenti di bawah daguku. Lalu jempol dan jari tengah menekan dua tempat di leherku dan aku berhenti seperti boneka yang dimatikan. Seolah-olah untuk menunjukkan dimana titik vitalnya, tangannya yang menyentuh tempat yang tepat membuatku merinding. Karena itu sangat alami. Dia memegang leher lawan dengan satu tangan dan mengencangkan napasnya tanpa ragu seolah-olah dia sudah terbiasa.

Apa-apaan pria ini? Aku ingin berteriak kencang dan bertanya, tapi yang kulakukan hanyalah menarik napas dangkal. Tangan lain yang membungkus pinggangku naik ke dada saat aku berhenti membangkang sesaat. Mungkin dia suka keterdiamanku, dia membuka mulut dengan posisi dimana dia masih menyentuh kulitku.

"Kau juga tahu tempat ini."

Tangannya berhenti di tempat di bawah dada dan dengan lembut menekan kulitku. Lalu, perlahan menyapu ke bawah, tangannya bergerak naik ke pusar. Aku merasakan panas tangannya yang keras menyentuh kulit telanjangku lewat kaus tipis. Ujung jarinya yang berhenti di pusar yang ditelanjangi mengelus bagian yang melekuk dalam gerakan melingkar lembut.

"Kau juga tahu tempat ini, kan?"

Seolah-olah mengkonfirmasi, jari yang memutar menekan tempatnya masuk. Lalu dia berbisik nyaris tak terdengar.

"Tapi bisa saja terbalik."

Jarinya mulai bergerak perlahan, seperti suara lembab. Cukup pelan untuk membuat geli seperti siput yang berjalan. Rasa geli yang aneh menyebar lewat perutku yang anehnya menegang saat dia berlama-lama untuk  terbiasa dengan tindakannya. Mungkin karena aku terbiasa dengan tubuh yang besar dan berat yang menempel di punggungku.

Tidak, mungkin karena dia berhenti berbicara dan aku terbiasa pada napas rendah di kulitku. Tiba-tiba, suara napas terengah-engahku berdenging di telinga seperti drum, menjadi mirip dengannya. Dia membuatku menerima keberadaannya seperti itu untuk waktu yang lama, seolah-olah mencoba menenangkanku. Jadi tangannya yang menekan dilepas dari leherku, tapi bukannya berjuang untuk kabur seperti sebelumnya, aku membuka mulut.

"Sial, kau... apa yang kau lakukan?"

Kekuatan yang menekan titik vital menghilang, tapi tangan besar masih memegang leherku. Alih-alih menjawab, dia mengeratkan tangannya di sekitar leher dan pinggangku, menarikku mendekat padanya. Tiba-tiba, kekuatan memasuki tanganku yang masih ada di depan kaca. Saat aku mencoba memutar tubuh dengan tegang, ajarannya yang tak berguna tentang titik vital berlanjut.

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang