11.

507 70 1
                                    

Happy reading ~
.
.
.
.
.

Our Fault

"Aku Na Jaemin, akan membawanya pergi dari desa ini,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku Na Jaemin, akan membawanya pergi dari desa ini,"

Jaemin mempererat genggamannya hingga pemuda Huang meringis, Jaemin saat ini dilanda rasa emosi  semua bermulai dari ia yang membuat semuanya menjadi hancur maka yang harus memperbaiki ini semua juga adalah pelaku utama. Ia tak suka melihat orang tua yang melakukan kekerasan pada anak nya sendiri atau bukan anak mereka melampiaskan amarah yang tak jelas kepada makhluk lemah tak tau apa apa atau bahkan sekedar menetralkan emosional demi mendengar alasan dari emosi muncul itu tidak mungkin,karena manusia jika sudah dikepalang amarah tidak memikirkan apa apa lagi selain berusaha mengeluarkan semua gejolak panas dihatinya.

"Apa hak mu membawanya pergi?"

"Kau tuan Huang Fei kan,"

Yang dipanggil seperti itu oleh Jaemin hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Kau kakek kandungnya tapi dengan teganya kau melakukan kekerasan terhadap cucu mu sendiri,"

"aku punya alasan untuk itu,"

Jaemin tak bertanya ia diam menunggu jawaban selanjutnya yang dimana jawaban itu malah membuat nya tak bisa mengontrol emosi lagi  "aku melakukannya demi kebahagiaan juga kebaikan hidupnya"

"BAJINGAN TUA!!!"

Mark singgap menengahi Jaemin yang saat ini sudah mencengkram baju milik tuan Fei ia benar-benar menusuk mata yang sudah tua itu dengan tatapan tajam nya,dengan susah payah Mark melepas genggaman tangan Jaemin pada baju tuan Fei ia juga mengeluarkan kata kata penenang guna menurunkan emosi nya.

"KEBAHAGIAAN KATAMU?! KAU LIHAT CUCU MU ITU SEKARANG FEI! APA IA BAHAGIA?? APA IA TERSENYUM DISAAT KAU MEMUKULINYA??"

Jaemin sudah tak tau arti sopan santun terhadap orang tua ia menyeret huang Fei kehadapan Renjun yang memasang ekspresi terkejut dengan dihiasi wajahnya yang memerah karena menangis.

"Lihat air mata itu, lihat baik baik tuann! Itu kah kau sebut kebahagiaan?!"

Huang Fei sempat menatap cucunya dengan tatapan tak bisa dijelaskan sama halnya dengan Renjun ia bahkan memilih menunduk sembari menggenggam tangannya yang mulai bergetar, ia trauma...

Mark berlari menghampiri Jaemin lalu dengan sekuat tenaga menjauhkan Huang Fei dari cengkraman pemuda itu ia menahan Jaemin berjaga jika anak itu kembali di ambang amarah.

"S-sudah b-berhenti.."

Semuanya menoleh pada asal suara lirih, seketika emosi Jaemin hilang begitu saja ia melepaskan cengkraman Mark lalu memeluk tubuh yang bergetar karena takut, menenangkan pemuda bertubuh kecil didekapannya, Jaemin sudah tidak peduli lagi dengan cintanya yang tidak normal ini biarkan ia egois sekarang  kesempatan yang diberikan Tuhan ini harus dijalankan dengan baik agar tak menyesal dengan hati yang mantap ia sudah memutuskan keputusannya saat ini.

Semuanya sudah pasti menjadi bahan tontonan Huang Fei yang menatap mereka dengan tatapan yang masih sulit diartikan, dihatinya penuh kegelisahan karena dicampur rasa bersalah juga kesedihan apakah seharusnya ia tak melakukan hal jahat seperti ini? Tapi jika tak begini Warga desa akan memperlakukan cucunya lebih dari ini, Huang Fei tak mau kehilangan cucu yang satu satunya ia punya. Tapi bodohnya ia malah menyakiti hampir membunuh secara perlahan.

"Renjun-ah..."

Dua sejoli yang tadi berpelukan kini melepaskannnya, Renjun menatap kakeknya yang sebenarnya, ya, menatap cucunya dengan lembut itulah kakeknya yang ia kenal.

"Aku melakukan ini semua agar kau tidak merasakan masa lalu mu kembali,aku selalu mempertaruhkan separuh jiwaku untukmu agar kau bahagia kembali bahkan aku tak tau apakah kasih sayang yang kuberikan cukup atau tidak, emosi ku selalu mempunyai alasan dan semua prioritas demi kebaikan mu,aku tak mau kehilangan cucu lagi, hanya kamu yang aku punya tak ada satupun keluarga Huang lagi selain kita berdua, tapi bodohnya aku tak pintar dalam menjalani kesempatan yang ada, aku malah membuatmu jauh dariku.."

Renjun kembali mengeluarkan air matanya ia tak bisa membenarkan perkataan kakeknya entah kenapa dirinya menolak itu semua.

"Jadi sekarang jika memang kepergian mu disana akan membuat mu bahagia maka pergilah, aku mendengar semua nya, tentang rencana Mark padamu.."

Mark terkesiap lalu mengekspresikan wajahnya bingung sedangkan Jaemin sama halnya bingung,rencana apa?

"Kau bilang akan membawa Renjun ke Seoul, apa kota itu aman Mark?"

sedikit gagap mark menjawab "Disana bebas tak terlalu ketat pada peraturan," Mark sedikit terkejut saat ditanya seperti itu.

"Tenang saja,cucu mu ini kujamin kan hidupnya pasti bahagia disana tidak seperti disini jauh berbeda 100%" ucapan Jaemin sudah pasti menyinggung Huang Fei sekaligus desa gura.

Huang Fei terkekeh kecil ia memang membenarkan perkataan Jaemin lalu kembali menatap cucunya yang masih setia menatap nya, Huang Fei tersenyum lembut pada cucunya lalu mengangguk kan kepalanya " pergilah ke Seoul jika itu memang membuatmu bahagia,"

Renjun menangis jingkar layaknya anak bayi disaat dirinya menerjang tubuh sang kakek dengan pelukan, ia menghirup dalam dalam aroma tubuh sang kakek yang menenangkan jiwa raga nya bahkan Huang Fei tak segan berkali kali  mengecupi puncuk kepala cucunya "Maafkan kakek mu ini Renjun-ah"

Renjun menggeleng kan kepalanya yang masih tenggelam dipelukan Huang Fei "Jangan minta maaf, ini semua salah ku, jika saja aku tak egois pada perasaanku sendiri mungkin semuanya tidak akan jadi begini, jangan menyalakan dirimu, kau sudah cukup berjasa untukku... Terima kasih karena sudah mau merawatku hingga aku paham tentang isi dunia,terima kasih atas kasih sayang mu yang sangat cukup untukku dan terima kasih untuk separuh jiwa ini,aku bahagia karena Tuhan memberikan seorang kakek seperti mu dan aku senang karena tuan sudah mau bertahan hidup demi keluarga yang sudah tidak lengkap ini,terima kasih atas jasa mu Yéyé,"

Huang Fei menangis, mendengar kalimat panggilan itu mengingat kannya pada Renjun kecil yang selalu memanggilnya Yéyé sampai kalimat itu berubah menjadi tuan entah tanpa sebab yang jelas itu semua karena kemauan Huang Fei sebagai tanda menghormati kepala keluarga Huang.

Renjun yang melihat kakeknya menangis menggerakkan tangannya untuk mengusap air mata itu lalu tersenyum lebar " jika aku pergi,apa aku boleh kembali mengunjungi tuan?"

Huang Fei mengangguk "tentu saja boleh,asal kau kembali dengan kehidupan yang sudah bahagia,"


"Yaa,pasti."

























"Tuhan aku mohon jangan permainkan kesempatan ini,"


Our Fault


ummmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

kebiasaan update nya suka lama

Our Fault | JAEMREN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang