Menapakkan kakinya kembali ke lembah sunyi ini hanya membuat [name] rindu akan pelukan hangat dari selimutnya. Dia muak melihat semua nisan yang berjajar rapi di sekelilingnya.
Kedua mata [e/c]nya sibuk menatap langit biru di atas saat hal itu kembali menghantui pikirannya. Sudah banyak cara ia lakukan untuk menyingkirkannya namun setiap kali ia memejamkan mata, mimpi buruk yang sama akan kembali.
"Setidaknya pilih tempat latihan yang lebih layak." Ia mengeluarkan sebatang permen lolipop dari saku jasnya, hanya hal ini yang bisa membuatnya melupakan rasa pahit mimpi buruknya.
"Kemana dia? Jangan bilang aku harus menunggunya selama 1 jam seperti kemarin-hm?" Kata katanya terhenti saat mendengar langkah kaki lain dari arah belakang.
Wajah yang familiar menjadi fokus pertamanya walau kali ini dia kedatangan murid baru.
"Yo! Maaf kau harus terjebak denganku lagi untuk hari ini." Sapa [name] pada kedua muridnya, khususnya pada Denji.
Power menatap [name] sejenak sebelum menyadari sesuatu yang mengingatkannya kembali pada mentor lama mereka.
"Kepalanya sama sama geser seperti si Pak Tua." Ucap Power pada Denji sembari menunjuk [name] dengan santainya.
Ya, seperti yang Kishibe katakan padanya sebelum menerima pekerjaan ini. Dia harus banyak bersabar untuk menahan tangannya dari membunuh dua iblis ini.
"Kau bilang kau tak akan melatihku lagi." Ucap Denji yang direspon dengan [name] yang mengangkat kedua bahunya.
"Kishibe-san tak ingin membiarkan kita bersantai seharian, itu saja." Jawab [name] dengan menyiapkan kembali belati kesayangannya.
"Kita akhiri latihan ini secepatnya, aku sudah merindukan ranjang empukku."
Power tak kalah bersemangatnya karena ada buruan baru yang bisa ia habisi. Dengan senyuman ambisnya, Denji sudah menggenggam kapaknya kuat.
Setelah strategi yang mereka rancang bersama sebelum datang kemari, dia yakin perempuan itu tak akan dapat menginjakkan kakinya di hadapan mereka lagi.
"Kau hanya unggul satu poin dariku. Akan kubuat 2-1 untukku kali ini." Denji tak peduli dengan tatapan dingin yang diberikan [name] padanya, dia sudah mengetahui gerak gerik perempuan itu sebelumnya, kan?
"Jika aku bisa mengalahkan kalian berdua, aku mendapat 2 poin. Bagaimana?"
"Heh, siapa takut."
***********
"Gerakan yang lambat seperti biasa dan pola serangan yang mudah untuk dibaca. 3-0 untukku." [name] memutar belati di tangannya setelah berhasil menumbangkan Power dan Denji.
"Hahh... Kukira latihan hari ini akan lebih menyenangkan dari kemarin. Cepat berdiri atau menyerah sekarang." [name] meletakkan dua botol berisi darah segar yang Kishibe siapkan untuk kedua murid kesayangannya.
Ia memperhatikan bagaimana keduanya kembali bangkit dengan pakaian kotor akibat darah mereka sendiri. Power menarik lengan baju Denji dan mulai berbisik pada partnernya.
"Dia manusia atau iblis sebenarnya?" Pertanyaan yang bagus, sayangnya Denji juga ingin menanyakan hal yang sama.
"Kalian akan diam disana sampai matahari terbenam?" Tanya [name] yang mulai tak sabaran. Dia memiliki janji dengan mentornya di tempat minum langganan mereka sore ini.
Latihan keduanya kembali berlangsung dengan berapa kali jeda saat Denji maupun Power berakhir mencium tanah pemakaman. Baju mereka semakin lusuh karena terus melakukan kontak dengan tanah.
Keduanya sudah kewalahan setelah berkali kali tumbang dengan darah segar bercampur dengan tanah menodai seragam mereka.
Pemandangan ini hanya membuat [name] jengah dan berbalik. Diliriknya jam tangan yang menunjukkan pukul 5. Sepertinya waktu janjinya bersama Kishibe telah tiba.
"Aku akan menemui kalian lagi besok, terima kasih sudah ingin menghiburku hari ini." [name] berjalan meninggalkan Denji dan Power.
"Sebenarnya dia melakukan kontrak dengan iblis apa?!" Denji menendang kerikil yang ada di depannya untuk melampiaskan amarah. Untuk kedua kalinya dia kalah dari orang asing.
"Kita masih bisa menghajarnya besok, tenang saja. Dia pasti ingin belatinya kembali, bukan?" Jawab Power. Denji memperhatikan belati yang ada di tangannya.
Memang [name] menginginkan belatinya kembali? Terakhir kali dia meninggalkannya begitu saja saat berada di tangan Denji.
"Mungkin."
"Ayolah, barang yang terdapat nama pemilik di dalamnya berarti barang berharga."
"Terakhir kali Hayakawa-senpai menamai kotak makanannya di kulkas, kau habiskan isinya."
"Mana ada, aku tak bisa membaca namanya di atas kotak bekal jadi itu bukan salahku."
Suara angin dan burung gagak mengisi suasana di sore hari. Waktunya mereka kembali ke apartemen atau Aki dengan senang hati menyiapkan koran untuk mereka di luar.
"Dia sama saja seperti Si Tukang Mabuk." Keluh Power dengan mengambil botol darah milik Denji dan meneguk habis isinya.
"Ya, dia mengenalnya juga. Hey, itu milikku!"
************
"Kau sangat ingin membuatku sibuk setiap hari, huh?" [name] berusaha melawan rasa kantuknya sekarang ini padahal dia baru saja meminum setengah dari isi gelas kecil di tangannya.
"Aku tak memaksamu untuk mendapat gaji, lagipula kau yang menyetujuinya beberapa hari yang lalu."
"Itu karena kau membujukku saat aku sedang mabuk."
[name] menghela nafas panjang, sepertinya dia tak bisa menahan kedua matanya untuk gelas lain lagi. Kishibe memperhatikan muridnya yang kini sudah pasrah dengan sisa minuman di gelasnya.
"Kau menjadi semakin normal."
"Itu... Manusiawi, bukan?..."
"Kau kira biro membutuhkan orang orang naif dan cengeng? Kau akan melihat hal yang sama terjadi di depanmu berkali kali, jadi biasakan dirimu."
[name] tak menjawab apa pun setelahnya, dia tak dapat berpikir jernih dengan kepalanya yang semakin terasa berat.
"Kau akan terus tersiksa seperti ini sampai kau melupakannya." Kishibe menarik gelas milik [name], sepertinya dia harus mengantar perempuan ini pulang atau hal buruk akan terjadi.
Kishibe memperhatikan gelas milik [name] sejenak, tak biasanya dia akan langsung terkapar hanya karena setengah minuman di gelas mungil ini.
"Hahh... Sepertinya pelayan itu menukar pesananku dengannya." Kishibe meletakkan beberapa lembar uang di atas meja seperti biasa.
Dia berusaha untuk menuntun [name] yang masih setengah sadar menuju mobil. Makima masih bisa menunggunya untuk 30 menit ke depan.
"Jun... Reno..." Kishibe melirik [name] yang mulai menggumamkan nama itu kembali. Pengaruh minuman itu lebih buruk dari yang biasa muridnya pesan.
"Tidur saja dan jangan menendang pintu mobilku." [name] akhirnya berhasil ia tuntun ke kursi penumpang sebelum kakinya menghancurkan kaca mobilnya.
Selama perjalanan Kishibe dapat mendengar [name] bergumam tak karuan. Sebaiknya dia memesankan jus untuk [name] saat mereka bertemu lagi nanti.
Di dekat lampu merah, ia menyempatkan dirinya untuk menoleh ke belakang. Memastikan [name] (pintu mobilnya) baik baik saja di sana.
Dia tak yakin bisa mengirim [name] untuk melatih Power dan Denji dengan keadaan seperti sekarang. Dia bisa saja kehilangan nyawanya dalam hitungan detik.
"Mungkin aku harus mengurus mereka berdua besok."
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret [Denji x Reader]
Fanfiction"Maksudku, kita sudah resmi menjadi partner sekarang. Rahasiamu aman di tanganku" "Sejak kapan aku setuju menjadi partnermu?" "umm... Tahun lalu?" "Aku baru melihat wajahmu bulan lalu" Chainsaw Man © Tatsuki Fujimoto Story by Me!